Konektivitas Kunci Pertumbuhan

Kamis, 21 Mei 2015 - 09:29 WIB
Konektivitas Kunci Pertumbuhan
Konektivitas Kunci Pertumbuhan
A A A
JAKARTA - Terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk konektivitas merupakan tantangan struktural yang harus diatasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Perlu langkah tepat agar tantangan yang menghambat akselerasi pertumbuhan secara berkelanjutan dapat diselesaikan. Hal ini guna menghindari bertambahnya kesenjangan pendapatan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

”Perbaikan untuk mengatasi tantangan struktural akan bermanfaat pada peningkatan kapasitas produksi dan daya saing nasional,” ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat menyampaikan pengantar dan keterangan atas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun anggaran 2016 di Gedung DPR Jakarta kemarin.

Bambang menambahkan, pemerintah akan fokus pada pengembangan infrastruktur yang mendukung konektivitas, ketersediaan sumber energi khususnya sumber daya listrik, pencapaian kedaulatan pangan, dan penguatan sektor maritim Pada kesempatan tersebut Bambang menyampaikan gambaran umum asumsi dasar ekonomi makro untuk penyusunan RAPBN 2016 dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global maupun domestik serta prospek ekonomi mendatang.

Gambaran tersebut antara lain asumsi pertumbuhan ekonomi 5,8-6,2%, inflasi 3-5%, nilai tukar rupiah Rp12.800-13.200 per dolar AS dan suku bunga SPN 3 bulan sebesar 4-6%. Selain itu, asumsi lainnya adalah harga ICP minyak USD60-80 per barel, lifting minyak 830.000-850.000 barel per hari, dan lifting gas 1,1- 1,2juta barel per hari setara minyak.

Pemerintah juga akan melakukan optimalisasi penerimaan negara dan meningkatkan kualitas belanja negara serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas pembiayaan pada 2016 untuk mewujudkan defisit yang ekspansif, terukur dan terarah demi penguatan daya saing. Pemerintah pun akan mengendalikan defisit anggaran pada kisaran 1,7-2,1% terhadap PDB, dengan kebijakan pembiayaan yang diarahkan untuk memperkuat Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Di bagian lain, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya akan berada pada kisaran 5-6%. Pertumbuhan tersebut diharapkan terealisasi seiring dengan kondisi ekonomi global yang membaik, di mana kondisi ekonomi Eropa, Amerika, dan Jepang sudah mulai membaik.

”Karena pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 ada peran dari pemerintah berupa belanja dan investasi yang cukup besar. Oleh karena itu, kalau di 2016 kita melihat kondisi yang lebih baik, maka akan berada di antara 5-6%,” kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Gedung BI, Jakarta, kemarin.

Meski pemerintah mengajukan range pertumbuhan ekonomi 2016 berada di kisaran 5,8-6,2% namun menurut Agus, pertumbuhan ekonomi akhir 2016 belum bisa melebihi angka 6%. ”Jadi, masih ada di tengah 5-6,%. Tetapi, tentu pada saat pembahasan pertemuan awal antara pemerintah dan DPR, di mana BI juga akan diundang, maka kami akan menyampaikan lebih detail terkait perkiraan 2016,” ujar dia.

Agus memproyeksi, secara umum pertumbuhan ekonomi 2015 akan ada perbaikan terutama pada semester II/2015. Hal ini didukung oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sejalan dengan meningkatnya realisasi pengeluaran fiskal oleh pemerintah serta meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan.

”Semester kedua kami melihat bahwa yang dicanangkan pemerintah untuk melakukan pembangunan infrastruktur, mengundang investor untuk masuk ke Indonesia, termasuk upaya-upaya untuk merealisasikan anggaran akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di semester II,” paparnya.

Pengamat ekonomi UGM A Tony Prasetiantono berpendapat, pertumbuhan ekonomi pada 2016 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini. Hal ini didorong dengan perkembangan ekonomi China yang mulai membaik, sehingga dapat membantu perekonomian dunia. Meski akan membaik di 2016, pertumbuhan ekonomi kemungkinan belum bisa menyentuh angka 5,8-6,2%, sesuai yang dicanangkan pemerintah.

Dia meyakini, pertumbuhan ekonomi bisa digenjot melalui penyerapan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang lebih baik. ”Karena sebetulnya, kita punya ruang yang cukup besar setelah subsidi BBM dihilangkan, itu memberikan energi yang besar bagi ekonomi Indonesia,” kata dia dalam kesempatan yang sama.

Ant/ kunthi fahmar sandy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9923 seconds (0.1#10.140)