Tim Reformasi Rekomendasikan Perhitungan Harga BBM Subsidi

Minggu, 21 Desember 2014 - 15:43 WIB
Tim Reformasi Rekomendasikan Perhitungan Harga BBM Subsidi
Tim Reformasi Rekomendasikan Perhitungan Harga BBM Subsidi
A A A
JAKARTA - Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas merekomendasikan kepada pemerintah dan PT Pertamina (Persero), terkait kebijakan subsidi dan perhitungan harga patokan bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

Ketua Tim Reformasi, Faisal Basri menyebutkan, pihaknya merekomendasikan agar Pertamina menghentikan impor RON 88 dan Gasoil 0,35% sulfur, dan menggantikannya masing-msing dengan impor Mogas 92 dan Gasoil 0,25% sulfur.

"Produksi minyak solar oleh kilang di dalam negeri pun perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga setara dengan Gasoil 0,25% sulfur," ujar dia di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Minggu (21/12/2014).

Lebih lanjut dia menyebutkan, pihaknya juga merekomendasikan agar produksi kilang domestik dialihkan dari bensin RON 88 menjadi RON 92.

Sebab menurutnya, melalui kebijakan tersebut, formula perhitungan Harga patokan menjadi lebih sederhana, benchmark yang digunakan dalam menghitung harga indeks pasar (HIP) menjadi lebih sesuai dengan dinamika pasar.

"Dalam jangka pendek, impor Mogas 92 akan meningkat, namun disertai penurunan impor RON 88. Dampak keseluruhannya, terutama dalam jangka panjang diperkirakan bakal positif," jelas dia.

Dia menambahkan, besaran subsidi bensin untuk RON 92 seharusnya bersifat tetap, misalnya Rp500 per liter. Pemerintah juga harus memerhatikan kebutuhan minyak solar untuk transportasi publik dan angkutan barang untuk kepentingan umum.

"Kebijakan subsidi untuk minyak solar dapat tetap menggunakan pola penetapan harga," terang Faisal.

Menurutnya, pemerintah dapat melakukan pembaruan kilang domestik sehingga produksi bensin RON 88 dapat digantikan dengan bensin RON 92, sehingga seluruh kilang domestik dapat memproduksi bensin RON 92.

Selain itu, lanjut Faisal, pengelolaan fasilitas kilang TPPI diserahkan sepenuhnya kepada Pertamina, untuk memungkinkan peningkatan produksi bensin RON 92 dapat maksimal.

"Selama masa transisi, produk RON 88 yang diproduksi dipasarkan di wilayah sekitar lokasi Kilang atau diserahkan kepada kebijakan Pertamina," ujarnya.

"Besaran subsidi per liter untuk RON 88 lebih kecil dari subsidi untuk Mogas 92. Fasilitas pemerintah untuk mempercepat pembaruan dan perluasan fasilitas kilang, serta Harga patokan bensin RON 88 yang digunakan menggunakan HIP dengan formula perhitungan yang berlaku saat ini," tandas Faisal.
(dol)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9110 seconds (0.1#10.140)