Negara Ini Ketiban Untung Saat Perang Rusia Ukraina Pecah, Kok Bisa?

Senin, 28 November 2022 - 11:24 WIB
loading...
Negara Ini Ketiban Untung Saat Perang Rusia Ukraina Pecah, Kok Bisa?
Saat banyak ekonomi terguncang karena dampak perang Rusia Ukraina, beberapa negara justu ketiban untung dari masuknya imigran Rusia dan kekayaan yang menyertainya. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Saat banyak ekonomi terguncang karena dampak perang Rusia Ukraina , beberapa negara justu ketiban untung dari masuknya imigran Rusia dan kekayaan yang menyertainya. Salah satunya Georgia, sebuah negara bekas Republik Uni Soviet yang berbatasan dengan Rusia justru melihat ekonominya berkembang pesat.

Selain itu ada juga ekonomi Armenia dan Turki yang melesat naik di tengah kekacauan yang sedang berlangsung. Setidaknya 112.000 orang Rusia telah bermigrasi ke Georgia tahun ini, menurut laporan.



Gelombang pertama yang tiba hampir mencapai 43.000 setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, lalu. Sementara itu gelombang kedua -yang jumlahnya lebih sulit ditentukan- mulai masuk setelah dorongan mobilisasi militer Putin pada bulan September.

Georgia menjadi negara tujuan imigran asal Rusia saat gelombang pertama dimana mencapai hampir seperempat (23,4%) dari total yang pergi meninggalkan negara yang dipimpin Vladimir Putin tersebut. Hal ini berdasarkan survei online terhadap 2.000 migran Rusia yang dilakukan oleh kelompok penelitian Ponars Eurasia.

Mayoritas migran Rusia yang tersisa telah melarikan diri ke Turki (24,9%), Armenia (15,1%) dan negara-negara lain (19%).

Masuknya imigran Rusia memberikan dampak yang sangat besar pada ekonomi Georgia, dimana perlahan mulai naik setelah perlambatan Covid-19. Selain itu mata uang mereka juga meningkat mencapai 15% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun ini.

Dana Moneter Internasional atau IMF saat ini memperkirakan ekonomi Georgia akan tumbuh sebesar 10% pada tahun 2022, setelah merevisi perkiraannya bulan ini dan lebih dari tiga kali lipat meningkat 3% dari proyeksi April.

"Lonjakan imigran dan arus masuk keuangan yang dipicu oleh perang," menjadi salah satu di antara alasan kenapa kenaikan itu terjadi. IMF juga melihat ekonomi Turki tumbuh 5% tahun ini, sementara Armenia melonjak 11% ditopang "arus masuk yang besar, pendapatan eksternal, modal, dan tenaga kerja ke negara itu."

Georgia telah diuntungkan dari lonjakan dramatis arus masuk modal pada tahun ini, terutama dari Rusia. Dimana Rusia menyumbang tiga perlima (59,6%) dari arus masuk modal asing Georgia pada bulan Oktober saja —total volume naik 725% secara year-on-year.

Antara Februari dan Oktober, Rusia mentransfer USD1,412 miliar ke rekening Georgia — lebih dari empat kali lipat USD314 juta yang ditransfer selama periode yang sama pada tahun 2021 — menurut National Bank of Georgia.

Sementara itu Rusia membuka lebih dari 45.000 rekening bank di Georgia hingga September, hampir dua kali lipat jumlah rekening yang dimiliki Rusia di negara itu.

Imigran

Lokasi strategis Georgia dan hubungan bersejarah dan ekonominya dengan Rusia menjadikannya titik masuk yang jelas bagi para imigran Rusia. Sementara itu kebijakan imigrasi liberalnya memungkinkan orang asing untuk tinggal, bekerja, dan mendirikan bisnis tanpa perlu visa.

Seperti Armenia dan Turki, negara itu telah menolak menegakkan sanksi Barat pada negara paria (juga disebut pariah internasional atau pariah global) adalah negara yang dianggap tersingkir dalam komunitas internasional. Hal itu membuat Rusia dan uang mereka untuk bergerak bebas masuk ke Georgia melintasi perbatasan.

