Dorong Konsumsi, China Pangkas Pajak Impor

Selasa, 26 Mei 2015 - 13:02 WIB
Dorong Konsumsi, China...
Dorong Konsumsi, China Pangkas Pajak Impor
A A A
BEIJING - China akan memangkas pajak impor untuk barang-barang konsumen hingga lebih 50% untuk mendorong belanja konsumen. Tarif yang tinggi untuk barang-barang impor membuat para konsumen China belanja ke luar negeri atau melalui beberapa agen.

Dengan menurunkan pajak impor, China berharap dapat membuat beberapa konsumen belanja di dalam negeri. Pemerintah berupaya mendorong permintaan domestik saat ekonomi negara itu berada di level terendah sejak 2009. ”Pengurangan tarif ini langkah penting untuk menciptakan pertumbuhan yang stabil dan mendorong reformasi struktural,” papar Kementerian Keuangan China, dikutip BBC .

Mulai 1 Juni tarif untuk pakaian impor dari Barat akan dikurangi menjadi 7-10% dari 14-23%. ”Pajak untuk sepatu berhak tinggi dan sepatu olahraga akan dikurangi menjadi 12%. Tarif impor untuk produk perawatan kulit akan turun dari 5% menjadi 2%. Meski demikian, tidak hanya pajak impor yang menaikkan harga barang-barang konsumen yang diimpor di China.

Pajak pertambahan nilai dan pajak lainnya juga memainkan peran penting. Beberapa analis menjelaskan, para konsumen di China membayar sekitar 20% lebih mahal untuk barang-barang mewah dibandingkan jika membeli langsung di Eropa. Sementara, badan perencanaan Pemerintah China kemarin merilis lebih dari 1.000 proposal proyek dengan total USD317,75 miliar untuk menarik para investor asing agar membantu pendanaan, pembangunan, dan operasionalnya.

Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) menjelaskan, sebanyak 1.043 proyek di berbagai sektor seperti transportasi, konservasi air, dan layanan publik, akan dilaksanakan sebagai kemitraan publik-privat (PPP). NDRC tidak menjelaskan apakah para invetor privat itu termasuk perusahaan-perusahaan asing.

Saat pertumbuhan ekonomi China melemah, pemerintah memperkuat PPP untuk mengisi kesenjangan pendanaan saat Beijing mengurangi metode pinjaman yang biasa digunakan pemerintah lokal. Daftar ini termasuk proyekproyek yang direncanakan untuk 29 wilayah termasuk ibu kota Beijing dan Provinsi Jiangxi bagian tenggara.

”Publikasi proyek- proyek PPP ini untuk membantu mempercepat penerapan model PPP dan untuk mendorong serta mengarahkan modal sosial ke berbagai provinsi, wilayah otonom, dan daerah,” ungkap pernyataan NDRC, dikutip kantor berita AFP . Salah satu proyek dalam daftar itu yakni proyek senilai 51,9 miliar yuan untuk membangun dua jalur subway di Kota Hangzhou dan proyek 6,4 miliar yuan untuk membangun rumah sakit di Urumqi, ibu kota Xinjiang.

Beijing berupaya menekan utang pemerintah lokal yang diperkirakan sekitar USD3 triliun, tapi ada tanda-tanda bahwa penurunan utang itu memiliki dampak pada proyekproyek yang sudah berjalan. Para pembuat kebijakan China pada 15 Mei memerintahkan perbankan tetap memberikan pinjaman dan tidak mengurangi jumlah pinjaman mereka pada proyek-proyek pemerintah lokal yang sedang dibangun, khususnya subway perkotaan dan perumahan dengan harga terjangkau.

Sementara, China melampaui Amerika Serikat (AS) sebagai importir minyak mentah terbesar dunia untuk pertama kali pada April. Pembelian minyak mentah oleh Negeri Panda diperkirakan tetap kuat meski ekonomi melemah. Meningkatnya impor minyak mentah itu mengejutkan karena pertumbuhan ekonomi China sedang melemah dan permintaan minyak diperkirakan turun.

Meski demikian, rendahnya harga minyak dan sejumlah pemangkasan suku bunga oleh pemerintah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Impor minyak mentah China menyentuh rekor 7,4 juta barel per hari (bpd) pada bulan lalu, melebihi AS yang diperkirakan mengimpor 7,2 juta bpd pada April, menurut data Reuters.

Meskipun China diperkirakan turun ke posisi kedua dalam beberapa bulan mendatang, Negeri Panda akan melebihi AS sebagai importir minyak mentah terbesar dunia secara permanen. China telah menjadi konsumen energi terbesar dunia, dengan minyak menjadi pasar energi dengan perdagangan terbesar. Dengan melampaui AS, berarti China pengguna terbesar untuk hampir semua komoditas, termasuk batu bara, bijih besi dan sebagian besar jenis logam, dengan implikasi pasar beralih dari Barat ke Timur.

”Menjadi importir minyak mentah terbesar dunia harus membuat daya beli China semakin kuat. Hubungan China dengan Timur Tengah akan terus berubah dan negara itu tidak lagi menjadi pemain minoritas,” tutur Philip Andrews-Speed, kepala riset keamanan energi di NationalUniversityofSingapore, dikutip kantor berita Reuters .

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0777 seconds (0.1#10.140)