Ekonomi Jepang Tumbuh 1%
A
A
A
TOKYO - Jepang membukukan pertumbuhan ekonomi lebih besar dibandingkan proyeksi pada kuartal I/2015, saat belanja modal meningkat di negara itu.
Meski demikian, beberapa ekonom memperingatkan pemulihan ekonomi itu mungkin hanya terjadi dalam jangka pendek. ”Pertumbuhan ekonomi 1% pada Januari-Maret atau 3,9% pada basis tahunan itu naik dari proyeksi awal pertumbuhan, 0,6%,” ungkap data Kantor Kabinet Jepang, dikutip AFP. Data ini menjadi berita bagus bagi upaya Jepang mendorong perekonomian.
Kendati demikian, belanja rumah tangga tetap lemah saat Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) berupaya menaikkan harga-harga untuk mengakhiri deflasi yang telah terjadi bertahun-tahun. Gaji pegawai mengalami kenaikan di perusahaan-perusahaan besar dan pasar tenaga kerja semakin ketat, tapi meyakinkan orang untuk membeli barang- barang konsumen masih sulit setelah Jepang menaikkan pajak penjualan tahun lalu untuk mengurangi utang nasional.
Kenaikan pajak penjualan itu menekan belanja konsumen dan membawa perekonomian dalam resesi singkat. Jepang keluar dari resesi pada kuartal IV/2014 dengan data mengejutkan yang memberi harapan untuk pemulihan ekonomi. ”Belanja modal merupakan potongan terakhir teka-teki, dengan ekspor dan konsumsi menunjukkan tanda pemulihan. Pemulihan ekonomi berkelanjutan sedang dimulai,” ungkap Atsushi Takeda, ekonom di Itochu Corp.
Investasi korporat naik 2,7% dari kuartal sebelumnya, di atas pertumbuhan awal 0,4%. Data pertumbuhan itu sesuai penilaian BoJ bahwa ekonomi sedang berayun naik dan mereka mungkin kembali turun sehingga bank sentral meluncurkan lebih banyak stimulus. Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda terpaksa memundurkan waktu untuk target inflasi 2%, yang menjadi salah satu upaya Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe untuk mengatasi deflasi.
Meski demikian, dia menegaskan bahwa kenaikan harga yang sehat akan segera terjadi. Data yang dirilis kemarin berbeda dengan data revisi Amerika Serikat (AS) bahwa Negeri Paman Sam itu mengalami penyusutanekonomitahunan0,7% pada kuartal I/2015. Itu akibat masalah di pelabuhan dan kekhawatiran penurunan belanja konsumen yang lebih buruk dibandingkan proyeksi sebelumnya. AS menjadi pasar utama para eksportir Jepang. Meskipun mengalami penguatan pada data kemarin, mereka juga khawatir karena peningkatan stok perusahaan dari kuartal sebelumnya.
”Kenaikan stok ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen tidak sekuat yang diperkirakan,” papar Marcel Thieliant dari Capital Economics yang menambahkan belanja konsumen dan output industri masih lemah. ”Kami perkirakan penurunan tajam pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2015).” Data terpisah yang dirilis kemarinmenunjukkan, surplusneraca berjalan Jepang naik enam kali lipat menjadi 1,32 triliun yen pada April, karena naiknya data perdagangan dan peningkatan investasi perusahaan.
Data ini menandai aktivitas perdagangan Jepang dengan negara-negara lain di dunia, termasuk barang dan jasa, pariwisata, dan hasil dari investasi asing. Akhir bulan lalu dilaporkan, Jepang kembali membukukan defisit perdagangan pada April setelah surplus pertama dalam tiga tahun pada Maret. ”Defisit bulanan sebesar 53,4 miliar yen, sekitarseperlimabelasdari 825,5 miliar yen yang dibukukan setahunsebelumnya,” papardata Kementerian Keuangan Jepang, dikutip kantor berita AFP.
Ekspor naik 8% year on year (yoy) karena peningkatan pengiriman mobil, komponen elektronik dan mesin, saat yen 17% lebih murah dibandingkan dolar pada tahun lalu. Impor turun 4,2% saat harga minyak dan gas turun. Berdasarkan wilayah, pengiriman ke Amerika Serikat (AS) meningkat 21,4%, jauh melebihi peningkatan 2,4% untuk ekspor ke China dan kenaikan 0,8% ekspor ke Uni Eropa (UE).
”Ekonomi Jepang akan lebih kuat tahun ini, didorong oleh konsumsi domestik dan permintaan eksternal. Kami pikir ekonomi AS akan terus tumbuh moderat, membantu mendorong ekspor Jepang,” kata Yoshitaka Suda, ekonom di Nomura Holdings. Data April ini dirilis setelah pengumuman pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dibandingkan proyeksi pada pekan lalu. Data dari Kantor Kabinet menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh 0,6% pada kuartal I/2015, saat ekonomi mulai bangkit dari resesi singkat.
Bank Sentral Jepang pekan lalu meluncurkan lebih banyak stimulus dan Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Koroda menjelaskan, negara itu mulai bangkit setelah terpukul kenaikan pajak penjualan pada April tahun lalu.
