Ekonomi Brazil Kuartal I Alami Kontraksi
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Ekonomi Brazil kuartal pertama tahun ini mengalami kontraksi atau susut 0,2%. Angka tersebut menegaskan terjadi perlambatan dalam lima tahun, tetapi lebih kecil dari perkiraan para analis yakni 0,5%.
Seperti dikutip dari The News, Minggu (31/5/2015), pada tahun kemarin ekonomi Brazil hanya tumbuh 0,1%. Saat ini Brazil sedang mempersiapkan untuk menghadapi lebih berat tahun ini. Di mana pemerintah memperkirakan terjadi penurunan 1,2%, lebih besar dari kontraksi 1,0% yang diramalkan IMF.
Angka-angka tersebut menambah data ekonomi mengecewakan. Inflasi tahunan mencapai 8,17% pada April, jauh di atas target sebesar 4,5%. Menaikkan suku bunga untuk mengendalikan harga pun rumit karena sudah mencapai 13,25%. Namun, analis memperkirakan akan terjadi kenaikan tarif lain.
Presiden Brazil Dilma Rousseff mendorong pemotongan anggaran pemerintah dalam upaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi lebih baik. "Pekerjaan sudah terpengaruh, jumlahnya sudah buruk. Pada April Brazil kehilangan 100.000 pekerjaan," kata Andre Leite, seorang analis di Sao Paulo konsultasi TAG.
"Meskipun kontraksi sedikit lebih kecil dari perkiraan, namun skenario ini masih buruk, dan semakin parah," kata Andre Ferreira, kepala perusahaan pialang Nova Futura.
Dia mengatakan, pemotongan anggaran pemerintah yang diumuknan pekan lalu sebesar USD23,3 miliar dapat menyebabkan kontraksi lebih lanjut.
Ekonomi Brazil pada kuartal terakhir 2014 hanya tumbuh 0,3%, setelah keluar dari resesi para kuartal sebelumnya dengan pertumbuhan 0,1%.
Di bawah Rousseff, ekonomi tidak pernah kembali ke pertumbuhan seperti pendahulunya, Luiz Inacio Lula da Silva yang mencapai pertumbuhan hingga 7,5% pada 2010.
Seperti sebagian besar negara di Amerika Latin, Brazil pun terpukul keras oleh penurunan harga komoditas yang dalam setelah booming pada tahun 2000-an.
Seperti dikutip dari The News, Minggu (31/5/2015), pada tahun kemarin ekonomi Brazil hanya tumbuh 0,1%. Saat ini Brazil sedang mempersiapkan untuk menghadapi lebih berat tahun ini. Di mana pemerintah memperkirakan terjadi penurunan 1,2%, lebih besar dari kontraksi 1,0% yang diramalkan IMF.
Angka-angka tersebut menambah data ekonomi mengecewakan. Inflasi tahunan mencapai 8,17% pada April, jauh di atas target sebesar 4,5%. Menaikkan suku bunga untuk mengendalikan harga pun rumit karena sudah mencapai 13,25%. Namun, analis memperkirakan akan terjadi kenaikan tarif lain.
Presiden Brazil Dilma Rousseff mendorong pemotongan anggaran pemerintah dalam upaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi lebih baik. "Pekerjaan sudah terpengaruh, jumlahnya sudah buruk. Pada April Brazil kehilangan 100.000 pekerjaan," kata Andre Leite, seorang analis di Sao Paulo konsultasi TAG.
"Meskipun kontraksi sedikit lebih kecil dari perkiraan, namun skenario ini masih buruk, dan semakin parah," kata Andre Ferreira, kepala perusahaan pialang Nova Futura.
Dia mengatakan, pemotongan anggaran pemerintah yang diumuknan pekan lalu sebesar USD23,3 miliar dapat menyebabkan kontraksi lebih lanjut.
Ekonomi Brazil pada kuartal terakhir 2014 hanya tumbuh 0,3%, setelah keluar dari resesi para kuartal sebelumnya dengan pertumbuhan 0,1%.
Di bawah Rousseff, ekonomi tidak pernah kembali ke pertumbuhan seperti pendahulunya, Luiz Inacio Lula da Silva yang mencapai pertumbuhan hingga 7,5% pada 2010.
Seperti sebagian besar negara di Amerika Latin, Brazil pun terpukul keras oleh penurunan harga komoditas yang dalam setelah booming pada tahun 2000-an.
(izz)