Anomali Cuaca Ancam Penurunan Produksi Kopi Jabar

Minggu, 20 Juli 2014 - 16:10 WIB
Anomali Cuaca Ancam Penurunan Produksi Kopi Jabar
Anomali Cuaca Ancam Penurunan Produksi Kopi Jabar
A A A
BANDUNG - Anomali cuaca yang terjadi saat ini telah mengancam penurunan produksi kopi di Jawa Barat. Panen raya kopi arabika di Jabar seharusnya terjadi di awal April. Namun, akibat curah hujan yang masih tinggi, panen raya harus mundur ke pertengahan Juli.

Akibat curah hujan yang terjadi pada waktu panen, proses pengeringan kopi hasil panen raya menjadi bermasalah. Sehingga memicu penurunan mutu kopi yang dihasilkan.

"Anomali cuaca menjadikan cuaca hujan melebihi batas normal. Sehingga memicu buah kopi yang siap panen mengalami kemunduran dan kerontokan. Jadi banyak biji hitam dan berjamur," ujar Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Barat Iyus Supriyatna.

Biasanya, kata Iyus, pada bulan April-Oktober itu musim kemarau, tapi ternyata curah hujan masih tinggi. Jadinya, saat ini panen baru dimulai karena buah kopi dari warna hijau menjadi merah mengalami perlambatan, bahkan berjamur.

Anomali cuaca ini, terang dia, akan berdampak pada penurunan produksi kopi sekitar 10%-15% dari jumlah total produksi. Adapun total produksi kopi di Jabar sekitar 15.000 ton/tahun dengan luas lahan sekitar 30.500 hektare.

"Para eksportir kopi juga mengalami kesulitan memperoleh bahan baku kopi. Karena kualitas yang menurun akibat anomali cuaca membuat buah kopi menjadi rusak," katanya.

Iyus menghimbau agar para petani tak perlu khawatir dengan keadaan tersebut. Pasalnya, pihaknya tetap membantu para petani agar produksi kopi yang dihasilkan tetap maksimal sehingga masih memiliki nilai jual yang cukup mahal.

Berkenaan dengan ekspor kopi, selama ini eksportir masih mengandalkan pintu wilayah Medan dan Surabaya. Meski sebenarnya Jabar pun telah memiliki izin ekspor langsung sejak awal 2014.

"Jabar masih butuh waktu agar dapat melakukan ekspor kopi secara langsung dalam jumlah besar. Perlu komitmen antara petani, pengusaha, dan pemerintah yang terjalin dengan baik agar ekspor secara langsung ini bisa memberikan kontribusi besar bagi pendapatan daerah," tuturnya.

Diterangkan dia, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar sudah membuat surat untuk eskpor langsung. Karena beberapa kendala yang belum bisa diatasi, kegiatan ekspor langsung ini dimungkinkan akan molor hingga beberapa tahun ke depan.

"Ekspor kopi secara langsung dari Jabar selama kuartal I/2014 hanya mencapai 500 ton yang disebar ke negara Amerika dan Eropa. Jika ekspor kopi semuanya sudah dilakukan secara langsung di Jabar maka potensinya bisa mencapai ribuan ton," terangnya.

Iyus berharap, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang bernaluri bisnis agar kegiatan ekspor langsung ini bisa berjalan dengan lancar.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8273 seconds (0.1#10.140)