Syarifudin
Meski demikian, beberapa ekonom memperingatkan pemulihan ekonomi itu mungkin hanya terjadi dalam jangka pendek. ”Pertumbuhan ekonomi 1% pada Januari-Maret atau 3,9% pada basis tahunan itu naik dari proyeksi awal pertumbuhan, 0,6%,” ungkap data Kantor Kabinet Jepang, dikutip AFP. Data ini menjadi berita bagus bagi upaya Jepang mendorong perekonomian.
Kendati demikian, belanja rumah tangga tetap lemah saat Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) berupaya menaikkan harga-harga untuk mengakhiri deflasi yang telah terjadi bertahun-tahun. Gaji pegawai mengalami kenaikan di perusahaan-perusahaan besar dan pasar tenaga kerja semakin ketat, tapi meyakinkan orang untuk membeli barang- barang konsumen masih sulit setelah Jepang menaikkan pajak penjualan tahun lalu untuk mengurangi utang nasional.
Kenaikan pajak penjualan itu menekan belanja konsumen dan membawa perekonomian dalam resesi singkat. Jepang keluar dari resesi pada kuartal IV/2014 dengan data mengejutkan yang memberi harapan untuk pemulihan ekonomi. ”Belanja modal merupakan potongan terakhir teka-teki, dengan ekspor dan konsumsi menunjukkan tanda pemulihan. Pemulihan ekonomi berkelanjutan sedang dimulai,” ungkap Atsushi Takeda, ekonom di Itochu Corp.
Investasi korporat naik 2,7% dari kuartal sebelumnya, di atas pertumbuhan awal 0,4%. Data pertumbuhan itu sesuai penilaian BoJ bahwa ekonomi sedang berayun naik dan mereka mungkin kembali turun sehingga bank sentral meluncurkan lebih banyak stimulus. Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda terpaksa memundurkan waktu untuk target inflasi 2%, yang menjadi salah satu upaya Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe untuk mengatasi deflasi.
Meski demikian, dia menegaskan bahwa kenaikan harga yang sehat akan segera terjadi. Data yang dirilis kemarin berbeda dengan data revisi Amerika Serikat (AS) bahwa Negeri Paman Sam itu mengalami penyusutanekonomitahunan0,7% pada kuartal I/2015. Itu akibat masalah di pelabuhan dan kekhawatiran penurunan belanja konsumen yang lebih buruk dibandingkan proyeksi sebelumnya. AS menjadi pasar utama para eksportir Jepang. Meskipun mengalami penguatan pada data kemarin, mereka juga khawatir karena peningkatan stok perusahaan dari kuartal sebelumnya.
”Kenaikan stok ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen tidak sekuat yang diperkirakan,” papar Marcel Thieliant dari Capital Economics yang menambahkan belanja konsumen dan output industri masih lemah. ”Kami perkirakan penurunan tajam pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2015).” Data terpisah yang dirilis kemarinmenunjukkan, surplusneraca berjalan Jepang naik enam kali lipat menjadi 1,32 triliun yen pada April, karena naiknya data perdagangan dan peningkatan investasi perusahaan.
Data ini menandai aktivitas perdagangan Jepang dengan negara-negara lain di dunia, termasuk barang dan jasa, pariwisata, dan hasil dari investasi asing. Akhir bulan lalu dilaporkan, Jepang kembali membukukan defisit perdagangan pada April setelah surplus pertama dalam tiga tahun pada Maret. ”Defisit bulanan sebesar 53,4 miliar yen, sekitarseperlimabelasdari 825,5 miliar yen yang dibukukan setahunsebelumnya,” papardata Kementerian Keuangan Jepang, dikutip kantor berita AFP.
Ekspor naik 8% year on year (yoy) karena peningkatan pengiriman mobil, komponen elektronik dan mesin, saat yen 17% lebih murah dibandingkan dolar pada tahun lalu. Impor turun 4,2% saat harga minyak dan gas turun. Berdasarkan wilayah, pengiriman ke Amerika Serikat (AS) meningkat 21,4%, jauh melebihi peningkatan 2,4% untuk ekspor ke China dan kenaikan 0,8% ekspor ke Uni Eropa (UE).
”Ekonomi Jepang akan lebih kuat tahun ini, didorong oleh konsumsi domestik dan permintaan eksternal. Kami pikir ekonomi AS akan terus tumbuh moderat, membantu mendorong ekspor Jepang,” kata Yoshitaka Suda, ekonom di Nomura Holdings. Data April ini dirilis setelah pengumuman pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dibandingkan proyeksi pada pekan lalu. Data dari Kantor Kabinet menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh 0,6% pada kuartal I/2015, saat ekonomi mulai bangkit dari resesi singkat.
Bank Sentral Jepang pekan lalu meluncurkan lebih banyak stimulus dan Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Koroda menjelaskan, negara itu mulai bangkit setelah terpukul kenaikan pajak penjualan pada April tahun lalu.
Syarifudin
(ars)