Kawanan Landak Berduri
A
A
A
Dikisahkan, pada sebuah hutan belantara, saat itu sedang akan memasuki musim dingin. Hawa dingin membuat sebagian besar hewan mencari perlindungan agar tak kedinginan saat puncak musim dingin tiba.
Namun rupanya, saat itu, udara dingin benar-benar melebihi biasanya. Bagi yang masih sempat mengungsi, mereka segera meninggalkan hutan itu untuk mencari tempat yang lebih hangat. Tapi, bagi yang tak sempat, beberapa tak tahan dengan cuaca yang menusuk tulang. Akhirnya, beberapa hewan pun mati kedinginan. Dari beberapa hewan itu, ada sekumpulan landak yang juga mengalami masalah yang sama.
Tubuh mereka yang berduri sebenarnya cukup melindungi diri mereka, jika saja udara tak terasa sebeku saat itu. Mereka pun tetap kedinginan. Satu-satunya cara adalah dengan menempelkan tubuh berduri mereka satu sama lain, agar bisa mendapatkankehangatanlebih. Maka, pemimpin landak pun berkata kepada kawanannya. ”Mari, kita berbaring berdekatan. Kulit berduri kita ini bakal melindungi dari hawa yang sangat dingin ini,” sebutnya.
Gerombolan landak itu pun segera mendekatkan diri satu sama lain. ”Aduh, hati-hati. Durimu menusukku.” ”Ah , kamu juga nggak hatihati. Sakit! Durimu melukaiku,” sebut landak yang lain. ”Hei, hei... Kamu ngawur sekali! Ini bukannya jadi hangat, tapi malah jadi badanku sakit semua gara-gara kalian,” ujar landak yang kemudian diikuti teriakan landak-landak berikutnya.
Ternyata, duri-duri di tubuh mereka ketika harus berimpitan mencari kehangatan, malah melukai satu sama lain. Akibatnya, mereka malah saling menyalahkan. ”Ah ... Aku nggak mau begini. Ini benar-benar menyiksaku. Aku keluar saja dari impitan ini,” seru seekor landak yang lantas mencoba keluar dari gerombolan tersebut. Tak lama, hal itu pun diikuti oleh landak-landak lain.
Sehingga, bubarlah gerombolan itu. Tapi rupanya, cuaca sangat dingin kembali menyiksa mereka. Hawa membekukan tubuh itu membuat mereka kembali tersiksa. Sehingga, pilihannya hanya dua. Tetap mencoba bertahan melawan hawa dingin dengan kondisi yang seadanya dengan kemungkinan akan mati kedinginan. Atau, harus menahan sakit sejenak untuk melawan hawa dingin secara bersama-sama.
Melihat kondisi yang ada, pimpinan landak pun berkata, ”Jika tak ingin mati kedinginan seperti binatang lain yang sudah mulai bergelimpangan, mau tidak mau, kita harus menahan sedikit rasa sakit akibat saling bersentuhandantertusukduri satu sama lain. Asal hati-hati, aku rasa kita bisa mengurangi rasa sakit akibat tertusuk duri masing-masing.
Tujuan kita menyelamatkan diri secara bersama- sama. Maka, sakit pun kita tanggung bersama-sama. Jika kita bisa menahan rasa sakit ini, kita akan mampu bertahan melawan dingin yang mematikan ini.” Mendengar hal tersebut, para landak pun saling berpandangan. Mereka harus memilih untuk menahan sakit sejenak, daripada mati kedinginan.
”Baiklah. Ayo kita semua kembali saling mendekat, tapi hati-hati. Paling tidak, meski sakit, kita tak akan mati, dibanding harus melawan dingin yang tak terperi.” Begitulah, kawanan landak itu pun akhirnya saling mengalah. Meski tetap sesekali tertusuk duri temannya, mereka tabah dan saling mengerti.
Sehingga, satu sama lain saling dukung dan tak ada lagi yang menyalahkan. Maka, kawanan landak itu pun berhasil mendapatkan kehangatan untuk melawan hawa dingin hingga cuaca lebih bersahabat.
The Cup of Wisdom
Untuk meraih sesuatu yang besar, kadang kala kita memang harus mengorbankan banyak hal. Di sinilah, rasa ”sakit” harus kita kalahkan. Halangan dan rintangan yang menyulitkan, kadang kala harus dihadapi bersamaan. Dan, untuk itu, acap kali kita harus menurunkan ego masing-masing demi mencapai tujuan yang lebih utama.
Layaknya kisah ilustrasi landak yang ”terpaksa” merasakan sakit satu sama lain. Mereka harus menderita bersama-sama untuk meraih tujuan yang lebih besar, yakni selamat dari cuaca dingin. Maka, jika ingin meraih tujuan yang lebih besar, kita memang perlu lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Perlu ada upaya-upaya untuk ”meminggirkan” kepentingan dan egoisme pribadi saat hendak mencoba meraih tujuan sukses bersama-sama. Perbedaan adalah kewajaran. Maka, saat berbeda dan merasa kurang pas dengan perbedaan tersebut, jika itu bakal mendekatkan kita pada tujuan utama, sudah selayaknya kita mau ”berkorban” sakit sedikit, demi tujuan yang lebih mulia.
Mari kita belajar dari kisah landak yang mau berkorban demi kepentingan yang lebih besar. Dengan cara itu, tujuan bersama yang telah kita canangkan, akan lebih mudah diraih. Salam sukses luar biasa!
