Start-up Kunci Taiwan Perkuat Identitas Teknologi Baru
A
A
A
Pameran perdagangan Computex yang dibuka, kemarin, di Taiwan, memiliki fokus baru pada sejumlahstart-up (bisnis baru) untuk memperkuat identitas teknologi di wilayah itu.
Taiwan sedang berupaya keras mendorong identitas teknologinya saat menghadapi persaingan berat dari perusahaan- perusahaan China. Taipei telah menggelar pameran teknologi terbesar Asia selama 35 tahun dan menjadikan wilayahnya sebagai pusat inovasi dan engineering di era komputer pribadi (personal computer/PC), manufaktur komponen, dan perakitan komputer.
Baru-baru ini Taiwan diuntungkan dari iPhone6 Apple yang diluncurkan tahun lalu, dengan sejumlah perusahaan Taiwan seperti Foxconn dan TSMC sebagai suplier Apple. Taipei juga salah satu suplier terbesar dunia untuk semikonduktor dan menjadi basis para pemain industri terkenal, mulai dari produsen komputer Asus hingga merek smartphone HTC.
Meski demikian, China juga berupaya menumbuhkan industri teknologinya sendiri dengan pengembangan merekmerek smartphone domestik dan produksi hardware dalam negeri, termasuk chip . Menghadapi hal itu, Taiwan mencoba mencari celah lebih kecil dengan ide-ide baru.
Menurut penyelenggara Computex, sembilan start-up yang memiliki potensi di pasar internasional akan mendapat tempat pameran khusus dalam acara tersebut tahun ini untuk pertama kali memperkuat profil mereka.”Kita telah tiba pada arah baru, dengan lebih banyak inovasi, dibandingkan produksi massal,” tutur Li Chang, Deputi Sekretaris Jenderal Taipei Computer Association (TCA), coorganizer Computex.
Dia mendesak Pemerintah Taiwan untuk lebih mendorong perusahaan-perusahaan baru tersebut.”Mereka mungkin sejumlah pemuda yang memiliki ide-ide kreatif dan dapat mengubahnya menjadi produk inovatif, tapi mereka kesulitan mengumpulkan modal dan marketing ,” tutur Li.
Sementara, Presiden Taiwan Ma Ying-jeou kemarin memperingatkan bahwa ekonomi Taiwan akan memburuk jika legislatif tidak mengesahkan kesepakatan perdagangan dengan China yang kontroversial. Kesepakatan itu telah memicu unjuk rasa beberapa pihak.
Komentar Ma muncul saat ketegangan semakin tinggi karena meningkatnya pengaruh China di pulau tersebut.”Saya ingin menyuarakan kekhawatiran saya terkait kesepakatan dengan China yang masih dibahas di legislatif,” kata Ma saat pembukaan Computex di Taipei.
Kesepakatan itu terganjal karena mendapat penolakan dari para demonstran dan pendudukan parlemen selama tiga pekan pada tahun lalu. Kondisi itu menunjukkan sulitnya mempererat hubungan Taiwan dengan China. Ma menyatakan, pengesahan kesepakatan itu harus dipercepat, terutama dalam menghadapi kesepakatan perdagangan bebas yang telah ditandatangani antara China dan Korea Selatan pada Senin (1/6).
Menurut Ma, kesepakatan itu akan berdampak pada industri tradisional Taiwan, termasuk tekstil. ”Mereka hanya membutuhkan tiga tahun untuk mencapai kesepakatan. Lihat kesepakatan perdagangan kita dengan China yang masih terhambat di parlemen,” tutur Ma.
Syarifudin
Taiwan sedang berupaya keras mendorong identitas teknologinya saat menghadapi persaingan berat dari perusahaan- perusahaan China. Taipei telah menggelar pameran teknologi terbesar Asia selama 35 tahun dan menjadikan wilayahnya sebagai pusat inovasi dan engineering di era komputer pribadi (personal computer/PC), manufaktur komponen, dan perakitan komputer.
Baru-baru ini Taiwan diuntungkan dari iPhone6 Apple yang diluncurkan tahun lalu, dengan sejumlah perusahaan Taiwan seperti Foxconn dan TSMC sebagai suplier Apple. Taipei juga salah satu suplier terbesar dunia untuk semikonduktor dan menjadi basis para pemain industri terkenal, mulai dari produsen komputer Asus hingga merek smartphone HTC.
Meski demikian, China juga berupaya menumbuhkan industri teknologinya sendiri dengan pengembangan merekmerek smartphone domestik dan produksi hardware dalam negeri, termasuk chip . Menghadapi hal itu, Taiwan mencoba mencari celah lebih kecil dengan ide-ide baru.
Menurut penyelenggara Computex, sembilan start-up yang memiliki potensi di pasar internasional akan mendapat tempat pameran khusus dalam acara tersebut tahun ini untuk pertama kali memperkuat profil mereka.”Kita telah tiba pada arah baru, dengan lebih banyak inovasi, dibandingkan produksi massal,” tutur Li Chang, Deputi Sekretaris Jenderal Taipei Computer Association (TCA), coorganizer Computex.
Dia mendesak Pemerintah Taiwan untuk lebih mendorong perusahaan-perusahaan baru tersebut.”Mereka mungkin sejumlah pemuda yang memiliki ide-ide kreatif dan dapat mengubahnya menjadi produk inovatif, tapi mereka kesulitan mengumpulkan modal dan marketing ,” tutur Li.
Sementara, Presiden Taiwan Ma Ying-jeou kemarin memperingatkan bahwa ekonomi Taiwan akan memburuk jika legislatif tidak mengesahkan kesepakatan perdagangan dengan China yang kontroversial. Kesepakatan itu telah memicu unjuk rasa beberapa pihak.
Komentar Ma muncul saat ketegangan semakin tinggi karena meningkatnya pengaruh China di pulau tersebut.”Saya ingin menyuarakan kekhawatiran saya terkait kesepakatan dengan China yang masih dibahas di legislatif,” kata Ma saat pembukaan Computex di Taipei.
Kesepakatan itu terganjal karena mendapat penolakan dari para demonstran dan pendudukan parlemen selama tiga pekan pada tahun lalu. Kondisi itu menunjukkan sulitnya mempererat hubungan Taiwan dengan China. Ma menyatakan, pengesahan kesepakatan itu harus dipercepat, terutama dalam menghadapi kesepakatan perdagangan bebas yang telah ditandatangani antara China dan Korea Selatan pada Senin (1/6).
Menurut Ma, kesepakatan itu akan berdampak pada industri tradisional Taiwan, termasuk tekstil. ”Mereka hanya membutuhkan tiga tahun untuk mencapai kesepakatan. Lihat kesepakatan perdagangan kita dengan China yang masih terhambat di parlemen,” tutur Ma.
Syarifudin
(ftr)