Selalu Ada Peluang bila Mau Berinovasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harapan masyarakat kembali muncul setelah pemerintah memutuskan pelonggaran PSBB. Meskipun kontroversial, namun ini harus dimaklumi karena pemerintah sudah pusing dengan birokrasi yang mempersulit pencairan dana stimulus. Hasilnya pemerintah kembali gagal memenuhi janjinya.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, tekanan ekonomi akibat pandemi saat ini lebih berat dibandingkan krisis 1998. Sumber krisis berawal dari masalah kesehatan lalu diperparah karantina wilayah. Namun perekonomian nasional khususnya segmen UMKM memiliki beberapa sektor yang tahan tekanan akibat pandemi covid19. Misalnya sektor perdagangan khususnya makanan minuman.
"Namun sektor yang memiliki ketahanan ini juga butuh daya beli masyarakat agar bertahan. Dana stimulus dari pemerintah sangat ditunggu segera cair sehingga kuartal ketiga nanti bisa ada sedikit kenaikan," ujar Andry dalam diskusi virtual 'Membuka Peluang Usaha di Masa Pandemi' hari ini di Jakarta.
Dia melihat ada harapan yang muncul dari generasi milenial. Mereka tidak hanya menjadi konsumen tapi juga tidak sedikit yang turut menjadi pelaku UMKM. Generasi ini disebutnya telah mendominasi, bahkan menjadi inisiator pergerakan segmen UMKM. Mereka menginisiasi inovasi lalu menjadi tren yang viral berkat pemanfaatan teknologi digital. Tren penjualan kopi ukuran satu liter menurutnya tidak terpikirkan sebelumnya, namun sukses laris saat pandemi.
"Inovasi motif batik dalam masker atau baju APD juga saya rasakan manfaatnya langsung. Karena saya kerja di kantor sering menggunakan motif batik tapi sekarang juga menjadi pelindung diri," tambah Andry.
Menurut Andry ada dua hal utama yang harus diperhatikan pelaku UMKM saat ini, agar terus bertahan bahkan tumbuh, yaitu melakukan digitalisasi dan pintar membaca selera konsumen. Data Mandiri Institute menunjukkan pelaku UMKM saat pandemi mampu mencatatkan kenaikan omset hingga 42% bagi yang menggunakan penjualan online. Sementara omset yang mengandalkan penjualan offline hanya mampu naik 24%. Dengan menjual secara online tentunya pelaku UMKM bisa melakukan perluasan basis pasar. Tidak hanya dalam satu kota atau provinsi bahkan hingga ke luar negeri.
"Milenial melek teknologi tapi harus dikombinasikan membaca tren selera konsumen dan perubahannya," ujarnya.
Chief Economist Bank BTN Winang Budoyo mengatakan solusi tekanan ekonomi saat ini sangat tergantung seberapa cepat vaksin bisa diakses di tengah masyarakat. Namun dia memprediksi vaksin sepertinya baru bisa diakses hingga tahun depan. Namun di sisi lain tentu juga tidak mungkin pemerintah berlakukan PSBB terus menerus. Sehingga solusi jangka pendek masyarakat harus beradaptasi khususnya dalam perekonomian dan bisnis.
"Kita harus tetap disiplin supaya ekonomi bisa jalan. Kuartal tiga sepertinya bisa naik tapi tidak drastis dan ini akan berlanjut hingga nanti tahun 2021," ujar Winang menambahkan.
Dia juga mengingatkan pelonggaran PSBB juga diikuti risiko munculnya gelombang kedua atau second wave pandemi seperti banyak dikhawatirkan banyak pihak. Menurutnya harus ada disiplin semua pihak karena dikhawatirkan dengan gelombang kedua akan memaksa diberlakukan karantina yang diperketat.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, tekanan ekonomi akibat pandemi saat ini lebih berat dibandingkan krisis 1998. Sumber krisis berawal dari masalah kesehatan lalu diperparah karantina wilayah. Namun perekonomian nasional khususnya segmen UMKM memiliki beberapa sektor yang tahan tekanan akibat pandemi covid19. Misalnya sektor perdagangan khususnya makanan minuman.
"Namun sektor yang memiliki ketahanan ini juga butuh daya beli masyarakat agar bertahan. Dana stimulus dari pemerintah sangat ditunggu segera cair sehingga kuartal ketiga nanti bisa ada sedikit kenaikan," ujar Andry dalam diskusi virtual 'Membuka Peluang Usaha di Masa Pandemi' hari ini di Jakarta.
Dia melihat ada harapan yang muncul dari generasi milenial. Mereka tidak hanya menjadi konsumen tapi juga tidak sedikit yang turut menjadi pelaku UMKM. Generasi ini disebutnya telah mendominasi, bahkan menjadi inisiator pergerakan segmen UMKM. Mereka menginisiasi inovasi lalu menjadi tren yang viral berkat pemanfaatan teknologi digital. Tren penjualan kopi ukuran satu liter menurutnya tidak terpikirkan sebelumnya, namun sukses laris saat pandemi.
"Inovasi motif batik dalam masker atau baju APD juga saya rasakan manfaatnya langsung. Karena saya kerja di kantor sering menggunakan motif batik tapi sekarang juga menjadi pelindung diri," tambah Andry.
Menurut Andry ada dua hal utama yang harus diperhatikan pelaku UMKM saat ini, agar terus bertahan bahkan tumbuh, yaitu melakukan digitalisasi dan pintar membaca selera konsumen. Data Mandiri Institute menunjukkan pelaku UMKM saat pandemi mampu mencatatkan kenaikan omset hingga 42% bagi yang menggunakan penjualan online. Sementara omset yang mengandalkan penjualan offline hanya mampu naik 24%. Dengan menjual secara online tentunya pelaku UMKM bisa melakukan perluasan basis pasar. Tidak hanya dalam satu kota atau provinsi bahkan hingga ke luar negeri.
"Milenial melek teknologi tapi harus dikombinasikan membaca tren selera konsumen dan perubahannya," ujarnya.
Chief Economist Bank BTN Winang Budoyo mengatakan solusi tekanan ekonomi saat ini sangat tergantung seberapa cepat vaksin bisa diakses di tengah masyarakat. Namun dia memprediksi vaksin sepertinya baru bisa diakses hingga tahun depan. Namun di sisi lain tentu juga tidak mungkin pemerintah berlakukan PSBB terus menerus. Sehingga solusi jangka pendek masyarakat harus beradaptasi khususnya dalam perekonomian dan bisnis.
"Kita harus tetap disiplin supaya ekonomi bisa jalan. Kuartal tiga sepertinya bisa naik tapi tidak drastis dan ini akan berlanjut hingga nanti tahun 2021," ujar Winang menambahkan.
Dia juga mengingatkan pelonggaran PSBB juga diikuti risiko munculnya gelombang kedua atau second wave pandemi seperti banyak dikhawatirkan banyak pihak. Menurutnya harus ada disiplin semua pihak karena dikhawatirkan dengan gelombang kedua akan memaksa diberlakukan karantina yang diperketat.