Ekonomi Lesu, Hotel Banting Harga hingga 30%
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melempem pada kuartal I/2015 membuat industri properti turut terpuruk. Bahkan, banyak hotel yang banting harga hingga 30%.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani menuturkan, industri perhotelan menjadi sektor yang merasakan dampak paling berat dari perekonomian Indonesia yang hanya 4,7% pada kuartal I.
"Paling berat itu sebenarnya terjadi di hotel. Karena sudah banyak yang banting harga sampai 30%. Karena demand-nya turun," ungkapnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Menurutnya, banyak hotel yang tidak melunasi pinjaman jatuh tempo. Akibatnya kredit masalah atau non performing loan (NPL) yang tercatat di perbankan mengalami peningkatan.
"NPL itu banyak yang berasal dari hotel. Karena terjadi banyak pembangunan dan demand yang turun. Lalu mereka banting harga. Tapi margin hotel itu tipis sekali. Jadi saat mereka banting harga, mereka enggak untung juga dan enggak bisa bayar utangnya di bank," imbuh dia.
Rosan menambahkan, kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi tiga hingga empat tahun lalu, saat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami pertumbuhan signifikan. Kala itu, properti khususnya perhotelan turut merasakan buah manis dari tingginya tingkat pertumbuhan Indonesia.
"Kalau properti itu mengalami pertumbuhan signifikan tiga tahun lalu. Sekarang ekonomi melambat, jadi otomatis properti seperti hotel yang high end itu agak stagnan," pungkasnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani menuturkan, industri perhotelan menjadi sektor yang merasakan dampak paling berat dari perekonomian Indonesia yang hanya 4,7% pada kuartal I.
"Paling berat itu sebenarnya terjadi di hotel. Karena sudah banyak yang banting harga sampai 30%. Karena demand-nya turun," ungkapnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Menurutnya, banyak hotel yang tidak melunasi pinjaman jatuh tempo. Akibatnya kredit masalah atau non performing loan (NPL) yang tercatat di perbankan mengalami peningkatan.
"NPL itu banyak yang berasal dari hotel. Karena terjadi banyak pembangunan dan demand yang turun. Lalu mereka banting harga. Tapi margin hotel itu tipis sekali. Jadi saat mereka banting harga, mereka enggak untung juga dan enggak bisa bayar utangnya di bank," imbuh dia.
Rosan menambahkan, kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi tiga hingga empat tahun lalu, saat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami pertumbuhan signifikan. Kala itu, properti khususnya perhotelan turut merasakan buah manis dari tingginya tingkat pertumbuhan Indonesia.
"Kalau properti itu mengalami pertumbuhan signifikan tiga tahun lalu. Sekarang ekonomi melambat, jadi otomatis properti seperti hotel yang high end itu agak stagnan," pungkasnya.
(izz)