Petani Milenial Kunci Sukses Sektor Pertanian Masa Depan
loading...
A
A
A
“Petani harus memiliki ilmu pemupukan, perlu meningkatkan cara produksi dengan fertigasi, memakai sistem gratifikasi, sehingga lebih efesien,” katanya di hadapan sejumlah petani milenial Balikpapan.
Dedi Nursyamsi pun menyampaikan pesan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa untuk mengatasi kebutuhan pupuk nasional sekitar 24 juta ton, sementara yang tersedia saat ini hanya senilai 9 juta ton, maka kita harus bekerja lebih keras dan berinovasi serta cermat dan cepat menanggapi aneka masalah dalam usaha tani.
(Baca juga:Jaga Keseimbangan Sistem, Kementan Perkuat Regenerasi Petani)
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris P4S Nasda, Gushai menuturkan keputusan besar dalam hidupnya sebelum memilih profesi sebagai petani milenial. “Meninggalkan jabatan sebagai wakil direktur rumah sakit swasta untuk menjadi petani milenial bukanlah suatu keputusan yang salah,” kata Gushai.
Menurutnya, dari budidaya hidroponik yang dijalankan, setiap minggu mampu meraih omset Rp40 juta. Didukung lumbung pupuk organik untuk usaha tani, namun belum menyebar. "Masih untuk memenuhi keperluan sendiri.”
Optimisme juga disampaikan petani milenial, Ardiansyah yang mengungkapkan pertanian sektor yang sangat menjanjikan. Dia pun tiada henti mengajak petani lain khususnya petani milenial untuk menjadi PNS. Maksudnya, bukan Pegawai Negeri Sipil melainkan Petani Non Subsidi.
“Kita harus bisa menjadi PNS atau petani non subsidi! Jangan terlalu menggantungkan harapan dan kemajuan usaha pada pemerintah atau pihak lain dalam bentuk bantuan. Kita usahakan apa yang bisa kita usahakan,” kata Ardiansyah.
Menurutnya, petani milenial pasti mampu mengatasi masalah kelangkaan pupuk, bibit atau benih. “Kita juga pasti bisa menguasai pasar. Bersama, berkolaborasi pasti bisa menjadikan kita petani mandiri yang membanggakan,” katanya.
Dedi Nursyamsi pun menyampaikan pesan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa untuk mengatasi kebutuhan pupuk nasional sekitar 24 juta ton, sementara yang tersedia saat ini hanya senilai 9 juta ton, maka kita harus bekerja lebih keras dan berinovasi serta cermat dan cepat menanggapi aneka masalah dalam usaha tani.
(Baca juga:Jaga Keseimbangan Sistem, Kementan Perkuat Regenerasi Petani)
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris P4S Nasda, Gushai menuturkan keputusan besar dalam hidupnya sebelum memilih profesi sebagai petani milenial. “Meninggalkan jabatan sebagai wakil direktur rumah sakit swasta untuk menjadi petani milenial bukanlah suatu keputusan yang salah,” kata Gushai.
Menurutnya, dari budidaya hidroponik yang dijalankan, setiap minggu mampu meraih omset Rp40 juta. Didukung lumbung pupuk organik untuk usaha tani, namun belum menyebar. "Masih untuk memenuhi keperluan sendiri.”
Optimisme juga disampaikan petani milenial, Ardiansyah yang mengungkapkan pertanian sektor yang sangat menjanjikan. Dia pun tiada henti mengajak petani lain khususnya petani milenial untuk menjadi PNS. Maksudnya, bukan Pegawai Negeri Sipil melainkan Petani Non Subsidi.
“Kita harus bisa menjadi PNS atau petani non subsidi! Jangan terlalu menggantungkan harapan dan kemajuan usaha pada pemerintah atau pihak lain dalam bentuk bantuan. Kita usahakan apa yang bisa kita usahakan,” kata Ardiansyah.
Menurutnya, petani milenial pasti mampu mengatasi masalah kelangkaan pupuk, bibit atau benih. “Kita juga pasti bisa menguasai pasar. Bersama, berkolaborasi pasti bisa menjadikan kita petani mandiri yang membanggakan,” katanya.
(dar)