Fed Diperkirakan Masih Tahan Suku Bunga

Senin, 15 Juni 2015 - 09:44 WIB
Fed Diperkirakan Masih...
Fed Diperkirakan Masih Tahan Suku Bunga
A A A
WASHINGTON - Data-data menunjukkan, perekonomian Amerika Serikat (AS) terus membaik, terlihat dari semakin tingginya belanja konsumsi, meningkatnya lapangan kerja, dan naiknya upah.

Namun, bank sentral AS-The Federal Reservediperkirakan masih menunggu masuknya data-data ekonomi lanjutan dalam beberapa minggu ke depan sebelum menaikkan tingkat bunga. Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang membahas mengenai kebijakan moneter AS diyakini masih akan menahan tingkat bunga di level 0%, yang belum berubah sejak 2008, guna memastikan bahwa perekonomian telah siap menerima kebijakan moneter yang lebih ketat.

Kontraksi ekonomi yang di luar dugaan pada kuartal pertama membuat FOMC lebih berhati-hati memantau pergerakan inflasi, upah dan lapangan pekerjaan yang menjadi data kunci untuk menentukan kebijakan soal tingkat bunga. Pemimpin Fed Janet Yellen berulang kali menekankan keharusan adanya tanda yang tegas mengenai pengetatan di pasar lapangan kerja, meski pada tingkat inflasi yang rendah.

Namun, sejak April lalu datadata kunci yang diamati FOMC memang terus membaik. Pada 5 Juni lalu data penciptaan lapangan kerja secara mengejutkan tampak kuat dan menunjukkan tanda pengetatan yang diinginkan. Data pekan ini pun dinilai mendukung hal itu, di mana lowongan kerja naik, dan para pemberi kerja menyatakan akan mempekerjakan lebih banyak orang. Namun, data lainnya masih belum konklusif.

”Karena FOMC merasa perlu melihat perbaikan secara mantap, tampaknya mereka masih akan menunggu dua bulan atau lebih lagi sebelum melakukan pergerakan (menaikkan suku bunga),” ujar analis Deutsche Bank seperti dikutip AFP. Hal senada dikatakan ekonomi dari IHS yang menyebutkan bahwa kecil kemungkinan Fed menaikkan suku bunga pada bulan ini.

”Kenaikan suku bunga di bulan Juni tidak sepenuhnya mustahil, tapi kemungkinannya sangat kecil. September kemungkinan lebih masuk akal, meski sangat tergantung pada data-data yang ada,” ujarnya.

Saat suku bunga dinaikkan, hal itu kemungkinan merupakan langkah pertama dari serangkaian tindakan yang ditujukan untuk menormalkan kebijakan moneter AS. Prospek inilah yang telah menimbulkan gejolak di pasar global sejak dua tahun terakhir.

Hal itu mendorong naiknya nilai tukar dolar AS dan memicu arus modal keluar dari sejumlah negara berkembang dan ikut menyebabkan tersendatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.

M faizal
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0697 seconds (0.1#10.140)