Mengetahui Sagu Sebagai Solusi Pangan Pengganti Nasi

Jum'at, 10 Juli 2020 - 11:45 WIB
loading...
Mengetahui Sagu Sebagai Solusi Pangan Pengganti Nasi
Selain beras, sagu ternyata juga dikonsumsi luas sejak dahulu di bumi Nusantara. Sagu sejak dulu juga sudah diolah menjadi berbagai jenis makanan yang lezat. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Selama ini kita percaya bahwa beras merupakan makanan asli Indonesia. Selain beras, sagu ternyata juga dikonsumsi luas sejak dahulu di bumi Nusantara. Sagu sejak dulu juga sudah diolah menjadi berbagai jenis makanan yang lezat.

Tepung sagu ini diperoleh dari hasil olahan batang rumbia. Di Tanah Air sendiri, sagu dapat ditemukan di Indonesia Timur, seperti Maluku dan Papua. Sagu kaya kandungan karbohidrat, sagu sering menjadi pengganti makanan pokok bagi masyarakat.

Di beberapa daerah Indonesia, malah banyak yang mengembangkan sagu sebagai bahan dasar kue. Bahkan sagu dibuat langsung menjadi makan yang pure terbuat dari sagu. Sagu termasuk komoditi ekspor yang mahal, berikut ini sepuluh olahan sagu yang harus kamu nikmati. Rasanya tentu khas Indonesia banget.

Sagu merupakan salah satu makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia timur (Papua, Maluku, Sulawesi Utara, dan sejumlah daerah di Nusa Tenggara). Konsumsi sagu sebagai makanan pokok antara lain dalam bentuk makanan tradisional, seperti papeda, kapurung, sagu bakar, dan menu lainnya. (Baca: Mentan Hakulyakin 11 Bahan Pangan Aman Sampai Akhir Tahun)

Kini persentase masyarakat Maluku dan Papua yang mengkonsumsi sagu sekitar 30 % masih menggunakan sagu sebagai makanan pokok. Dalam menu setiap harinya. Mengkonsumsi menu sagu dan umbi-umbian sekitar 50 %. Sedangkan sisanya, terutama yang berada di daerah perkotaan, sudah beralih ke beras.

Ada banyak jenis tanaman sagu yang dapat menghasilkan tepung sagu dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Diantaranya Kepulauan Maluku, Papua, Mentawai, Riau, dan Sumatera. Serta di daerah Riau juga dijumpai sagu yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk butiran yang dikenal dengan nama sagu rendang. Ada olahan sagu dalam bentuk lain seperti kue bangkit, laksa sagu, dan sagu embel.

Dalam diskusi daring yang dilaksanakan oleh Badan Restorasi Gambut bertajuk Tanaman Sagu di Lahan Gambut: Potensi dan Tantangan Pengembangan beberapa waktu lalu, Prof. Dr. Ir. HMH Bintoro, M. Agr dari IPB University membawa peserta diskusi online menelurusi cerita tentang sagu dimulai sejak abad ke-9 masehi di tanah Jawa.

Pengolahan sagu saat ini juga semakin modern. Pada industri pangan, tepung sagu mulai diteliti dan dikembangkan menjadi biskuit pendamping air susu ibu atau weaning food, sohun instan, serta kue kering. Prof. Bintoro mengatakan bahwa sagu memiliki nutrisi yang relatif lengkap dan baik bagi tubuh. Di dalam sagu, terdapat karbohidrat dalam jumlah yang cukup banyak serta protein, vitamin, dan mineral.

“Sagu adalah salah satu bahan pangan lokal Indonesia berpotensi, yang perlu lebih dieksplorasi pengembangan dan kegunaannya karena memiliki kadar karbohidrat dan serat yang tinggi. Dengan kandungannya, sagu menjadi solusi pangan pengganti nasi, dan bermanfaat bagi mereka yang mengidap penyakit celiac atau penyakit autoimun yang terjadi akibat mengonsumsi gluten,” tambah Prof. Bintoro. (Baca juga: Guru Besar Unpad Sebut Inovasi Industri Pangan Perlu Dukungan Pemerintah)

Sagu menjadi salah satu tanaman yang dapat memperkuat ketahanan pangan Indonesia di masa yang akan datang. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini adalah peningkatan produksi sagu. Di Indonesia, budidaya sagu dikembangkan di areal seluas total 5.539.637 hektare, tersebar di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Mentawai, Papua, dan Papua Barat.

Kapasitas produksi sagu saat ini hanya sebanyak 250.400 ton per tahun. Terdiri dari sagu rakyat sebanyak 241.000 ton per tahun, sagu perkebunan 6.000 ton per tahun, sagu rakyat Papua 400 ton per tahun, dan sagu perkebunan di Papua Barat sebanyak 3.000 ton per tahun.

“Pada jangka panjang sagu dapat memberi keuntungan ekonomi karena dapat memperkuat ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kualitas hidup dan sosial ekonomi masyarakat, terutama petani dan pengolah sagu,” ungkap Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead. (Lihat videonya: Maria Lumowa Berhasil Diekstradisi ke Indonesia, Simak Kronologis Lengkapnya)

Jadi, Anda yang terbiasa makan nasi mulai sekarang bisa sesekali membiasakan mengolah sagu untuk makanan sehari-hari. Aneka masakan dari mi sagu maupun bubur sagu bisa menjadi pilihan yang ditambahan bahan-bahan sea food seperti udang dan ikan dori yang lembut teksturnya serta menggugah selera makan sekeluarga. (Dyah Ayu Pamela)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1122 seconds (0.1#10.140)