Adrie Wongso
Namun rupanya, saat itu, udara dingin benar-benar melebihi biasanya. Bagi yang masih sempat mengungsi, mereka segera meninggalkan hutan itu untuk mencari tempat yang lebih hangat. Tapi, bagi yang tak sempat, beberapa tak tahan dengan cuaca yang menusuk tulang. Akhirnya, beberapa hewan pun mati kedinginan. Dari beberapa hewan itu, ada sekumpulan landak yang juga mengalami masalah yang sama.
Tubuh mereka yang berduri sebenarnya cukup melindungi diri mereka, jika saja udara tak terasa sebeku saat itu. Mereka pun tetap kedinginan. Satu-satunya cara adalah dengan menempelkan tubuh berduri mereka satu sama lain, agar bisa mendapatkankehangatanlebih. Maka, pemimpin landak pun berkata kepada kawanannya. ”Mari, kita berbaring berdekatan. Kulit berduri kita ini bakal melindungi dari hawa yang sangat dingin ini,” sebutnya.
Gerombolan landak itu pun segera mendekatkan diri satu sama lain. ”Aduh, hati-hati. Durimu menusukku.” ”Ah , kamu juga nggak hatihati. Sakit! Durimu melukaiku,” sebut landak yang lain. ”Hei, hei... Kamu ngawur sekali! Ini bukannya jadi hangat, tapi malah jadi badanku sakit semua gara-gara kalian,” ujar landak yang kemudian diikuti teriakan landak-landak berikutnya.
Ternyata, duri-duri di tubuh mereka ketika harus berimpitan mencari kehangatan, malah melukai satu sama lain. Akibatnya, mereka malah saling menyalahkan. ”Ah ... Aku nggak mau begini. Ini benar-benar menyiksaku. Aku keluar saja dari impitan ini,” seru seekor landak yang lantas mencoba keluar dari gerombolan tersebut. Tak lama, hal itu pun diikuti oleh landak-landak lain.
Sehingga, bubarlah gerombolan itu. Tapi rupanya, cuaca sangat dingin kembali menyiksa mereka. Hawa membekukan tubuh itu membuat mereka kembali tersiksa. Sehingga, pilihannya hanya dua. Tetap mencoba bertahan melawan hawa dingin dengan kondisi yang seadanya dengan kemungkinan akan mati kedinginan. Atau, harus menahan sakit sejenak untuk melawan hawa dingin secara bersama-sama.
Melihat kondisi yang ada, pimpinan landak pun berkata, ”Jika tak ingin mati kedinginan seperti binatang lain yang sudah mulai bergelimpangan, mau tidak mau, kita harus menahan sedikit rasa sakit akibat saling bersentuhandantertusukduri satu sama lain. Asal hati-hati, aku rasa kita bisa mengurangi rasa sakit akibat tertusuk duri masing-masing.
Tujuan kita menyelamatkan diri secara bersama- sama. Maka, sakit pun kita tanggung bersama-sama. Jika kita bisa menahan rasa sakit ini, kita akan mampu bertahan melawan dingin yang mematikan ini.” Mendengar hal tersebut, para landak pun saling berpandangan. Mereka harus memilih untuk menahan sakit sejenak, daripada mati kedinginan.
”Baiklah. Ayo kita semua kembali saling mendekat, tapi hati-hati. Paling tidak, meski sakit, kita tak akan mati, dibanding harus melawan dingin yang tak terperi.” Begitulah, kawanan landak itu pun akhirnya saling mengalah. Meski tetap sesekali tertusuk duri temannya, mereka tabah dan saling mengerti.
Sehingga, satu sama lain saling dukung dan tak ada lagi yang menyalahkan. Maka, kawanan landak itu pun berhasil mendapatkan kehangatan untuk melawan hawa dingin hingga cuaca lebih bersahabat.
The Cup of Wisdom
Untuk meraih sesuatu yang besar, kadang kala kita memang harus mengorbankan banyak hal. Di sinilah, rasa ”sakit” harus kita kalahkan. Halangan dan rintangan yang menyulitkan, kadang kala harus dihadapi bersamaan. Dan, untuk itu, acap kali kita harus menurunkan ego masing-masing demi mencapai tujuan yang lebih utama.
Layaknya kisah ilustrasi landak yang ”terpaksa” merasakan sakit satu sama lain. Mereka harus menderita bersama-sama untuk meraih tujuan yang lebih besar, yakni selamat dari cuaca dingin. Maka, jika ingin meraih tujuan yang lebih besar, kita memang perlu lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Perlu ada upaya-upaya untuk ”meminggirkan” kepentingan dan egoisme pribadi saat hendak mencoba meraih tujuan sukses bersama-sama. Perbedaan adalah kewajaran. Maka, saat berbeda dan merasa kurang pas dengan perbedaan tersebut, jika itu bakal mendekatkan kita pada tujuan utama, sudah selayaknya kita mau ”berkorban” sakit sedikit, demi tujuan yang lebih mulia.
Mari kita belajar dari kisah landak yang mau berkorban demi kepentingan yang lebih besar. Dengan cara itu, tujuan bersama yang telah kita canangkan, akan lebih mudah diraih. Salam sukses luar biasa!
Adrie Wongso
(ftr)