Global Mediacom Siapkan Capex USD40 Juta
A
A
A
JAKARTA - PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar USD30 juta - 40 juta untuk mendukung bisnisnya pada tahun ini. Dana belanja akan bersumber dana hasil kombinasi antara kas internal dan pinjaman perbankan.
”Kebutuhan dana capex sebesar USD30 juta - 40 juta untuk unit usaha di bawahnya. Ada beberapa komitmen dari sejumlah bank, porsi pinjamannya bisa 60-70%, dari internal sebesar 30-40%,” ujar Corporate Secretary Global Mediacom, Syafril Nasution dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.
Direktur Global Mediacom Oerianto Guyandi menambahkan, dari total capex tersebut sekitar USD20 juta akan digunakan untuk mendukung bisnis PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY). Dana capex itu juga akan dialokasikan untuk tambahan pembangunan gedung dan lain-lain. ”Kalau yang untuk MNC Sky Vision, dana itu akan dipergunakan terutama untuk pembelian decoder dan upgrade peralatan kita dan penambahan jumlah channel,” ujarnya.
Seiring jalannya ekspansi, lanjut dia, perusahaan menargetkan adanya pertumbuhan pendapatan sebesar 10% hingga akhir tahun ini. Namun, menurut dia, tercapainya target pendapatan tersebut terutama masih tergantung pada kondisi makroekonomi global dan belanja iklan nasional sepanjang tahun ini. ”Awalnya pendapatan kami target tumbuh 10%, namunkamimasihmelihat kondisi ekonomi makro. Jika kondisi makroekonomi baik, kami optimistis target akan tercapai. Kami juga melihat demand konsumen, karena berdampak ke belanja iklan,” imbuhnya.
Meski demikian, ungkap Oerianto, perseroan yakin dapat memperoleh pertumbuhan pendapatan sebesar 10% tahun ini. Alasannya, hingga kuartal I/2015 Global Mediacom memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 9% menjadi Rp2,66 triliun dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp2,43 triliun.
”Pendapatan kuartal I tahun ini didukung media berbasis onlineyang tumbuh 181% menjadi Rp310 miliar. Hal ini terlihat pertumbuhan yang konsisten meningkat, valuasi media berbasis online cukup tinggi,” akunya. Namun, dia mengakui, laba bersih Global Mediacom mencatat penurunan cukup signifikan hingga sebesar 70% menjadi Rp90,45 miliar dari Rp304,45 miliar. Hal ini disebabkan oleh forex loss sebesar Rp305 miliar.
”Kontribusi terbesar dari PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) sebesar 55%, selain itu kontribusi lainnya yaitu PT MNC Sky Vision Tbk sebesar 31% dan online sebesar 12%, ini meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun lalu yang hanya 5%,” tuturnya. Syafril menambahkan, perseroan pada tahun ini memberikandividentunaikepada seluruh pemegang sahamnya Rp25 per saham atau setara Rp355 miliar.
Pemberian dividen tunai pada tahun ini telah diputuskan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan. Selain digunakan sebagai dividen, laba bersih pada tahun lalu sebesar Rp1 miliar akan dibekukan sebagai dana cadangan.
”Dalam RUPST perseroan ada lima agenda, salah satunya penetapan dividen pada tahun ini sebesar Rp25 per saham atau setara Rp355 miliar,” kata Syafril. Sebagai catatan, hingga akhir tahun lalu perseroan mencatat pertumbuhan laba bersih 13,63% menjadi Rp704,98 miliar atau Rp52 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya, Rp620,39 miliar atau Rp45 per saham.
Kenaikan laba bersih didukung oleh meningkatnya pendapatan pada tahun 2014 menjadi Rp10,65 triliun dari pendapatan tahun sebelumnya yang Rp10,02 triliun.
Heru febrianto
”Kebutuhan dana capex sebesar USD30 juta - 40 juta untuk unit usaha di bawahnya. Ada beberapa komitmen dari sejumlah bank, porsi pinjamannya bisa 60-70%, dari internal sebesar 30-40%,” ujar Corporate Secretary Global Mediacom, Syafril Nasution dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.
Direktur Global Mediacom Oerianto Guyandi menambahkan, dari total capex tersebut sekitar USD20 juta akan digunakan untuk mendukung bisnis PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY). Dana capex itu juga akan dialokasikan untuk tambahan pembangunan gedung dan lain-lain. ”Kalau yang untuk MNC Sky Vision, dana itu akan dipergunakan terutama untuk pembelian decoder dan upgrade peralatan kita dan penambahan jumlah channel,” ujarnya.
Seiring jalannya ekspansi, lanjut dia, perusahaan menargetkan adanya pertumbuhan pendapatan sebesar 10% hingga akhir tahun ini. Namun, menurut dia, tercapainya target pendapatan tersebut terutama masih tergantung pada kondisi makroekonomi global dan belanja iklan nasional sepanjang tahun ini. ”Awalnya pendapatan kami target tumbuh 10%, namunkamimasihmelihat kondisi ekonomi makro. Jika kondisi makroekonomi baik, kami optimistis target akan tercapai. Kami juga melihat demand konsumen, karena berdampak ke belanja iklan,” imbuhnya.
Meski demikian, ungkap Oerianto, perseroan yakin dapat memperoleh pertumbuhan pendapatan sebesar 10% tahun ini. Alasannya, hingga kuartal I/2015 Global Mediacom memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 9% menjadi Rp2,66 triliun dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp2,43 triliun.
”Pendapatan kuartal I tahun ini didukung media berbasis onlineyang tumbuh 181% menjadi Rp310 miliar. Hal ini terlihat pertumbuhan yang konsisten meningkat, valuasi media berbasis online cukup tinggi,” akunya. Namun, dia mengakui, laba bersih Global Mediacom mencatat penurunan cukup signifikan hingga sebesar 70% menjadi Rp90,45 miliar dari Rp304,45 miliar. Hal ini disebabkan oleh forex loss sebesar Rp305 miliar.
”Kontribusi terbesar dari PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) sebesar 55%, selain itu kontribusi lainnya yaitu PT MNC Sky Vision Tbk sebesar 31% dan online sebesar 12%, ini meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun lalu yang hanya 5%,” tuturnya. Syafril menambahkan, perseroan pada tahun ini memberikandividentunaikepada seluruh pemegang sahamnya Rp25 per saham atau setara Rp355 miliar.
Pemberian dividen tunai pada tahun ini telah diputuskan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan. Selain digunakan sebagai dividen, laba bersih pada tahun lalu sebesar Rp1 miliar akan dibekukan sebagai dana cadangan.
”Dalam RUPST perseroan ada lima agenda, salah satunya penetapan dividen pada tahun ini sebesar Rp25 per saham atau setara Rp355 miliar,” kata Syafril. Sebagai catatan, hingga akhir tahun lalu perseroan mencatat pertumbuhan laba bersih 13,63% menjadi Rp704,98 miliar atau Rp52 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya, Rp620,39 miliar atau Rp45 per saham.
Kenaikan laba bersih didukung oleh meningkatnya pendapatan pada tahun 2014 menjadi Rp10,65 triliun dari pendapatan tahun sebelumnya yang Rp10,02 triliun.
Heru febrianto
(ars)