Menghindari 'Setan Lewat' dalam Berinvestasi
A
A
A
JAKARTA - Sukses berinvestasi, baik pada aset riil maupun finansial, tergantung pada lima hal: Kemampuan menemukan dan menganalisis peluang investasi, keberanian mengambil risiko, perencanaan investasi yang matang, eksekusi perencanaan investasi yang baik, dan mengendalikan emosi.
Kita akan membahas terlebih dahulu aspek terakhir, pengendalian emosi. Novel klasik berjudul ”Dr Jekyll and Mr Hyde ” karya Louis Stevenson (1886) mengisahkan Dr Jeckyll yang amat santun, ramah dan banyak teman. Sebaliknya, Mr Hyde adalah pria yang misterius, kejam, dan pembunuh. Keduanya tidak bisa tampil bersamaan karena sejatinya Mr Hyde adalah transformasi dari Dr Jeckyll setelah minum suatu ramuan. Mr Hyde merupakan ekspresi dari kepribadian tersembunyi Dr Jeckyll.
Semakin hari, kekuatan Mr Hyde semakin bertambah sehingga Dr Jeckyll harus minum ramuan lain untuk mempertahankan jati dirinya. Akhirnya Dr Jeckyll menyerah kalah, ia sepenuhnya menjadi Mr Hyde. Mirip dengan Jeckyll dan Hyde, seseorang bisa memiliki dua ”kepribadian” yang berbeda: Tuan Rasional dan Tuan Emosional. '
Tuan Rasional sadar bahwa ia harus berinvestasi untuk masa tuanya. Tuan Emosional lebih suka berfoya-foya. Tuan Rasional ingin tetap sehat dan langsing. Tuan Emosional tidak tahan melihat es krim dan gulai kambing. Dan Ariely, pakar behavioral economist dari MIT, berteori bahwa pembuatan keputusan dipengaruhi oleh kondisi emosional (hot stage) atau rasional (cool stage).
Dari risetnya dengan sampel mahasiswa University of California, Berkeley, ia membuktikan bahwa keputusan yang diambil saat hot stage amat berbeda dengan cool stage. Saat cool stage, hampir semua mahasiswa menjawab ”No ” saat ditanya apakah bersedia berhubungan seks bebas tanpa kondom, karena takut terkena HIV. Namun pada hot stage (kondisi terangsang secara seksual), mayoritas mahasiswa tersebut menjawab ”Yes ” untuk pertanyaan yang sama.
Keputusan yang diambil saat hot stage cenderung tidak rasional sehingga bersifat merugikan. Dalam budaya Jawa, ada istilah ”setan lewat”. Orang baik bisa terkena ”setan lewat”, yakni punya ide atau mengambil keputusan impulsif yang tidak rasional sehingga merugikan. Misalnya, seseorang yang tiba-tiba ingin mencuri di toko saat melihat barang yang diidamkan, dan penjaganya sedang sibuk melayani. Artinya, saat ada setan lewat, Tuan Emosional berhasil meng-KO Tuan Rasional.
Pemain bulu tangkis legendaris, Rudy Hartono, sang juara All England delapan kali, terkenal memiliki teknik yang mumpuni, stamina yang kuat, otak yang encer dan pengendalian emosi yang bagus. Rudy adalah pemain yang cool, calm. Jika membuat kesalahan, dia tidak cepat marah, down, dan tertekan. Sebaliknya, saat posisi sedang unggul, dia tetap waspada dan bermain sabar tidak terburu- buru.
Ketenangan Rudy yang membuat lawan-lawannya takluk, termasuk Svend Pri, seteru terberatnya yang eksentrik dan emosional. Rudy tetap bermain dengan tenang dan bersemangat meskipun lawan sudah hampir menang. ”Sebelum poin terakhir diraih lawan, pertandingan belum berakhir,” kata Rudy dengan yakin.
Bagaimana cara menghindari ”setan lewat” dalam berinvestasi?
