Tingkatkan Daya Saing Global, Bio Farma Akan Patenkan Inovasinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bio Farma akan mematenkan hasil-hasil inovasi dari dalam maupun luar perusahaan. Strategi itu untuk meningkatkan daya saing global dan mencapai tujuan kemandirian vaksin nasional agar tidak lagi tergantung pada impor, terutama penyediaan raw material.
"Kita sering mendengar, industri farmasi di Indonesia seperti tukang jahit, bahan dan peralatan dari luar (negeri) padahal kita punya kemampuan menjadi desainer. Untuk meningkatkan kemampuan anak bangsa ini jadi PR kami ke depan agar Indonesia bisa mandiri di bidang kesehatan," kata Rahman Roestan, Direktur operasi PT Bio Farma dikutip Kamis (24/11/2022).
Soal inovasi, Bio Farma sangat mengutamakan ide-ide dari internal perusahaan yang sifatnya bottom up. Unit-unit kerja diberikan keleluasaan untuk mengajukan ide inovasi sekecil apa pun yang nantinya akan diverifikasi oleh Bio Farma.
"Perusahaan akan memberikan arpesiasi kepada pemenang," jelas Rahman.
Ada tiga kategori ide dan inovasi yang diapresiasi oleh Bio Farma kepada pegawai yang memiliki ide inovasi dengan standar bisa memberikan keuntungan terhadap perusahaan baik berupa efisiensi atau pendapatan.
Kategori pertama adalah inisiatif yang perusahaan mendapatkan keuntungan berupa efisiensi dan pendapatan yang paling minimal. Kedua adalah kategori kreatif ketika ide yang dimanfaatkan memiliki potensi keuntungan terhadap perusahaan baik berupa efisiensi atau pendapatan menengah dan kategori terakhir adalah invensi.
Dalam kategori ini biasanya sudah berupa penemuan baru yang orisinil dengan potensi memberikan keuntungan kepada perusahaan dengan nilai yang tinggi. Tentunya apresiasi yang diberikan kepada pemilik ide pun akan tinggi pula.
"Kami mendorong karyawan agar berani memberikan ide yang meyakinkan, ide yang memberikan penghematan atau tambahan revenue untuk perusahaan. Bukan hanya inovasi produk tapi inovasi dalam poses administrasi juga," tuturnya.
Inovasi-inovasi dari pegawai Bio Farma pun sudah ada 13 yang dipatenkan oleh lembaga-lembaga sertifikasi paten. Satu masuk (fase) pelayanan teknis, 5 sudah granted (mendapatkan paten) dan sisanya dalam pemeriksaan substansif.
Tidak hanya inovasi dari internal saja, Bio Farma juga membangun kolaborasi dengan pihak luar seperti seperti universitas dan lembaga riset dalam negeri lainnya. Rahman mengatakan, pihaknya ke depan juga akan berkolaborasi dengan universitas luar negeri untuk mencari inovasi, terutama dalam bidang bio teknologi dan vaksin.
"Untuk mendapatkan inovasi dan produksi vaksin di tengah pendaftaran paten, kita harus berkolaborasi, mengikuti update serta memiliki kemadirian riset," tandasnya.
Rahman menambahkan, salah satu kolaborasi yang sukses dilakukan PT Bio Farma dengan pihak luar adalah dalam rangka pengembangan dan produksi vaksin Covid-19 Indovac yang berbasis Subunit Protein Rekombinan.
Pengembangan produksi vaksin Indovac bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti Kementrian Kesehatan, Badan Litbangkes, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eijkman dan Baylor College of Medicine.
Bahkan dalam jangka panjang menengah proses pengembangan dan produksi vaksin Indovac, Bio Farma menjalin kerja sama dalam rangka mengakuisisi teknologi baru dalam produksi vaksin dengan WHO dan CEPI serta collaborator internasional lainnya.
