Harga Minyak Dunia Jatuh Terimbas Penolakan Irak Potong Produksi

Senin, 24 Oktober 2016 - 11:46 WIB
Harga Minyak Dunia Jatuh Terimbas Penolakan Irak Potong Produksi
Harga Minyak Dunia Jatuh Terimbas Penolakan Irak Potong Produksi
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia mengalami kejatuhan lebih awal pada perdagangan hari ini, setelah Irak mengatakan ingin keluar dari kesepakatan OPEC (Organisasi negara-negara pengekspor minyak dunia) terkait pemotongan produksi. Para pelaku pasar meyakini penurunan harga minyak karena terimbas pernyataan Irak saat OPEC berencana memutuskan pembekuan produksi pada pertemuan 30 November, mendatang.

Dilansir Reuters, Senin (24/10/2016) harga minyak mentah berjangka Brent pada sesi perdagangan awal pekan hari ini berada di level USD51.61 per barel pada pukul GMT 00.51 atau turun 17 sen dibandingkan sesi sebelumnya. Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) juga menyusut 20 sen menjadi USD50,56 per barel.

OPEC yang akan menggelar pertemuan akhir bulan ini berencana untuk mengurangi produksi dengan berbagai cara di kisaran 32,50 hingga 33.0 juta barel per hari, atau turun dari sebelumnya dari 33.39 juta bpd pada bulan September. Tapi agenda tersebut akan sulit tercapai jika salah satu anggota OPEC yakni Irak yang merupakan produsen terbesar kedua setelah Arab Saudi, tidak berpartisipasi.

Wakil Mneteri Energi Irak Fayadh al-Nema mengatakan pada pekan ini bahwa produksi minyak negaranya berada pada posisi 4.774 juta bpd dengan ekspor sebesar 3.87 juta bpd. "Kami tidak akan balik mundur dengan cara apapun, tidak oleh siapa pun bahkan OPEC," ucap Kepala Perusahaan Minyak Irak Falah al-Amri.

"Komentar Irak pada akhir pekan ini bahwa mereka tidak akan bergabung dengan perjanjian OPEC untuk memotong produksi bisa membuat minyak berada di bawah tekanan di sesi hari ini," kata Bank ANZ.

Meskipun kemampuan OPEC diragukan terkait upaya membatasi produksi ditambah konsumsi lemah para importir dunia, para analis mengatakan bahwa pasar minyak dunia terlihat stabil. Hal ini melihat adanya keseimbangan antara produksi dan konsumsi.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9294 seconds (0.1#10.140)