Digempur Produk Impor, Baja Nasional Harus Kuasai Pasar Domestik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penguatan industri baja nasional membutuhkan standardisasi dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Dua hal ini dibutuhkan demi melindungi pasar domestik dari banjir baja impor yang diperkirakan intensif pada Juli tahun ini.
Impor diperkirakan akan naik karena rendahnya permintaan baja secara global dan regulasi di Indonesia memiliki kelemahan pembatasan impor baja. Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim mengatakan, perseroan dan asosiasi industri baja terus mendorong baja nasional bisa merajai pasar dalam negeri.
Saat ini menurut dia, industri baja domestik sebenarnya telah memiliki kapasitas hingga 95% dari kebutuhan pasar nasional. Namun ramainya baja impor membuat produksi tertahan pada kisaran 50%.
"Kami di hulu sudah melakukan pembenahan dan masih ada ruang efisiensi sebesar 25%. Setidaknya bisa tambah efisiensi 20% dikejar tahun ini. Namun pemerintah juga penting menerapkan standardisasi atau SNI baja untuk melindungi pasar baja nasional," ujar Silmy dalam wawancaranya di IDX Channel di Jakarta kemarin.
Selanjutnya dia menilai, juga dibutuhkan pengaturan untuk sektor hilir seperti standardisasi baja. Ini penting bagi pelaku UKM yang menghasilkan produk seperti baja ringan. Standardisasi menurutnya harus dilakukan karena negara lain juga melindungi pasar domestik mereka. Selain itu, perlindungan konsumen juga turut membutuhkan aturan SNI. (Baca: Tentara Suriah Ditagkap karena Melamar Putri Presiden Assad)
"Pemerintah jangan meremehkan pelaku UKM dan perlindungan konsumen. Soal standardisasi baja harus segera diwujudkan sehingga kualitasnya terjaga," katanya.
Berikutnya dia juga mengaku pada kuartal II/2020 ini, dampak Covid-19 sudah terasa dibandingkan kuartal I. Menurut dia, ada beberapa faktor seperti kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah berdampak pada terganggunya distribusi barang. Kemudian beberapa industri juga sudah mulai berhenti beroperasi. Karena produk baja bukan hanya untuk proyek infrastruktur, melainkan juga bergantung pada industri lainnya.
"Baja itu mother of industry yang sangat bergantung pada kondisi industri lainnya. Seperti automotif, baja ringan, atap termasuk juga galangan kapal, minyak, dan gas," jelasnya. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
Namun beruntung beberapa anak usaha dari Krakatau Steel berhasil memberikan kontribusi yang cukup besar. Dengan demikian, kinerja keuangan perseroan tidak jatuh terlalu dalam.
"Kita berusaha kejar efisiensi tutup pengeluaran. Lalu ada anak usaha pelabuhan yang kinerjanya bagus. Bisnis bajanya terdampak, tapi pelabuhan kita untungnya lebih besar. Hari ini terminal tercepat dan terbesar bahkan sudah dilakukan otomatisasi," ujarnya.
Wakil Komite Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kadin Indonesia Achmad Widjaja mengatakan, saat ini masih ada beberapa kelemahan industri baja domestik sehingga impor baja masih tinggi. Hal paling penting menurut dia adalah pemerintah harus kembali pada kebijakan industri baja yang terintegrasi. Karena saat ini ada banyak regulasi tumpang tindih sehingga mengganggu stabilitas industri baja.
"Kuncinya pada pemerintah harus mau mengintegrasikan industri baja. Kami percaya pada semangat Menteri BUMN dan Dirut Krakatau Steel yang diisi oleh generasi muda. Mereka harus bisa membuat industri baja lebih baik lagi," jelas Widjaja pada kesempatan sama. (Baca juga: Rizal Ramli: Mana Bisa Masalah Bangsa Diselesaikan Buzzer)
Berikutnya dia juga mengkritisi gonta-ganti manajemen Krakatau Steel apabila menteri BUMN berganti. Justru kebiasaan seperti ini harus dihentikan karena membuat level manajemen kesulitan untuk bekerja. "Lalu aturannya harus adil antara pelaku swasta dan BUMN. Supaya bahu-membahu, bukannya saling membunuh," tegasnya. (Hafid Fuad)
Lihat Juga: Tagih Janji Sediakan Air Bersih, Ratusan Warga di Konawe Utara Blokade Jalan Masuk Pabrik Baja
Impor diperkirakan akan naik karena rendahnya permintaan baja secara global dan regulasi di Indonesia memiliki kelemahan pembatasan impor baja. Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim mengatakan, perseroan dan asosiasi industri baja terus mendorong baja nasional bisa merajai pasar dalam negeri.
