Berbisnis Kuliner Mengandalkan Cabai Gila

Minggu, 05 Oktober 2014 - 16:15 WIB
Berbisnis Kuliner Mengandalkan Cabai Gila
Berbisnis Kuliner Mengandalkan Cabai Gila
A A A
MAKANAN dengan cita rasa pedas masih menjadi favorit masyarakat. Sejak dua tahun terakhir bermunculan beragam rumah makan dengan rasa hidangan pedas yang dahsyat.

Salah satu rumah makan yang menyajikan kuliner dengan sentuhan pedas adalah rumah makan Ayam Penyet Margo Pedess Gila di Depok. Rumah makan yang berdiri sejak Juli 2012 tersebut menggunakan bahan dasar cabai gila, yang terkenal pedas.

Namun, tidak perlu khawatir sakit perut bagi yang belum atau tidak terbiasa dengan rasa pedas lantaran rumah makan ini mempunyai solusi untuk mengatasinya. Rumah makan ini menyertakan batang cabai dalam sambal bawang buatannya. Batang cabai tersebut diyakini dan terbukti bisa menjadi penawar sakit perut.

"Dijamin tidak akan sakit perut karena batang cabai ini penawarnya," kata pengelola Ayam Penyet Margo Pedess Gila, Rumi Paulina.

Mengenai racikan sambal andalannya, pemilik Rumah Makan Ayam Penyet Margo Pedess Gila, Rio Novia Indra yang membuatnya. Pria lulusan jurusan Mekanisme Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut sengaja meracik sendiri sambal bawang, sehingga bisa langsung mencicipi rasa aslinya. Setelah dirasa pas, barulah racikan sambal ala Rio itu bisa dikonsumsi pelanggan.

Rio mengakui sambalnya punya rasa khas yang tidak didapat di tempat lain. Rahasianya, dia mencampur sambal buatannya dengan sedikit kencur untuk memberikan citarasa berbeda.

"Ada beberapa rempah-rempah juga yang menjadi campuran sambalnya. Jadi memang rasanya beda," pungkasnya.

Rio menjelaskan, menjalankan bisnis makanan pedas bukanlah tanpa hambatan. Dia bercerita, sempat mengalami kesulitan mendapatkan cabai gila sekitar tahun 2012-2013. Padahal, cabai tersebut merupakan bahan baku primer di rumah makannya.

"Saat itu, harganya Rp95.000 per kilogram. Tapi kami tetap menjaga rasa dan tidak menaikkan harga. Ketika panen raya harganya turun jadi Rp12.000," ungkapnya.

Konsistensi dalam menjaga rasa dan racikan bumbu tanpa menaikkan harga membuat rumah makan ini dikunjungi banyak pelanggan. Per hari, dari tiap outlet hampir diserbu hingga 300 pengunjung. Bahkan, jumlah pengunjung bisa meningkat hingga dua kali lipat pada akhir pekan.

"Selain menjaga rasa dan kualitas, kami juga berupaya memberikan pelayanan yang terbaik. Saya sendiri tidak segan-segan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Misalnya, mengajarkan bagaimana cara menyantap ayam pedas atau Es Keles yang menjadi menu baru kami," tukasnya.

Menu andalan di rumah makan ini adalah ayam penyet yang disajikan dengan sambal bawang. Sedangkan untuk minumnya adalah Es Keles yang merupakan campuran buah kiwi, leci, stroberi, selasih dan madu sebagai pemanis.

"Es Keles ini dibuat tanpa pemanis (gula). Jadi, kami menggunakan madu sebagai rasa manis. Dan tidak ada campuran air juga, kami ganti dengan es batu, sehingga rasanya lebih segar," kata Rio.

Sejak berdiri hingga saat ini, rumah makan ini sudah memiliki empat outlet. Dua outlet terletak di Jalan Margonda (dua outlet), yakni di kampus Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Pancasila (UP).
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3998 seconds (0.1#10.140)