Atasi backlog perumahan, Kadin dukung akuisisi BTN

Rabu, 23 April 2014 - 09:42 WIB
Atasi backlog perumahan, Kadin dukung akuisisi BTN
Atasi backlog perumahan, Kadin dukung akuisisi BTN
A A A
Sindonews.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mendukung pemerintah memperkuat Bank Tabungan Negara (BTN) dalam mengatasi kekurangan pasok {backlog} perumahan yang terus meningkat.

Ketua Kadin Bidang Perbankan Rosan P. Roslani mengatakan, akibat modal dan pendanaan BTN yang terbatas menyebabkan bank plat merah yang fokus di sektor perumahan tersebut tidak mampu membiayai kebutuhan rumah yang semakin besar, sehingga ruang pembiayaan KPR makin mengecil.

Modal BTN saat ini hanya sekitar Rp11,5 triliun dengan loan to deposit (LDR) lebih dari 104 persen. Sementara lebih dari 55 persen Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana mahal, sehingga tingkat suku bunga KPR menjadi sangat mahal.

"Akan sangat bagus jika modal BTN diperkuat dan mereka dapat memperoleh sumber pendanaan yang besar, sehingga dapat mendukung pemerintah menyediakan rumah bagi masyarakat," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Menurut dia, akuisisi BTN oleh Bank Mandiri dapat menjadi solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi BTN dan pembiayaan perumahaan. Sementara karyawan BTN, menurut dia, tidak perlu khawatir karena akuisisi tidak akan mengubah struktur.

Sesuai sensus perumahan tahun 2010, backlog perumahan mencapai 13,6 juta unit. Dengan asumsi kebutuhan rumah sebanyak 800 ribu unit per tahun dan hanya 400 ribu unit yang mampu dibiayai, maka dalam 20 tahun ke depan akan terjadi backlog perumahan hingga mencapai 21,6 juta rumah.

Menurut Kadin konsolidasi perbankan sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya saing bank nasional menghadapi persaingan dengan bank asing, baik di pasar domestik maupun internasional. Penguatan bank BUMN melalui konsolidasi bank-bank BUMN juga sangat dibutuhkan untuk menjadi lokomotif penggerak ekonomi nasional.

Konsolidasi BTN dan Mandiri dianggap sebagai momentum yang tepat untuk melahirkan bank besar, kuat dan memiliki daya saing untuk berbagai segmen pasar. Dengan menjadi anak perusahaan Bank Mandiri yang didukung modal kuat, pendanaan besar dan jaringan yang luas, BTN akan memiliki ruang untuk bisa berkembang dan memaksimalkan potensi pasar perumahan yang semakin besar.

"Indonesia butuh bank yang besar dan kuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong ekonomi nasional agar tumbuh semakin tinggi. Konsolidasi ini juga dibutuhkan agar bank kita bisa menjadi pemain utama di dalam negeri dan ASEAN," tutur dia.

Kadin menilai bahwa konsolidasi BTN dan Bank Mandiri merupakan hal wajar. Sebab hal yang sama saat ini juga telah dan akan dilakukan oleh perbankan di Indonesia. Bahkan banyak bank lokal setelah dibeli investor asing kemudian dimerger dengan bank yang telah dimiliki oleh investor asing tersebut agar kompetitif.

Menurut Kadin, konsolidasi perbankan telah menjadi sebuah kebutuhan untuk menghadapi persaingan yang makin ketat. Apalagi bagi bank BUMN yang memiliki tanggungjawab besar menjadi penggerak ekonomi Indonesia dengan 240 juta penduduk.

"Rencana Kementerian BUMN dengan melepas BTN ke Bank Mandiri itu merupakan solusi yang sangat bagus dan harus diwujudkan. Hal ini tidak perlu dipolitisasi karena akan menguntungkan masyarakat," tegas Rosan.

Sebelumnya Kementerian BUMN menegaskan bahwa penguatan BTN hanya bisa dilakukan melalui akuisisi oleh Bank Mandiri. Melalui sinergi diantara dua BUMN tersebut diharapkan BTN akan menjadi bank perumahan yang memiliki kapasitas pembiayaan yang semakin besar. Sebab jika hanya mengandalkan pertumbuhan organik akan sulit bagi BTN untuk menjadi bank perumahan yang kuat.

"BTN harus diperbesar kemampuannya dengan mencari bank yang lebih besar, yaitu Bank Mandiri. Jadi yang memberi modal nanti biar Mandiri, bukan pemerintah. Dana pemerintah dipakai untuk membangun yang lain," tegas Menteri BUMN Dahlan Iskan, kemarin.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4062 seconds (0.1#10.140)