Cadangan Devisa Perlu Diperluas

Kamis, 28 Mei 2015 - 11:34 WIB
Cadangan Devisa Perlu Diperluas
Cadangan Devisa Perlu Diperluas
A A A
JAKARTA - Cadangan devisa Indonesia perlu diperluas demi mengantisipasi risiko arus modal keluar atau capital outflow dari pasar finansial dalam negeri.

Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Group Reserach Gundy Cahyadi mengatakan, rasio cadangan devisa Indonesia terhadap utang luar negeri hanya 30%, hal itu sangat rentan jika dibandingkan negara- negara lain dengan peringkat utang yang sama. ”Semakin dekat ke nol ini semakin buruk. Dan, Indonesia dibilang 3 terburuk dibanding negara-negara lain. Itu angka relatif rendah sekali dibandingkan negara lain,” kata Gundy dalam sebuah diskusi di Jakarta kemarin.

Gundy menambahkan, perluasan cadangan devisa juga diperlukan untuk mengantisipasi volatilitas pasar yang mana investor sewaktu-waktu bisa menjual sahamnya. Menurutnya, apabila terjadi krisis, bisa saja investor asing ini menjual aset-aset mereka. Kalau hal itu terjadi, satu-satunya cara yang bisa ditempuh oleh otoritas moneter yakni menutupinya dengan cadangan devisa.

Dia mengatakan, cadangan devisa Indonesia telah meningkat menjadi USD105 miliar hingga Maret 2015 dari USD85 miliar pada pertengahan 2013. Cadangan devisa itu setara dengan 35% total utang luar negeri pada akhir 2014. ”Rasio cadangan devisa terhadap utang luar negeri itu artinya kalau ada gejolak pasar finansial, kalau asing keluar, apa cadangan devisa bisa menutupi itu,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, utang luar negeri jangka pendek tetap stabil di sekitar USD45 miliar sejak 2013, yang berarti cadangan devisa dapat membiayai lebih dari 200% kewajiban utang eksternal jangka pendek. Jika dibandingkan dengan rasio cadangan devisa terhadap pembayaran utang luar negeri jangka pendek, Filipina memiliki 500%. Maka, Indonesia pun masih tertinggal.

”Filipina sekarang superstar, karena cadangan devisanya lima kali lipat. Risikonya kecil. Jadi kalau ada gejolak di pasar keuangan, mereka tidak takut. Beda kalau di Indonesia. Mereka (investor) prihatin, cukup tidak cadangan devisanya,” tuturnya.

Sedangkan untuk mengantisipasi risiko adanya capital outflow dari pasar finansial domestik, cadangan devisa India telah meningkat dari USD275 miliar di pertengahan 2013 hingga mencapai hampir USD345 miliar di April 2015, setara dengan 70% dari total utang eksternal pada akhir 2014. ”Cadangan ini memang cukup untuk menutupi kewajiban utang eksternal jangka pendek, tetapi tidak untuk total utang luar negeri,” ujarnya.

Ia mengatakan, cadangan devisa India itu dapat menutupi delapan bulan impor. Sementara, Turki berada di posisi paling bawah untuk kemampuan membiayai kewajiban utang eksternal jangka pendek dibandingkan negara-negara dengan peringkat utang yang sama.

Di bagian lain, Managing Director, Co-Head of Asian Economic Research The Hong Kong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) Frederic Neumann mengatakan, pelambatan ekonomi yang dialami Indonesia pada kuartal I/2015 tidak mengherankan karena hal yang sama juga dialami negaranegara lain di dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, dan China.

Namun, saat ini momentum bagi Indonesia untuk kembali mempercepat pertumbuhan. HSBC memproyeksi, jika pada kuartal I/2015 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7%, maka secara rata-rata pertumbuhan ekonomi 2015 bisa meningkat menjadi 5,5%. Proyeksi ini lebih tinggi dari perkiraan konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 hanya 5,1%.

”Adapun, tahun depan kami memproyeksikan (pertumbuhan ekonomi Indonesia) bisamencapai 5,8%. Ini outlook yang sangat konstruktif,” ujarnya diselasela HSBC Indonesia Economic Outlook 2015 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa (26/5). Proyeksi 2016 sebesar 5,8% lebih rendah dari perkiraan semula, yaitu 6,1%. Tetapi, beda tipis dengan perkiraan konsensus pasar yaitu 5,7%.

Pemerintah sendiri dalam APBN-P 2015 mematok pertumbuhan ekonomi 2015 pada angka 5,7%. Sementara dalam asumsi makroekonomi 2016, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2016 pada kisaran 5,8-6,2%.

Ant/inda susanti
(bhr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6171 seconds (0.1#10.140)