Industri Furnitur dan Kerajinan Tumbuh 4%
A
A
A
JAKARTA - Di tengah lesunya pasar Eropa, industri furnitur dan kerajinan tangan nasional tetap mencatat pertumbuhan.
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) mencatat hingga pertengahan Mei lalu industri sektor ini tumbuh 4%. Meski demikian, pertumbuhan tersebut belum sesuai dengan harapan yang seharusnya bisa double digit. ”Kami mengharapkan pertumbuhannya untuk furnitur 12% dan untuk kerajinan tangan sebesar 16% agar mencapai target ekspor USD5 miliar,” ujar Sekretaris Jenderal Amkri Abdul Sobur di Jakarta kemarin.
Menurutnya, pertumbuhan industri furnitur dan kerajinan tangan akan tumbuh pesat pada Juni hingga Juli mendatang. Namun, Oktober mendatang Abdul Sobur memperkirakan industri ini akan mendapatkan tekanan. ”Oleh karena, pameran bisa mendongkrak penjualan yang sangat besar. Ibaratnya kalau tidak pameran, bisa drop. Selain itu, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan,” tandasnya.
Ketua Amkri Soenoto mengatakan, selama ini ekspor furnitur dan kerajinan tangan kebanyakan ke Amerika dan Eropa. Namun, saat ini pasar Eropa sedang lesu karena mata uang Eropa, Euro, terdepresiasi terhadap dolar AS. ”Meski begitu, kami optimistis situasi ini hanya sementara dan dalam 6-9 bulan ke depan bisa normal,” ujarnya.
Soenoto melanjutkan, dalam menjaga agar industri ini tetap tumbuh, langkah yang paling penting adalah melakukan program efisiensi. ”Agar kita bisa bersaing, efisiensi yang dilakukan oleh para pengusaha tidak cukup dilakukan sendiri. Efisiensi faktor eksternal juga harus diefisienkan, misalnya biayabiaya di pelabuhan, harus dipangkas,” ungkapnya.
Wakil Ketua Umum Amkri Rudi Halim menambahkan, efisiensi yang dilakukan harus terlepas dari produksi yang berkaitan dengan tenaga manusia. ”Harus dimodernisasi dengan mesin, bahkan mesin-mesinnya juga harus tepat guna sehingga produktivitasnya meningkat,” imbuhnya.
Oktiani endarwati
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) mencatat hingga pertengahan Mei lalu industri sektor ini tumbuh 4%. Meski demikian, pertumbuhan tersebut belum sesuai dengan harapan yang seharusnya bisa double digit. ”Kami mengharapkan pertumbuhannya untuk furnitur 12% dan untuk kerajinan tangan sebesar 16% agar mencapai target ekspor USD5 miliar,” ujar Sekretaris Jenderal Amkri Abdul Sobur di Jakarta kemarin.
Menurutnya, pertumbuhan industri furnitur dan kerajinan tangan akan tumbuh pesat pada Juni hingga Juli mendatang. Namun, Oktober mendatang Abdul Sobur memperkirakan industri ini akan mendapatkan tekanan. ”Oleh karena, pameran bisa mendongkrak penjualan yang sangat besar. Ibaratnya kalau tidak pameran, bisa drop. Selain itu, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan,” tandasnya.
Ketua Amkri Soenoto mengatakan, selama ini ekspor furnitur dan kerajinan tangan kebanyakan ke Amerika dan Eropa. Namun, saat ini pasar Eropa sedang lesu karena mata uang Eropa, Euro, terdepresiasi terhadap dolar AS. ”Meski begitu, kami optimistis situasi ini hanya sementara dan dalam 6-9 bulan ke depan bisa normal,” ujarnya.
Soenoto melanjutkan, dalam menjaga agar industri ini tetap tumbuh, langkah yang paling penting adalah melakukan program efisiensi. ”Agar kita bisa bersaing, efisiensi yang dilakukan oleh para pengusaha tidak cukup dilakukan sendiri. Efisiensi faktor eksternal juga harus diefisienkan, misalnya biayabiaya di pelabuhan, harus dipangkas,” ungkapnya.
Wakil Ketua Umum Amkri Rudi Halim menambahkan, efisiensi yang dilakukan harus terlepas dari produksi yang berkaitan dengan tenaga manusia. ”Harus dimodernisasi dengan mesin, bahkan mesin-mesinnya juga harus tepat guna sehingga produktivitasnya meningkat,” imbuhnya.
Oktiani endarwati
(ftr)