Neraca Pembayaran Surplus USD1,3 M
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus pada kuartal I/2015 sebesar USD1,3 miliar.
Surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) ini didukung defisit transaksi berjalan yang lebih rendah sebesar USD3,8 miliar dari produk domestik bruto (PDB) dan surplus transaksi modal dan finansial sekitar USD5,9 miliar.
”Defisit tersebut lebih rendah dari defisit transaksi berjalan di kuartal IV/2014 yang mencapai USD5,7 miliar atau sekitar 2,6% dari PDB,” ujar Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Endy Dwi Tjahjono saat diskusi bersama media di Gedung BI, Jakarta, Jumat (15/5). Dia menuturkan, perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama didukung berkurangnya defisit neraca perdagangan migas karena turunnya impor minyak.
Selain itu, turunnya harga minyak dunia dan reformasi subsidi BBM mendorong perbaikan neraca perdagangan migas. Endy menjelaskan, defisit neraca perdagangan migas pada kuartal I/2015 turun sebesar 55% dibandingkan kuartal sebelumnya atau periode yang sama tahun 2014. Penurunan defisit terutama dikarenakan impor minyak yang tercatat lebih rendah 40% dibandingkan kuartal sebelumnya, bahkan -47%.
Di samping harga impor yang terkoreksi tajam, lanjut dia, penurunan impor minyak dipengaruhi pula oleh turunnya volume impor BBM, sejalan dengan konsumsi BBM yang telah tumbuh negatif baik secara tahunan maupun kuartalan. ”Perbaikan lebih lanjut neraca perdagangan migas tertahan oleh lifting yang rendah dan harga ekspor migas yang terkoreksi turun. Volume ekspor turun karena lifting penggunaan domestik yang meningkat,” ujarnya.
Di sisi lain, neraca perdagangan non-migas masih tertekan oleh kinerja ekspor yang melemah. Surplus neraca perdagangan non-migas menyusut menjadi USD4,3 miliar dari USD5,2 miliar kuartal sebelumnya. Endy menjelaskan, penurunan surplus terutama karena harga ekspor, khususnya harga produk primer, yang kembali terkoreksi tajam meskipun volume ekspor masih meningkat.
”Semua komoditas alami penurunan kecuali kendaraan dan makanan,” imbuh dia. Bahkan, kontraksi impor menahan penurunan lebih lanjut surplus neraca perdagangan non-migas, di mana impor non-migas kuartal I/2015 masih melanjutkan penurunan, -8% qtq, atau -4% yoy. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, berkurangnya defisit transaksi berjalan disumbang juga oleh perbaikan kinerja neraca jasa, pendapatan primer, dan pendapatan sekunder.
Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga disumbang oleh berkurangnya defisit neraca jasa mengikuti turunnya impor barang, berkurangnya pengeluaran wisatawan nasional selama berkunjung ke luar negeri, dan turunnya neraca pendapatan primer seiring dengan pola musimannya. ”Defisit neraca jasa menurun, sejalan dengan turunnya impor dan berkurangnya jumlah dan pengeluaran wisma ke luar negeri.
Sementara, kinerja neraca pendapatan primer membaik seiring pola musiman distribusi pendapatan investasi dan pembayaran bunga pinjaman luar negeri yang lebih rendah,” jelas Tirta. Di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan moderasi ekonomi domestik, transaksi modal dan finansial kuartal I/2015 tetap surplus. Aliran masuk dana asing di kuartal I sebesar USD13,3 miliar meningkat tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya dan relatif sama dengan kuartal I/2014.
Tirta menuturkan, peningkatan itu terutama didorong oleh aliran masuk modal portofolio. Sementara, aliran masuk modal investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri swasta lebih rendah, seiring dengan moderasi ekonomi domestik. ”Aliran masuk modal investasi langsung tetap mencatat surplus meskipun melambat. Aliran masuk modal investasi langsung pada kuartal I/2015 mencatat USD8,4 miliar, jauh melampaui aliran masuk pada kuartal sebelumnya yang hanya mencatat USD62 juta,” katanya
Ke depan, dalam jangka menengah- panjang, Bank Indonesia berkeyakinan kinerja NPI akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong percepatan reformasi struktural.
”Kuartal II/2015 kami optimistis bisa membaik kinerjanya dibandingkan kuartal II/2014,” tutup dia.
