Produksi Susu Nasional Diprediksi Stagnan

Minggu, 20 Juli 2014 - 18:28 WIB
Produksi Susu Nasional Diprediksi Stagnan
Produksi Susu Nasional Diprediksi Stagnan
A A A
BANDUNG - Berkurangnya jumlah sapi perah berpotensi mempersulit produksi susu nasional. Akibatnya, diperkirakan produksi susu secara nasional tahun ini stagnan. Kesulitan menggenjot produksi susu karena saat ini masih dalam tahap recovery bibit.

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini, para peternak marak melakukan pemotongan sapi perah. Mereka tergiur dengan tingginya tawaran harga daging sapi potong ketimbang harga susu.

"Akhirnya, ya, jumlah sapi perah lokal jadi menurun drastis. Bahkan sudah berlangsung selama tiga tahun ini," katanya.

Dia mencatat, pada tahun 2012 jumlah sapi perah mencapai 425.000 ekor menyusut menjadi 400.000 ekor di tahun 2013 dan kembali menyusut pada 2014 hingga mencapai 375.000 ekor. Menyusutnya jumlah sapi perah jelas berdampak pada penurunan produksi susu tahun ini.

"Dengan kondisi ini, mudah-mudahan produksi susu minimalnya sama dengan tahun lalu," ujarnya.

GKSI memperkirakan realisasi produksi susu pada 2014 sama saja dengan produksi pada tahun lalu sekitar 1,4 juta ton-1,7 juta ton. Pasalnya, berdasarkan data, pada semester I/2014 produksi susu nasional baru mencapai sekitar 700.000-800.000 ton.

Jika kondisi ini dibiarkan, kata Dedi, maka kontribusi susu nasional bisa anjlok dalam beberapa tahun ke depan, sehingga sulit mengejar pemenuhan kebutuhan susu di dalam negeri.

"Kontribusi susu nasional saat ini masih sekitar 20%-25%. Harus segera dicarikan solusi agar kondisi ini bisa segera berakhir. Atau kalau tidak, siap-siap saja pemenuhan kebutuhan susu diambil alih sepenuhnya oleh impor," tuturnya.

Lebih lanjut, Dedi menambahkan, peternak pun tidak bisa serta merta membeli bibit sapi perah impor untuk meningkatkan produksi susu. Pasalnya, harga sapi perah impor menembus Rp40 juta/ekor dan ini tidak terjangkau oleh peternak.

Dia berharap, ada insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk setidaknya meringankan para peternak. Insentif ini, kata dia, bisa berupa bunga rendah maupun harga jual yang murah agar akses peternak lebih mudah mendapatkan sapi perah.

"Dengan begitu, harganya bisa lebih terjangkau oleh para peternak pada kisaran Rp20 juta-25 juta/ekor. Pembelian sapi perah impor ini yang paling memungkinkan saat ini untuk meningkatkan produksi susu. Karena kalau pembibitan di dalam negeri sangat lambat, sehingga tidak bisa mengejar peningkatan produksi susu," katanya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4564 seconds (0.1#10.140)