Berstatus Bank Devisa, Bank Sulselbar Garap Potensi Transaksi Internasional
loading...
A
A
A
MAKASSAR - PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat ( Bank Sulselbar ) berkomitmen untuk ikut berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Barat (Sulbar).
Komitmen itu salah satunya diwujudkan melalui peningkatan akses pembiayaan perdagangan internasional. Hal itu sesuai dengan tagline Bank Sulselbar 'Melayani Sepenuh Hati' yang terus berupaya memberikan pelayanan terbaik.
Direktur Operasional dan TI Bank Sulselbar, Andi Irmayanti Sulthan mengungkapkan, pada akhir tahun 2019 lalu, Bank Sulselbar resmi menjadi Bank Devisa. Namun, layanan tersebut terhambat akibat adanya pandemi pada tahun 2020.
Baca Juga: Bank Sulselbar Siap Jadi Bank Devisa Pertama di Indonesia Timur
"Namun pada tahun 2021, layanan devisa mulai bangkit dan program yang digalakkan oleh pemerintah dan seluruh lembaga jasa keuangan yang mulai melirik potensi bisnis ekspor impor memperlihatkan besarnya potensi layanan devisa ini," jelas Direktur Operasional dan TI Bank Sulselbar.
Hal itu diungkapkan saat Divisi International Banking Bank Sulselbar mengadakan customer gathering yang dihadiri nasabah dan mitra kerjasama dengan berbagai produk.
Mulai dari SKBDN Electricity PayLater, Transaksi Letter of Credit, Tabungan, Giro, Deposito Valuta Asing, Layanan Remittance (Pengiriman uang baik dalam rupiah maupun valas, dari maupun ke luar negeri), Layanan Money Changer (dengan berbagai mata uang).
Lanjut Irma, pada tahun 2021, beberapa transaksi yang terkait trade finance dan remittance dengan adanya akuisisi beberapa nasabah SKBDN dan transaksional valas melalui 6 cabang devisa.
"Pada tahun 2022 ini, Bank Sulselbar ikut dalam kredit sindikasi untuk pembiayaan investasi pembangunan smelter dalam mata uang USD," sebutnya.
Selain itu, sambung dia, pada tahun yang sama, melalui skema program Electricity Paylater dalam bentuk SKBDN UPAS, Bank Sulselbar juga mengakuisisi PT Huadi Nickel Alloy dalam pembiayaan pembayaran listrik operasional pabrik nikel yang ada di Bantaeng.
Komitmen itu salah satunya diwujudkan melalui peningkatan akses pembiayaan perdagangan internasional. Hal itu sesuai dengan tagline Bank Sulselbar 'Melayani Sepenuh Hati' yang terus berupaya memberikan pelayanan terbaik.
Direktur Operasional dan TI Bank Sulselbar, Andi Irmayanti Sulthan mengungkapkan, pada akhir tahun 2019 lalu, Bank Sulselbar resmi menjadi Bank Devisa. Namun, layanan tersebut terhambat akibat adanya pandemi pada tahun 2020.
Baca Juga: Bank Sulselbar Siap Jadi Bank Devisa Pertama di Indonesia Timur
"Namun pada tahun 2021, layanan devisa mulai bangkit dan program yang digalakkan oleh pemerintah dan seluruh lembaga jasa keuangan yang mulai melirik potensi bisnis ekspor impor memperlihatkan besarnya potensi layanan devisa ini," jelas Direktur Operasional dan TI Bank Sulselbar.
Hal itu diungkapkan saat Divisi International Banking Bank Sulselbar mengadakan customer gathering yang dihadiri nasabah dan mitra kerjasama dengan berbagai produk.
Mulai dari SKBDN Electricity PayLater, Transaksi Letter of Credit, Tabungan, Giro, Deposito Valuta Asing, Layanan Remittance (Pengiriman uang baik dalam rupiah maupun valas, dari maupun ke luar negeri), Layanan Money Changer (dengan berbagai mata uang).
Lanjut Irma, pada tahun 2021, beberapa transaksi yang terkait trade finance dan remittance dengan adanya akuisisi beberapa nasabah SKBDN dan transaksional valas melalui 6 cabang devisa.
"Pada tahun 2022 ini, Bank Sulselbar ikut dalam kredit sindikasi untuk pembiayaan investasi pembangunan smelter dalam mata uang USD," sebutnya.
Selain itu, sambung dia, pada tahun yang sama, melalui skema program Electricity Paylater dalam bentuk SKBDN UPAS, Bank Sulselbar juga mengakuisisi PT Huadi Nickel Alloy dalam pembiayaan pembayaran listrik operasional pabrik nikel yang ada di Bantaeng.