Kimia Farma kaji terbitkan obligasi Rp1 triliun

Senin, 27 Mei 2013 - 19:32 WIB
Kimia Farma kaji terbitkan obligasi Rp1 triliun
Kimia Farma kaji terbitkan obligasi Rp1 triliun
A A A
Sindonews.com - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sedang mengkaji opsi penerbitan obligasi dengan nilai Rp1 triliun pada kuartal tiga tahun ini. Hal ini demi mendukung lonjakan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp760 miliar dari rencana awalnya Rp400 miliar, untuk relokasi pabrik baru di Banjaran, Bandung, Jawa Barat.

Pabrik ini ditargetkan mampu menambah kapasitas produksi perusahaan hingga lima kali lipat. Presiden Direktur KAEF, Rusdi Rosman mengatakan, sebelumnya perusahaan menganggarkan Rp400 miliar, namun kini meningkat. Karena harus memperhitungkan beberapa hal lain seperti prakualifikasi World Health Organization (WHO) untuk memenuhi standar produk farmasi internasional.

Menurutnya, pendanaan capex tersebut masih menimbang opsi dari obligasi atau perbankan. Sementara opsi right issue masih akan membutuhkan waktu cukup lama. Selama ini perseroan belum pernah menggunakan pinjaman perbankan secara maksimal, namun perbankan sudah menyatakan kesiapannya.

"Saat ini capex mendesak sedangkan right issue masih lama. Kami sudah mendapatkan rating AA- dari Pefindo. Kemungkinan kuponnya 7,5-8,5 persen. Kami tidak memperhitungkan adanya biaya prakualifikasi ini," ujar Rusdi seusai penandatanganan nota kesepahaman dengan BPPT, BATAN, Sekolah Farmasi ITB, dan PT Gama Multi Usaha Mandiri, di Jakarta Senin (27/5/2013).

Dia mengatakan, pabrik baru tersebut ditujukan untuk menambah kapasitas produksi obat onkologi atau produk yang mampu mendeteksi dan mengobati kanker. Selain itu, juga untuk menambah kapasitas produksi produk injeksi, salep dan krim obat.

Pabrik ini akan menempati lahan perusahaan seluas 5 hektare yang ditargetkan dapat beroperasi 1,5 tahun mendatang. Saat ini, perusahaan masih mengurus perizinan pembangunan pabrik. Anggaran Rp760 miliar tersebut juga termasuk untuk membangun pabrik herbal Fitofarmaka.

"Pembangunan pabrik baru terus jalan saat ini. Untuk pabrik pil Keluarga Berencana (KB) dan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) pada tahun ini hanya renovasi dan revitalisasi mesin. Kami menganggarkan Rp17 miliar," terngnya.

Untuk utilisasi pabrik Kimia Farma, kata Rudi, pada tahun lalu hanya mencapai 90 persen. Pada kuartal pertama tahun ini, utilisasi pabrik menurun menjadi hanya 50 persen. Pasalnya, pabrik belum dapat beroperasi maksimal karena lelang e-catalog obat generik dari Kementerian Kesehatan baru selesai.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5288 seconds (0.1#10.140)