Sementara itu Turki telah memberikan izin tinggal kepada 118.626 orang Rusia tahun ini, menurut data pemerintah. Sedangkan seperlima dari penjualan properti asingnya pada tahun 2022 dilakukan oleh Rusia. Sedangkan pemerintah Armenia tidak memberikan data tentang angka migrasi atau pembelian propertinya seperti dilansir CNBC.

Namun dampak ekonomi telah mengejutkan bahkan untuk para ahli. "Kami memiliki pertumbuhan dua digit, yang tidak diharapkan siapa pun," kata Mikheil Kukava, kepala kebijakan ekonomi dan sosial di lembaga think tank Georgia Institute for Development of Freedom of Information (IDFI).

Pastinya sebagian besar kenaikan terjadi setelah pertumbuhan menurun selama pandemi virus corona. Tetapi Kukava mengatakan, hal itu juga menunjukkan aktivitas ekonomi para pendatang baru.

Ketika arus masuk puluhan ribu mungkin tampak minimal — bahkan untuk negara seperti Georgia, dengan populasi 3,7 juta — angka itu lebih dari 10 kali lipat dari 10.881 orang Rusia yang tiba sepanjang tahun 2021.

"Mereka sangat aktif. 42.000 warga Rusia yang dipilih secara acak memberikan dampak ini pada ekonomi Georgia," kata Kukava, merujuk pada gelombang pertama migran, banyak dari mereka kaya dan berpendidikan tinggi.

Gelombang kedua, sebagai perbandingan, lebih cenderung termotivasi untuk pergi dengan "ketakutan," katanya, daripada secara ekonomi.

Booming

Salah satu dampak yang paling terlihat dari pendatang baru adalah pada pasar perumahan Georgia. Harga properti di ibu kota, Tbilisi, naik 20% secara year on year (YoY) pada bulan September dan transaksi naik 30%, menurut bank Georgia TBC. Harga sewa juga melonjak 74% sepanjang tahun ini.

Di tempat lain, 12.093 perusahaan Rusia baru terdaftar di Georgia dari Januari dan November 2022 tahun ini, lebih dari 13 kali jumlah total yang didirikan pada tahun 2021, menurut Kantor Statistik Nasional Georgia.

Namun tidak semua orang antusias dengan prospek baru untuk Georgia. Sebagai bekas republik Soviet yang berperang singkat dengan Rusia pada tahun 2008, hubungan Georgia dengan Rusia sangat kompleks, dan beberapa orang Georgia takut akan dampak sosial-politik yang dapat ditimbulkan oleh kedatangan para imigran tersebut.

Perlambatan

Para pengamat tampaknya mempertimbangkan ketidakpastian itu. Baik pemerintah Georgia dan Bank Nasional mengatakan, mereka memperkirakan pertumbuhan akan melambat pada tahun 2023. IMF juga memproyeksikan pertumbuhan turun menjadi sekitar 5% tahun depan.

"Pertumbuhan dan inflasi diperkirakan akan melambat pada tahun 2023, didukung oleh arus masuk eksternal yang moderat, memburuknya kondisi ekonomi dan keuangan global," kata IMF dalam catatannya awal bulan ini.

"Hal (Itu) menunjukkan bahwa pemerintah Georgia tidak mengharapkan mereka akan tinggal," kata Kukava tentang kedatangan para pendatang Rusia.

Menurut survei Ponars Eurasia yang dilakukan antara Maret dan April, kurang dari setengah (43%) migran Rusia mengatakan pada saat itu bahwa mereka berencana untuk tinggal di negara tujuan awal mereka dalam jangka panjang. Lebih dari sepertiga (35%) ragu-ragu, hampir seperlima (18%) berniat untuk pindah ke tempat lain, dan hanya 3% yang berencana untuk kembali ke Rusia.

"Kami lebih baik -pemerintah maupun Bank Nasional- jika kami tidak mendasarkan asumsi ekonomi kami atas dasar bahwa orang-orang ini akan tetap tinggal," tambah Kukava.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0077 seconds (0.1#10.140)