Kellog: Hentikan Ekspansi, Fokus Tumbuhkan Sustainabilitas Bisnis

Jum'at, 17 Oktober 2014 - 01:08 WIB
Kellog: Hentikan Ekspansi, Fokus Tumbuhkan Sustainabilitas Bisnis
Kellog: Hentikan Ekspansi, Fokus Tumbuhkan Sustainabilitas Bisnis
A A A
PADA umumnya, upaya pengembangan bisnis kerap dilakukan perusahaan melalui kegiatan ekspansi tanpa mempertimbangkan sustainabilitas dan pertumbuhan profit yang sehat.

Pandangan keliru yang banyak dilakukan perusahaan tersebut seperti dikemukakan Director of Center for Research in Technology & Inovation - Kellog School of Management, Mohan Sawhney.

"Memiliki perusahaan yang besar dengan brand dikenal luas dan menguasai pangsa pasar adalah impian semua pemilik perusahaan," kata Mohan dalam presentasinya di diskusi bertajuk Business Leader Forum dengan tema "Fewer, Bigger, Bolder" yang digelar PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan Markplus Inc di Ballroom Pacific Place, Jakarta, Kamis (16/10/2014).

Dia mengatakan, terintegrasinya bisnis global yang telah memicu peningkatan daya saing akan semakin menyulitkan perusahaan untuk berkembang dalam jangka pendek. Mohan menilai, perusahaan yang mampu bertumbuh dalam kurun waktu yang relatif singkat diyakini memiliki struktur keuangan yang tidak sehat.

Secara umum, jelas Mohan, upaya menyikapi ketatnya persaingan bisnis kerap dilakukan perusahaan melalui kebijakan penambahan produk, sumber daya dan memperluas pasar. "Tidak sedikit perusahaan yang menyiasatinya dengan memilih kebijakan merger dan akuisisi," tuturnya.

Sayangnya, tegas Mohan, perusahaan yang ambisius untuk mengembangkan bisnis tersebut, justru melupakan sisi sustainability dan profitable growth. "Banyak perusahaan yang fokus mengejar pencapaian jangka pendek, sehingga lalai dalam pengembangan strategi ekspansi," ujar Mohan.

Menurut Mohan, ada tujuh tahapan untuk mengembangkan perusahaan yang sustainable atau yang disebutnya sebagai "The Focus 7". Fase pengembangan bisnis yang sehat perlu diawali dari tahapan Discovery yang berupaya memetakan potensi-potensi yang masih dapat dioptimalkan.

Tahapan berikutnya, Strategy yang di dalamnya perlu mengupayakan penentuan prioritas pada faktor-faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan. Kemudian, Rallying Cry yang artinya perlu adanya informasi mengenai strategi bisnis perusahaan yang ditujukan ke seluruh elemen internal dengan cara yang paling efektif.

Tahap selanjutnya adalah People, perusahaan perlu memperhatikan sumber daya manusia yang memiliki energi, potensi dan passion yang besar. Setelah fase-fase perencanaan sudah dilakukan, berikutnya adalah Execution yang berupaya mengklarifikasi kesesuaian perencanaan dengan kondisi yang dihadapi dan kemudian mendelegasikan tugas kepada individu-individu pilihan.

Tahapan keenam adalah, Organization, perusahaan harus berupaya membangun kolaborasi antarperan di di organisasi, tanpa melupakan

fungsi pengawasan dan evaluasi. "Tahapan ketujuh, Metrics. Perusahaan harus mempunyai metriks yang valid dan reliable, sehingga bisa diketahui akurasi keberhasilan yang telah dicapai," kata Mohan.

Mohan bersama Hermawan Kertajaya, CEO Markplus,inc juga membahas study kasus Bank BTN yang sangat fokus terhadap pembiayaan perumahan.

Hal ini dibuktikan dengan peluncuran BTN Housing Finance Center (HFC) pada acara ini. BTN HFC ini merupakan salah satu terobosan yang dilakukan Bank BTN sebagai salah satu solusi permasalahan perumahan di Indonesia.

Sementara itu, Dirut Bank BTN Maryono menjelaskan, BTN HFC akan menjadi pengelola pusat pembelajaran perbankan dan riset perumahan yang profesional dan terkemuka di Indonesia dan akan menjawab kebutuhan bisnis pembiayaan perumahan baik dari dunia perbankan maupun dari para pelaku pembangunan perumahan (developer).
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8270 seconds (0.1#10.140)