PLTD Legon Bajak Memerdekakan Warga Karimunjawa Menikmati Listrik

Selasa, 31 Mei 2016 - 01:20 WIB
PLTD Legon Bajak Memerdekakan Warga Karimunjawa Menikmati Listrik
PLTD Legon Bajak Memerdekakan Warga Karimunjawa Menikmati Listrik
A A A
KARIMUNJAWA - Senyum lebar menyeruak di wajah Sumoko, 52, warga Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Laki-laki yang telah memiliki tiga cucu ini mengaku bahagia dengan kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Legon Bajak.

Baginya ini merupakan kemerdekaan kedua warga Karimunjawa. Dengan adanya listrik selama 24 jam, masyarakat terbebas dari belenggu. Masyarakat bisa menikmati aliran listrik untuk meningkatkan usahanya dan juga bisa menikmati listrik untuk memperlancar arus informasi.

"Selama ini untuk berusaha juga susah. Mau buka homestay khawatir tidak ada tamu yang mau karena listrik tidak ada. Bayangkan, kalau kami ke Jepara langsung balas dendam, 24 jam di depan televisi terus," ujarnya, Senin (30/5/2016).

Laki-laki yang sehari-hari menanam rumput laut ini mengaku lega dengan kehadiran listrik 24 jam ini. Ia lantas menceritakan susahnya ketika aliran listrik hanya beberapa jam menyala. Untuk dapat menyalakan peralatan elektronik secara maksimal menjadi sebuah keniscayaan. Untuk sekedar nonton televisi, harus bersabar sampai listrik benar-benar menyala. Apalagi untuk menyalakan kulkas atau mesin pembuat es batu, ia terpaksa merogoh kocek cukup besar.

Ketika menyalakan listrik yang menerangi rumahnya dengan genset pribadi yang ia miliki, ia harus mengeluarkan ongkos beli premium sekitar dua liter dengan harga Rp 10.000 per liter. Itupun hanya menyala dari pukul 18.00 WIB-22.00 WIB. Sementara untuk menyalakan genset yang digunakan mengaliri kulkas dan mesin pendingin, ia harus merogoh kocek membeli solar sebanyak enam liter dalam semalam, di mana harga solar Rp7.500 per liternya.

Kebahagiaan juga sangat dirasakan oleh Manajer Perusahaan Listrik Daerah (PLD) Karimunjawa (pengelola listrik dari Pemda Jepara), Nor Soleh Eko Prasetyawan. Pria setengah baya ini mengungkapkan, listrik di Karimunjawa sebenarnya sudah ada sejak tahun 1977. Dengan kemampuan seadanya, Pemda membangun jaringan listrik menuju ke warga. Dengan kabel engkel merah dan hitam, PLD Jepara mengalirkan listrik ke rumah warga. Karena kemampuan genset yang digunakan sebagai penyuplai rumah warga terbatas, maka jam operasionalnya juga dibatasi.

Untuk wilayah Kota Karimunjawa, aliran listrik bisa mencapai 12 jam, sementara di pedesaan hanya enam jam. Itu juga tidak maksimal karena daya yang dihasilkan tidak bisa mencukupi. Untuk tiga jam terakhir, aliran listrik di tiga dusun di desa Kemojan juga mengalami penurunan. Sehingga penggunaan listrik untuk membantu warga juga sangat terbatas.

Selama dikelola Pemkab Jepara, sistem pengelolaannya memang sudah berbayar. Warga yang ingin menikmati aliran listrik harus membayar Rp2.500 per KWh. Meski memiliki pelanggan sekitar 1.600 kepala keluarga, nampaknya pemasukkan tidak mampu menutup biaya operasional mereka. Dalam setahun, Pemda harus mengeluarkan biaya Rp6 miliar. Sementara pendapatan dari biaya beban yang diberikan ke masyarakat dalam setahun hanya Rp2 miliar.

"Makanya Pemda nombok terus," ujarnya.

Beruntung, tahun 2014 lalu, Pemprov Jawa Tengah dengan PT PLN Persero dikabarkan mengambilalih pengelolaan listrik di Karimunjawa. Realisasi itu terjadi pada 31 Desember 2015 lalu. Sejak Januari 2016, PLN mulai mendirikan PLTD di Legon Bajak, Desa Kemojan, Kecamatan Karimunjawa. Sebenarnya, target penyelesaian PLTD tersebut selesai bulan Juli. Namun berkat kerja sama berbagai pihak, PLTD sudah terealisasi akhir bulan Mei ini.

Sumoko bersama ratusan warga Karimunjawa hadir di PLTD pada Senin pagi (30/5/2016). Mereka ingin menyaksikan hari bersejarah peresmian PLTD tersebut. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Tengah Nasri Sebayang, General Manager PLN Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dwi Kusnanto, Kapolda Jateng Irjen Pol. Condrokirono dan Komandan Korem Jepara hadir meresmikan operasional PLTD di wilayah mereka.

Dwi Kusnanto mengungkapkan, selama ini pasokan listrik di Pulau Karimunjawa hanya sekitar 2,2 Megawatt dan dikelola pemerintah daerah. Ketika dikelola Pemda, aliran listrik hanya bisa dinikmati masyarakat sekitar 18 jam. Melalui peresmian PLTD Legon Bajak ini, masyarakat sudah bisa menikmati listrik 24 jam selama sebulan penuh.

"Ini merupakan komitmen kami mendukung Pemda mengembangkan perekonomian masyarakat," ujarnya ketika melakukan peresmian PLTD Legon Bajak, Karimunjawa.

Gubernur Ganjar mengaku berterima kasih dengan apa yang dilakukan PLN. Jika pengelolaan listrik di Karimunjawa tidak diambilalih PLN maka Pemda tidak akan mampu. Selama ini, listrik di Karimunjawa memang sudah ada dan dikelola Pemkab Jepara melalui perusahaan daerah. Hanya saja, keuangan Pemkab tidak mampu menutupi biaya operasional dari listrik di Karimunjawa ini.

Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Tengah, Nasri Sebayang menambahkan, kerja sama antara PLN dan Pemprov Jawa Tengah patut dicontoh dan diterapkan di wilayah lain. Tanpa kolaborasi berbagai pihak, terutama peran aktif dari Pemda, niat baik PLN memberikan layanan listrik bagi semua warga akan sulit tercapai. Dukungan dan kerja sama Pemda dengan PLN sangat dibutuhkan untuk program kelistrikan di wilayah terpencil.

"Masih ribuan wilayah di Indonesia yang belum teraliri listrik. Perlu dukungan aktif semua pihak, termasuk Pemda," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3922 seconds (0.1#10.140)