Pertama, kita dapat menentukan beberapa aturan sebagai patokan untuk bertindak (rules of thumbs). Aturan ini menjadi wake-up-c a l l yang membangunkan kita saat Tuan Emosional mulai beraksi. Misalnya, untuk pensiunan, jangan pernah sentuh uang pokok simpanan di deposito. Bagi trader saham, jangan trading melebihi sejumlah uang tertentu. Bagi investor saham berwawasan jangka panjang, komitmen untuk tetap memegang saham walau pasar sedang bearish (lesu, harga turun).
Bagi investor properti, sebaiknya berhati-hati saat terlihat ratusan spekulan properti berebutan membeli rumah baru yang ditawarkan. Bagi investor awam, menghindari investasi bodong seperti arisan berantai atau Skema Ponzi. Kedua, mengendalikan lingkungan. Kita bisa menghindari objek atau situasi yang bisa membuat Tuan Emosional muncul. Misalnya, perokok yang sedang berusaha berhenti merokok sebaiknya tidak menyimpan rokok di rumah.
Bagi investor yang mudah diombang-ambingkan dengan berbagai sentimen/ berita, sebaiknya menghindari saham dan memilih instrumen investasi yang lebih rendah risiko seperti obligasi. Terakhir, dan yang terpenting, hindari membuat keputusan saat hot stage . Redakan dulu emosi dan buatlah keputusan investasi pada saat cool stage . Ungkapan dalam budaya Jawa, ”Alon alon waton kelakon ” bisa diterapkan untuk menghindari ”setan lewat”.
Ungkapan ini sering disalahartikan sebagai melakukan sesuatu dengan pelan-pelan, mirip tarian di Keraton Yogyakarta. Namun sebenarnya ia punya makna yang dalam, yakni melakukan sesuatu secara seksama, penuh perhitungan, tidak terburu-buru. Lebih baik kehilangan kesempatan daripada menderita kerugian karena grusa-grusu. Tanpa bertemu ”setan lewat”, harapan kita untuk mencapai tujuan investasi menjadi lebih besar.
LUKAS SETIA ATMAJA
Financial Expert - Prasetiya Mulya Business School
Kita akan membahas terlebih dahulu aspek terakhir, pengendalian emosi. Novel klasik berjudul ”Dr Jekyll and Mr Hyde ” karya Louis Stevenson (1886) mengisahkan Dr Jeckyll yang amat santun, ramah dan banyak teman. Sebaliknya, Mr Hyde adalah pria yang misterius, kejam, dan pembunuh. Keduanya tidak bisa tampil bersamaan karena sejatinya Mr Hyde adalah transformasi dari Dr Jeckyll setelah minum suatu ramuan. Mr Hyde merupakan ekspresi dari kepribadian tersembunyi Dr Jeckyll.
Semakin hari, kekuatan Mr Hyde semakin bertambah sehingga Dr Jeckyll harus minum ramuan lain untuk mempertahankan jati dirinya. Akhirnya Dr Jeckyll menyerah kalah, ia sepenuhnya menjadi Mr Hyde. Mirip dengan Jeckyll dan Hyde, seseorang bisa memiliki dua ”kepribadian” yang berbeda: Tuan Rasional dan Tuan Emosional. '
Tuan Rasional sadar bahwa ia harus berinvestasi untuk masa tuanya. Tuan Emosional lebih suka berfoya-foya. Tuan Rasional ingin tetap sehat dan langsing. Tuan Emosional tidak tahan melihat es krim dan gulai kambing. Dan Ariely, pakar behavioral economist dari MIT, berteori bahwa pembuatan keputusan dipengaruhi oleh kondisi emosional (hot stage) atau rasional (cool stage).