Kunthi fahmar sandy
Surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) ini didukung defisit transaksi berjalan yang lebih rendah sebesar USD3,8 miliar dari produk domestik bruto (PDB) dan surplus transaksi modal dan finansial sekitar USD5,9 miliar.
”Defisit tersebut lebih rendah dari defisit transaksi berjalan di kuartal IV/2014 yang mencapai USD5,7 miliar atau sekitar 2,6% dari PDB,” ujar Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Endy Dwi Tjahjono saat diskusi bersama media di Gedung BI, Jakarta, Jumat (15/5). Dia menuturkan, perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama didukung berkurangnya defisit neraca perdagangan migas karena turunnya impor minyak.
Selain itu, turunnya harga minyak dunia dan reformasi subsidi BBM mendorong perbaikan neraca perdagangan migas. Endy menjelaskan, defisit neraca perdagangan migas pada kuartal I/2015 turun sebesar 55% dibandingkan kuartal sebelumnya atau periode yang sama tahun 2014. Penurunan defisit terutama dikarenakan impor minyak yang tercatat lebih rendah 40% dibandingkan kuartal sebelumnya, bahkan -47%.
Di samping harga impor yang terkoreksi tajam, lanjut dia, penurunan impor minyak dipengaruhi pula oleh turunnya volume impor BBM, sejalan dengan konsumsi BBM yang telah tumbuh negatif baik secara tahunan maupun kuartalan. ”Perbaikan lebih lanjut neraca perdagangan migas tertahan oleh lifting yang rendah dan harga ekspor migas yang terkoreksi turun. Volume ekspor turun karena lifting penggunaan domestik yang meningkat,” ujarnya.
Di sisi lain, neraca perdagangan non-migas masih tertekan oleh kinerja ekspor yang melemah. Surplus neraca perdagangan non-migas menyusut menjadi USD4,3 miliar dari USD5,2 miliar kuartal sebelumnya. Endy menjelaskan, penurunan surplus terutama karena harga ekspor, khususnya harga produk primer, yang kembali terkoreksi tajam meskipun volume ekspor masih meningkat.
”Semua komoditas alami penurunan kecuali kendaraan dan makanan,” imbuh dia. Bahkan, kontraksi impor menahan penurunan lebih lanjut surplus neraca perdagangan non-migas, di mana impor non-migas kuartal I/2015 masih melanjutkan penurunan, -8% qtq, atau -4% yoy. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, berkurangnya defisit transaksi berjalan disumbang juga oleh perbaikan kinerja neraca jasa, pendapatan primer, dan pendapatan sekunder.
Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga disumbang oleh berkurangnya defisit neraca jasa mengikuti turunnya impor barang, berkurangnya pengeluaran wisatawan nasional selama berkunjung ke luar negeri, dan turunnya neraca pendapatan primer seiring dengan pola musimannya. ”Defisit neraca jasa menurun, sejalan dengan turunnya impor dan berkurangnya jumlah dan pengeluaran wisma ke luar negeri.
Sementara, kinerja neraca pendapatan primer membaik seiring pola musiman distribusi pendapatan investasi dan pembayaran bunga pinjaman luar negeri yang lebih rendah,” jelas Tirta. Di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan moderasi ekonomi domestik, transaksi modal dan finansial kuartal I/2015 tetap surplus. Aliran masuk dana asing di kuartal I sebesar USD13,3 miliar meningkat tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya dan relatif sama dengan kuartal I/2014.
Tirta menuturkan, peningkatan itu terutama didorong oleh aliran masuk modal portofolio. Sementara, aliran masuk modal investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri swasta lebih rendah, seiring dengan moderasi ekonomi domestik. ”Aliran masuk modal investasi langsung tetap mencatat surplus meskipun melambat. Aliran masuk modal investasi langsung pada kuartal I/2015 mencatat USD8,4 miliar, jauh melampaui aliran masuk pada kuartal sebelumnya yang hanya mencatat USD62 juta,” katanya
Ke depan, dalam jangka menengah- panjang, Bank Indonesia berkeyakinan kinerja NPI akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong percepatan reformasi struktural.
”Kuartal II/2015 kami optimistis bisa membaik kinerjanya dibandingkan kuartal II/2014,” tutup dia.
Kunthi fahmar sandy
(ars)