Produksi vaksin Indovac menurut Rahman merupakan bentuk kemandirian Indonesia dalam penyediaan vaksin Covid-19. "Kita tidak berharap ada pandemi lagi, tapi negara harus siap," pungkasnya.
"Kita sering mendengar, industri farmasi di Indonesia seperti tukang jahit, bahan dan peralatan dari luar (negeri) padahal kita punya kemampuan menjadi desainer. Untuk meningkatkan kemampuan anak bangsa ini jadi PR kami ke depan agar Indonesia bisa mandiri di bidang kesehatan," kata Rahman Roestan, Direktur operasi PT Bio Farma dikutip Kamis (24/11/2022).
Soal inovasi, Bio Farma sangat mengutamakan ide-ide dari internal perusahaan yang sifatnya bottom up. Unit-unit kerja diberikan keleluasaan untuk mengajukan ide inovasi sekecil apa pun yang nantinya akan diverifikasi oleh Bio Farma.
"Perusahaan akan memberikan arpesiasi kepada pemenang," jelas Rahman.
Ada tiga kategori ide dan inovasi yang diapresiasi oleh Bio Farma kepada pegawai yang memiliki ide inovasi dengan standar bisa memberikan keuntungan terhadap perusahaan baik berupa efisiensi atau pendapatan.
Kategori pertama adalah inisiatif yang perusahaan mendapatkan keuntungan berupa efisiensi dan pendapatan yang paling minimal. Kedua adalah kategori kreatif ketika ide yang dimanfaatkan memiliki potensi keuntungan terhadap perusahaan baik berupa efisiensi atau pendapatan menengah dan kategori terakhir adalah invensi.
Dalam kategori ini biasanya sudah berupa penemuan baru yang orisinil dengan potensi memberikan keuntungan kepada perusahaan dengan nilai yang tinggi. Tentunya apresiasi yang diberikan kepada pemilik ide pun akan tinggi pula.
"Kami mendorong karyawan agar berani memberikan ide yang meyakinkan, ide yang memberikan penghematan atau tambahan revenue untuk perusahaan. Bukan hanya inovasi produk tapi inovasi dalam poses administrasi juga," tuturnya.
Inovasi-inovasi dari pegawai Bio Farma pun sudah ada 13 yang dipatenkan oleh lembaga-lembaga sertifikasi paten. Satu masuk (fase) pelayanan teknis, 5 sudah granted (mendapatkan paten) dan sisanya dalam pemeriksaan substansif.
Tidak hanya inovasi dari internal saja, Bio Farma juga membangun kolaborasi dengan pihak luar seperti seperti universitas dan lembaga riset dalam negeri lainnya. Rahman mengatakan, pihaknya ke depan juga akan berkolaborasi dengan universitas luar negeri untuk mencari inovasi, terutama dalam bidang bio teknologi dan vaksin.
"Untuk mendapatkan inovasi dan produksi vaksin di tengah pendaftaran paten, kita harus berkolaborasi, mengikuti update serta memiliki kemadirian riset," tandasnya.
Rahman menambahkan, salah satu kolaborasi yang sukses dilakukan PT Bio Farma dengan pihak luar adalah dalam rangka pengembangan dan produksi vaksin Covid-19 Indovac yang berbasis Subunit Protein Rekombinan.
Pengembangan produksi vaksin Indovac bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti Kementrian Kesehatan, Badan Litbangkes, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eijkman dan Baylor College of Medicine.
Bahkan dalam jangka panjang menengah proses pengembangan dan produksi vaksin Indovac, Bio Farma menjalin kerja sama dalam rangka mengakuisisi teknologi baru dalam produksi vaksin dengan WHO dan CEPI serta collaborator internasional lainnya.
Produksi vaksin Indovac menurut Rahman merupakan bentuk kemandirian Indonesia dalam penyediaan vaksin Covid-19. "Kita tidak berharap ada pandemi lagi, tapi negara harus siap," pungkasnya.
(uka)