Parlemen AS dan India bersitegang soal subsidi pertanian

Kamis, 05 Desember 2013 - 19:19 WIB
Parlemen AS dan India bersitegang soal subsidi pertanian
Parlemen AS dan India bersitegang soal subsidi pertanian
A A A
Sindonews.com - Pertemuan The Parliamentary Conference in The WTO (PCWTO) yang digelar paralel dengan ajang pertemuan World Trade Organization (WTO), parlemen India terlibat perdebatan alot dengan Amerika Serikat (AS) terkait subdisi sektor pertanian.

Ketegangan itu disampaikan Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Surahman Hidayat usai mengikuti pertemuan PCWTO di Hotel Patra Jasa, Kuta, Bali, Kamis (5/12/2013).

Surahman menyatakan, secara umum parlemen dunia sepakat melakukan kerja sama multilateral terkait pasar bebas WTO. Namun, baik Amerika dan India saat ini masih belum menemukan kesepakatan dan terus melakukan lobi-lobi tentang subsidi dan mekanisme kuota ekpor produk pertanian.

"Tujuan kerja sama itu untuk kesejahteraan rakyat. Kerja sama ini tak hanya menguntungkan negara maju tapi pada prinsipnya adalah keseimbangan," ujar politisi PKS itu.

Para peserta konfrensi menerima kebijakan 'Bali Package' kecuali India yang belum bersepakat. Usai mencapai kesepakatan, sebagai tindak lanjut parlemen akan melakukan komunikasi yang lebih kondusif.

"India tak menerima kesepakatan ini karena ada perbedaan sikap terhadap subsidi dan kuota ekspor produk pertanian," jelas dia mengomentari ketegangan parlemen India dan AS.

Dalam pertemuan semua negara peserta WTO. India tetap meminta agar sektor pertanian tetap mendapat subsidi. Disepakati khusus India akan diberikan kelonggaran untuk melakukan subsidi kepada sektor pertanian selama empat tahun.

"India menolak sebab inginnya subsidi harus permanen," terangnya didampingi Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf yang ikut dalam pertemuan tersebut.

Sementara, terkait ngototnya sikap India yang mengakibatkan pertemuan buntu atau deadlock, kata Nurhayati Indonesia terus mendorong untuk dilakukannya negosiasi-negosiasi yang diharapkan sikap kedua negara itu bisa melunak.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8849 seconds (0.1#10.140)