Kalbe Bagi Dividen Rp890 M
A
A
A
JAKARTA - PT Kalbe farma Tbk (KLBF) pada tahun ini akan membagikan dividen sebesar Rp890 miliar atau Rp19 per saham. Dividen tersebut sebesar 43% dari perolehan laba bersih tahun 2014 sebesar Rp2,06 triliun.
Direktur sekaligus Corporate Secretary PT Kalbe farma Vidjongtius mengatakan, pembagian dividen tersebut akan dibagikan terhitung 30 hari setelah rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST).
Menurutnya, walaupun kondisi pasar cukup menantang tahun ini, perusahaan farmasi ini tetap optimistis akan potensi pertumbuhan di masa yang akan datang dan menganggarkan dana belanja modal untuk meningkatkan kapasitas. ”Ke depan perseroan akan berupaya mempertahankan kebijakan untuk membagikan dividen sekitar 40-50% dari laba bersih dengan mempertimbangkan rencana pengembangan dan kebutuhan dana perseroan,” ujarnya seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta kemarin.
Sepanjang tahun lalu Kalbe Farma mencetak laba bersih sebesar Rp2,06 triliun atau tumbuh 7,29% dibandingkan perolehan 2013 sebesar Rp1,92 triliun. Sementara, pendapatantumbuh 8,56% menjadi Rp17,37 triliun dari sebelumnya Rp16 miliar. Dia memaparkan, perolehan tersebut dinilai cukup baik, di tengah pergerakan makro yang melemah.
”Saya melihat banyaknya dampak mengenai perkembangan makro yang cukup menantang dan ada pelemahannya. Sehingga, perseroan perlu mempertahankan kinerja penjualan dan perolehan laba di tahun ini sangatlah besar,” ucapnya.
Vidjongtius mengakui, industri farmasi saat ini masih tergantung dengan impor bahan baku dan nilai tukar rupiah. ”Kalau hitungan kami, setiap terjadi pelemahan rupiah sebesar 10%, itu dampak ke biaya naik 3-4%” jelasnya. Dia memaparkan, akibat pelemahan nilai tukar rupiah, terdapat kenaikan harga produk dalam divisi produk kesehatan yang di dalamnya ada obat bebas minuman kesehatan, minuman energi.
”Divisi produk kesehatan itu terjadi kenaikan harga sekitar 3-4%, sedangkan untuk obat resep dan nutrisi tidak naik,” tuturnya. Dia mengatakan, tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp1-1,1 triliun. ”Sebagian besar anggaran capex untuk penambahan kapasitas. Jadi, kapasitas untuk obat resep akan tetap fokus di daerah Cikarang. Kami telah memiliki tanah, sudah ada lokasinya, baik itu pabrik yang sudah ada maupun penambahan pabrik baru,” paparnya.
Capex tersebut juga untuk menambah kapasitas di produk obat bebas. ”Secara reguler, kami menambah kapasitas produksi, untuk obat flu, batuk, obat maag, itu kapasitasnya bertambah terus. Itu yang kita siapkan secara reguler karena biasanya ada ekspansi setiap dua hingga tiga tahun,” ujarnya. Vidjongtius menambahkan, perseroan saat ini tengah membangun pabrik susu yang berada diwilayahSukabumi, JawaBarat.
Sebelumnya perseroan telah memiliki dua pabrik susu yang berada di wilayah Cikampek, Purwakarta. ”Kita hampir selesai membangun pabrik susu yang di Sukabumi, ditargetkan selesai pada semester dua tahun ini,” katanya. Selain untuk penambahan kapasitas, perseroan juga menganggarkan dana capex untuk distribusi. Pasalnya, perseroan melihat peluang distribusi, terutama di wilayah Indonesia Timur.
”Di wilayah timur perseroan berencana membuka kantor cabang, kantor penjualan (sales office ), bisa satu atau tiga dalam tahun ini,” tambahnya.
Arsy ani s
Direktur sekaligus Corporate Secretary PT Kalbe farma Vidjongtius mengatakan, pembagian dividen tersebut akan dibagikan terhitung 30 hari setelah rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST).
Menurutnya, walaupun kondisi pasar cukup menantang tahun ini, perusahaan farmasi ini tetap optimistis akan potensi pertumbuhan di masa yang akan datang dan menganggarkan dana belanja modal untuk meningkatkan kapasitas. ”Ke depan perseroan akan berupaya mempertahankan kebijakan untuk membagikan dividen sekitar 40-50% dari laba bersih dengan mempertimbangkan rencana pengembangan dan kebutuhan dana perseroan,” ujarnya seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta kemarin.
Sepanjang tahun lalu Kalbe Farma mencetak laba bersih sebesar Rp2,06 triliun atau tumbuh 7,29% dibandingkan perolehan 2013 sebesar Rp1,92 triliun. Sementara, pendapatantumbuh 8,56% menjadi Rp17,37 triliun dari sebelumnya Rp16 miliar. Dia memaparkan, perolehan tersebut dinilai cukup baik, di tengah pergerakan makro yang melemah.
”Saya melihat banyaknya dampak mengenai perkembangan makro yang cukup menantang dan ada pelemahannya. Sehingga, perseroan perlu mempertahankan kinerja penjualan dan perolehan laba di tahun ini sangatlah besar,” ucapnya.
Vidjongtius mengakui, industri farmasi saat ini masih tergantung dengan impor bahan baku dan nilai tukar rupiah. ”Kalau hitungan kami, setiap terjadi pelemahan rupiah sebesar 10%, itu dampak ke biaya naik 3-4%” jelasnya. Dia memaparkan, akibat pelemahan nilai tukar rupiah, terdapat kenaikan harga produk dalam divisi produk kesehatan yang di dalamnya ada obat bebas minuman kesehatan, minuman energi.
”Divisi produk kesehatan itu terjadi kenaikan harga sekitar 3-4%, sedangkan untuk obat resep dan nutrisi tidak naik,” tuturnya. Dia mengatakan, tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp1-1,1 triliun. ”Sebagian besar anggaran capex untuk penambahan kapasitas. Jadi, kapasitas untuk obat resep akan tetap fokus di daerah Cikarang. Kami telah memiliki tanah, sudah ada lokasinya, baik itu pabrik yang sudah ada maupun penambahan pabrik baru,” paparnya.
Capex tersebut juga untuk menambah kapasitas di produk obat bebas. ”Secara reguler, kami menambah kapasitas produksi, untuk obat flu, batuk, obat maag, itu kapasitasnya bertambah terus. Itu yang kita siapkan secara reguler karena biasanya ada ekspansi setiap dua hingga tiga tahun,” ujarnya. Vidjongtius menambahkan, perseroan saat ini tengah membangun pabrik susu yang berada diwilayahSukabumi, JawaBarat.
Sebelumnya perseroan telah memiliki dua pabrik susu yang berada di wilayah Cikampek, Purwakarta. ”Kita hampir selesai membangun pabrik susu yang di Sukabumi, ditargetkan selesai pada semester dua tahun ini,” katanya. Selain untuk penambahan kapasitas, perseroan juga menganggarkan dana capex untuk distribusi. Pasalnya, perseroan melihat peluang distribusi, terutama di wilayah Indonesia Timur.
”Di wilayah timur perseroan berencana membuka kantor cabang, kantor penjualan (sales office ), bisa satu atau tiga dalam tahun ini,” tambahnya.
Arsy ani s
(ars)