Waspadai Inflasi Mei

Senin, 25 Mei 2015 - 09:02 WIB
Waspadai Inflasi Mei
Waspadai Inflasi Mei
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa inflasi pada bulan Mei 2015 perlu diwaspadai. Berdasarkan survei, inflasi bulan Mei pada minggu ketiga telah berada di angka 0,4%, dengan harga makanan bergejolak (volatile food) sedikit meningkat.

”Jadi, kami sambut baik bahwa minggu depan tanggal 27 Mei akan ada rapat koordinasi (rakor) nasional yang dipimpin langsung oleh presiden,” ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta akhir pekan lalu. Agus berharap, dalam rapat yang dihadiri oleh presiden langsung itu upaya mencapai inflasi seperti yang diharapkan yakni 4,01% dapat diperkuat.

Menurut dia, BI terus mencermati berbagai faktor risiko yang memengaruhi inflasi, khususnya terkait dengan perkembangan harga minyak dunia, penyesuaian harga yang diatur pemerintah (administered prices), serta faktor musiman menjelang bulan puasa dan Lebaran. ”Dengan dipimpin langsung oleh presiden, kementerian di pusat dan pimpinan daerah itu akan lebih berkoordinasi. Kita merasa ini sangat strategis untuk mencapai inflasi seperti yang kita rencanakan yaitu 4% plus minus 1% dan nantinya di 2018 menjadi 3,5 plus minus 1%. Momentumnya baik sekali,” papar Agus.

Sebelumnya Agus juga mengutarakan kekhawatirannya mengenai penanganan inflasi. Sebab, jika tingkat inflasi masih tinggi, BI akan sulit untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate ). Agus mengatakan, tingkat inflasi dalam dua tahun terakhir berada di kisaran 8%. Sementara, tingkat inflasi di negara-negara di kawasan ASEAN, rata-rata bisa di tekan di bawah angka 4%.

Penyebab tingginya inflasi di dalam negeri antara lain adalah persoalan harga bahan bakar minyak (BBM) dan harga pangan yang bergejolak. Senada dengannya, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro juga mengatakan bahwa kunci utama agar tingkat suku bunga bisa turun adalah inflasi yang rendah. Sebab, tidak mungkin menawarkan tingkat suku bunga di bawah inflasi, karena tidak akan ada lembaga keuangan yang mau memberikan pinjaman.

Tercatat, inflasi bulan April 2015 secara bulanan adalah sebesar 0,36%, dan secara tahunan sebesar 6,79%. BI menilai angka inflasi tersebut masih sesuai dengan perkiraan dan masih sejalan dengan sasaran inflasi 4,01% pada tahun ini. BI kemudian memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 7,5%, dengan suku bunga deposit facility 5,5% dan lending facility 8%.

Keputusan mempertahankan BI Rate di level 7,5% dinilai sejalan dengan kebijakan moneter yang cenderung ketat untuk menjaga agar inflasi tetap berada dalam sasaran 41% pada tahun 2015 dan 2016. Seperti juga BI, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memprediksi, inflasi pada bulan Mei akan sedikit lebih tinggi dari bulan April, yakni sekitar 0,4-0,5%.

Peningkatan inflasi tersebut dipengaruhi oleh harga kebutuhan rumah tangga yang naik menjelang bulan puasa. ”Kenaikan lebih tinggi akan terjadi pada minggu kedua Juni atau seminggu sebelum puasa,” kata Eko kepada KORAN SINDO. Tetapi, lanjutnya, kemungkinan inflasi bisa kembali normal setelah berlalunya Hari Raya Idul Fitri. Menurut dia, ada potensi target inflasi yang dicanangkan BI sebesar 4,01% kemungkinan bisa tercapai.

”Inflasi di Indonesia memang biasanya mencapai puncaknya saat Lebaran, lalu setelah itu kembali melandai. Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Desember 2014 sebesar 119, sementara posisi April 2015 118,91. Dengan melihat IHK itu, maka jika Desember 2015 IHK sebesar 124, inflasi tahunan masih 4,2%,” tuturnya.

Tetapi, kata Eko, yang harus diwaspadai adalah ketika ada lonjakan harga pada kuartal III dan IV, saat impor meningkat, sehingga menekan nilai tukar rupiah. ”Jadi, stabilitas rupiah juga penting agar imported inflation terkendali,” tandasnya.

Kunthi fahmar sandy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9111 seconds (0.1#10.140)