Saat ini menurut dia, industri baja domestik sebenarnya telah memiliki kapasitas hingga 95% dari kebutuhan pasar nasional. Namun ramainya baja impor membuat produksi tertahan pada kisaran 50%.
"Kami di hulu sudah melakukan pembenahan dan masih ada ruang efisiensi sebesar 25%. Setidaknya bisa tambah efisiensi 20% dikejar tahun ini. Namun pemerintah juga penting menerapkan standardisasi atau SNI baja untuk melindungi pasar baja nasional," ujar Silmy dalam wawancaranya di IDX Channel di Jakarta kemarin.
Selanjutnya dia menilai, juga dibutuhkan pengaturan untuk sektor hilir seperti standardisasi baja. Ini penting bagi pelaku UKM yang menghasilkan produk seperti baja ringan. Standardisasi menurutnya harus dilakukan karena negara lain juga melindungi pasar domestik mereka. Selain itu, perlindungan konsumen juga turut membutuhkan aturan SNI. (Baca: Tentara Suriah Ditagkap karena Melamar Putri Presiden Assad)
"Pemerintah jangan meremehkan pelaku UKM dan perlindungan konsumen. Soal standardisasi baja harus segera diwujudkan sehingga kualitasnya terjaga," katanya.
Berikutnya dia juga mengaku pada kuartal II/2020 ini, dampak Covid-19 sudah terasa dibandingkan kuartal I. Menurut dia, ada beberapa faktor seperti kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah berdampak pada terganggunya distribusi barang. Kemudian beberapa industri juga sudah mulai berhenti beroperasi. Karena produk baja bukan hanya untuk proyek infrastruktur, melainkan juga bergantung pada industri lainnya.
"Baja itu mother of industry yang sangat bergantung pada kondisi industri lainnya. Seperti automotif, baja ringan, atap termasuk juga galangan kapal, minyak, dan gas," jelasnya. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
Namun beruntung beberapa anak usaha dari Krakatau Steel berhasil memberikan kontribusi yang cukup besar. Dengan demikian, kinerja keuangan perseroan tidak jatuh terlalu dalam.
"Kita berusaha kejar efisiensi tutup pengeluaran. Lalu ada anak usaha pelabuhan yang kinerjanya bagus. Bisnis bajanya terdampak, tapi pelabuhan kita untungnya lebih besar. Hari ini terminal tercepat dan terbesar bahkan sudah dilakukan otomatisasi," ujarnya.
Wakil Komite Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kadin Indonesia Achmad Widjaja mengatakan, saat ini masih ada beberapa kelemahan industri baja domestik sehingga impor baja masih tinggi. Hal paling penting menurut dia adalah pemerintah harus kembali pada kebijakan industri baja yang terintegrasi. Karena saat ini ada banyak regulasi tumpang tindih sehingga mengganggu stabilitas industri baja.
"Kuncinya pada pemerintah harus mau mengintegrasikan industri baja. Kami percaya pada semangat Menteri BUMN dan Dirut Krakatau Steel yang diisi oleh generasi muda. Mereka harus bisa membuat industri baja lebih baik lagi," jelas Widjaja pada kesempatan sama. (Baca juga: Rizal Ramli: Mana Bisa Masalah Bangsa Diselesaikan Buzzer)
Berikutnya dia juga mengkritisi gonta-ganti manajemen Krakatau Steel apabila menteri BUMN berganti. Justru kebiasaan seperti ini harus dihentikan karena membuat level manajemen kesulitan untuk bekerja. "Lalu aturannya harus adil antara pelaku swasta dan BUMN. Supaya bahu-membahu, bukannya saling membunuh," tegasnya. (Hafid Fuad)
Lihat Juga: Tagih Janji Sediakan Air Bersih, Ratusan Warga di Konawe Utara Blokade Jalan Masuk Pabrik Baja
(ysw)