Dari risetnya dengan sampel mahasiswa University of California, Berkeley, ia membuktikan bahwa keputusan yang diambil saat hot stage amat berbeda dengan cool stage. Saat cool stage, hampir semua mahasiswa menjawab ”No ” saat ditanya apakah bersedia berhubungan seks bebas tanpa kondom, karena takut terkena HIV. Namun pada hot stage (kondisi terangsang secara seksual), mayoritas mahasiswa tersebut menjawab ”Yes ” untuk pertanyaan yang sama.
Keputusan yang diambil saat hot stage cenderung tidak rasional sehingga bersifat merugikan. Dalam budaya Jawa, ada istilah ”setan lewat”. Orang baik bisa terkena ”setan lewat”, yakni punya ide atau mengambil keputusan impulsif yang tidak rasional sehingga merugikan. Misalnya, seseorang yang tiba-tiba ingin mencuri di toko saat melihat barang yang diidamkan, dan penjaganya sedang sibuk melayani. Artinya, saat ada setan lewat, Tuan Emosional berhasil meng-KO Tuan Rasional.
Pemain bulu tangkis legendaris, Rudy Hartono, sang juara All England delapan kali, terkenal memiliki teknik yang mumpuni, stamina yang kuat, otak yang encer dan pengendalian emosi yang bagus. Rudy adalah pemain yang cool, calm. Jika membuat kesalahan, dia tidak cepat marah, down, dan tertekan. Sebaliknya, saat posisi sedang unggul, dia tetap waspada dan bermain sabar tidak terburu- buru.
Ketenangan Rudy yang membuat lawan-lawannya takluk, termasuk Svend Pri, seteru terberatnya yang eksentrik dan emosional. Rudy tetap bermain dengan tenang dan bersemangat meskipun lawan sudah hampir menang. ”Sebelum poin terakhir diraih lawan, pertandingan belum berakhir,” kata Rudy dengan yakin.
Bagaimana cara menghindari ”setan lewat” dalam berinvestasi?
Pertama, kita dapat menentukan beberapa aturan sebagai patokan untuk bertindak (rules of thumbs). Aturan ini menjadi wake-up-c a l l yang membangunkan kita saat Tuan Emosional mulai beraksi. Misalnya, untuk pensiunan, jangan pernah sentuh uang pokok simpanan di deposito. Bagi trader saham, jangan trading melebihi sejumlah uang tertentu. Bagi investor saham berwawasan jangka panjang, komitmen untuk tetap memegang saham walau pasar sedang bearish (lesu, harga turun).
Bagi investor properti, sebaiknya berhati-hati saat terlihat ratusan spekulan properti berebutan membeli rumah baru yang ditawarkan. Bagi investor awam, menghindari investasi bodong seperti arisan berantai atau Skema Ponzi. Kedua, mengendalikan lingkungan. Kita bisa menghindari objek atau situasi yang bisa membuat Tuan Emosional muncul. Misalnya, perokok yang sedang berusaha berhenti merokok sebaiknya tidak menyimpan rokok di rumah.
Bagi investor yang mudah diombang-ambingkan dengan berbagai sentimen/ berita, sebaiknya menghindari saham dan memilih instrumen investasi yang lebih rendah risiko seperti obligasi. Terakhir, dan yang terpenting, hindari membuat keputusan saat hot stage . Redakan dulu emosi dan buatlah keputusan investasi pada saat cool stage . Ungkapan dalam budaya Jawa, ”Alon alon waton kelakon ” bisa diterapkan untuk menghindari ”setan lewat”.
Ungkapan ini sering disalahartikan sebagai melakukan sesuatu dengan pelan-pelan, mirip tarian di Keraton Yogyakarta. Namun sebenarnya ia punya makna yang dalam, yakni melakukan sesuatu secara seksama, penuh perhitungan, tidak terburu-buru. Lebih baik kehilangan kesempatan daripada menderita kerugian karena grusa-grusu. Tanpa bertemu ”setan lewat”, harapan kita untuk mencapai tujuan investasi menjadi lebih besar.
LUKAS SETIA ATMAJA
Financial Expert - Prasetiya Mulya Business School
(akr)