Merek Indonesia Harus Jadi Kebanggaan
A
A
A
JAKARTA - Momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei sudah saatnya direspons sebagai kebangkitan merek Indonesia. Merek sangat erat kaitannya dengan negara di mana produk tersebut berasal.
Indonesia sebagai negara dengan pasar yang sangat besar sudah seharusnya memiliki merek atau produk dalam negeri yang dibanggakan. Alasannya, dengan kelas menengah Indonesia yang mencapai 140 juta jiwa, Indonesia telah menjadi pasar yang empuk masuknya merek-merek asing.
“Coba perhatikan dapur rumah kita, mulai dari produk alat masakan hingga bumbu-bumbuan itu masih didominasi merek asing. Sudah saatnya Indonesia terutama peran negara turut campur mempertahankan dan memberi perhatian terhadap merek atau produk di dalam negeri. Merek adalah nasionalisme, dan nasionalisme adalah kebanggaan,” kata Program Director Indonesia Brand Forum Yuswohady dalam jumpa pers menyambut Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2015 di Jakarta kemarin.
Dia mencontohkan, sebenarnya ada banyak merek asal Indonesia yang sangat dikenal di luar negeri misalnya produk mi instan yang dijual di Nigeria. ”Mereka tidak tahu bahwa produk mi instan yang dijual di sana berasal dari sini. Orang Nigeria yang berada di Indonesia mengira bahwa mi instan tersebut berasal dari negaranya. Padahal, perusahaan tersebut sejak awal berada di Indonesia,” ungkap dia.
Dia mengatakan, dalam mempromosikan merek lokal, pemerintah sudah seharusnya berperan penting untuk melindunginya agar bisa bersaing di kancah global. ”Brand atau merek seharusnya juga bisa dibaca sebagai jati diri bangsa. Itu yang belum kita punya,” katanya.
Menurut Yuswohady, Indonesia Brand Forum (IBF) yang akan digelar pada 20 Mei 2015 merupakan konferensi merekmerek lokal yang menekankan ada sebuah semangat untuk membangkitkan kejayaan merek- merek Indonesia di luar negeri. Dalam forum tersebut, IBF akan mendorong tiga hal penting agar merek nasional mendapat dukungan pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla.
Pertama, pemerintahan harus memiliki keberpihakan yang tegas untuk mengembangkan merek-merek lokal di tengah serbuan merek global ke Tanah Air. Kedua, perusahaan dan merek nasional harus mengembangkan strategi ganda yakni defensif (mempertahankan pasar) dan ofensif (menembus pasar global).
Ketiga , para wirausaha harus memberikan nilai tambah (value added ) kepada komoditaskomoditas yang menjadi andalan Indonesia seperti kopi, teh, kelapa sawit, cokelat, serta kekayaan alam lain yang diolah dan menghasilkan merek yang akrab di masyarakat. ”Kita ingat, dahulu kita punya Aqua, tapi diambil alih oleh perusahaan asing. Seharusnya ada langkah-langkah preventif, baik melalui regulasi, kebijakan, dan fasilitasi yang bisa mencegah itu,” pungkas Yuswohady.
Di tempat yang sama, Direktur Marketing Martha Tilaar Samuel Pranata mengungkapkan, Indonesia sudah memiliki sumber daya manusia (SDM) dan teknologi yang mumpuni untuk melahirkan merek berkualitas dan bersaing dengan merek global.
”Kita tidak kalah dengan merek global lainnya. Misalnya pada produk kecantikan, kekayaan budaya nenek moyang kita mengenai ramuan kecantikan juga sejalan dengan keilmuan yang ada sehingga penekanannya ada pada nilai-nilai Indonesia,” sebut dia.
Sebagai informasi, merekmerek Indonesia yang mampu bersaing dengan produk asing di antaranya produk mi instan, minyak pelumas, kosmetika, produk nutrisi, perlengkapan kesehatan, tekstil, hingga elektronik.
Ichsan amin
Indonesia sebagai negara dengan pasar yang sangat besar sudah seharusnya memiliki merek atau produk dalam negeri yang dibanggakan. Alasannya, dengan kelas menengah Indonesia yang mencapai 140 juta jiwa, Indonesia telah menjadi pasar yang empuk masuknya merek-merek asing.
“Coba perhatikan dapur rumah kita, mulai dari produk alat masakan hingga bumbu-bumbuan itu masih didominasi merek asing. Sudah saatnya Indonesia terutama peran negara turut campur mempertahankan dan memberi perhatian terhadap merek atau produk di dalam negeri. Merek adalah nasionalisme, dan nasionalisme adalah kebanggaan,” kata Program Director Indonesia Brand Forum Yuswohady dalam jumpa pers menyambut Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2015 di Jakarta kemarin.
Dia mencontohkan, sebenarnya ada banyak merek asal Indonesia yang sangat dikenal di luar negeri misalnya produk mi instan yang dijual di Nigeria. ”Mereka tidak tahu bahwa produk mi instan yang dijual di sana berasal dari sini. Orang Nigeria yang berada di Indonesia mengira bahwa mi instan tersebut berasal dari negaranya. Padahal, perusahaan tersebut sejak awal berada di Indonesia,” ungkap dia.
Dia mengatakan, dalam mempromosikan merek lokal, pemerintah sudah seharusnya berperan penting untuk melindunginya agar bisa bersaing di kancah global. ”Brand atau merek seharusnya juga bisa dibaca sebagai jati diri bangsa. Itu yang belum kita punya,” katanya.
Menurut Yuswohady, Indonesia Brand Forum (IBF) yang akan digelar pada 20 Mei 2015 merupakan konferensi merekmerek lokal yang menekankan ada sebuah semangat untuk membangkitkan kejayaan merek- merek Indonesia di luar negeri. Dalam forum tersebut, IBF akan mendorong tiga hal penting agar merek nasional mendapat dukungan pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla.
Pertama, pemerintahan harus memiliki keberpihakan yang tegas untuk mengembangkan merek-merek lokal di tengah serbuan merek global ke Tanah Air. Kedua, perusahaan dan merek nasional harus mengembangkan strategi ganda yakni defensif (mempertahankan pasar) dan ofensif (menembus pasar global).
Ketiga , para wirausaha harus memberikan nilai tambah (value added ) kepada komoditaskomoditas yang menjadi andalan Indonesia seperti kopi, teh, kelapa sawit, cokelat, serta kekayaan alam lain yang diolah dan menghasilkan merek yang akrab di masyarakat. ”Kita ingat, dahulu kita punya Aqua, tapi diambil alih oleh perusahaan asing. Seharusnya ada langkah-langkah preventif, baik melalui regulasi, kebijakan, dan fasilitasi yang bisa mencegah itu,” pungkas Yuswohady.
Di tempat yang sama, Direktur Marketing Martha Tilaar Samuel Pranata mengungkapkan, Indonesia sudah memiliki sumber daya manusia (SDM) dan teknologi yang mumpuni untuk melahirkan merek berkualitas dan bersaing dengan merek global.
”Kita tidak kalah dengan merek global lainnya. Misalnya pada produk kecantikan, kekayaan budaya nenek moyang kita mengenai ramuan kecantikan juga sejalan dengan keilmuan yang ada sehingga penekanannya ada pada nilai-nilai Indonesia,” sebut dia.
Sebagai informasi, merekmerek Indonesia yang mampu bersaing dengan produk asing di antaranya produk mi instan, minyak pelumas, kosmetika, produk nutrisi, perlengkapan kesehatan, tekstil, hingga elektronik.
Ichsan amin
(ftr)