Indeks Harga Grosir India Melemah

Selasa, 16 Juni 2015 - 10:03 WIB
Indeks Harga Grosir India Melemah
Indeks Harga Grosir India Melemah
A A A
MUMBAI - Inflasi grosir India turun untuk tujuh bulan berturut- turut, tapi laju penurunan melemah saat harga bahan makanan dan bahan bakar naik. Data Indeks Harga Grosir (Wholesale Price Index/WPI) turun lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebesar 2,36% pada Mei, dari setahun lalu.

WPI merupakan indikator inflasi yang mengukur harga barang secara grosir. Para ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan, WPI melemah 2,5% setelah penurunan 2,65% pada April. Data ini muncul setelah data pada Jumat (12/6) menunjukkan data inflasi harga konsumen naik menjadi 5,01% dari 4,87% pada April.

Analis menyatakan, data itu memperkuat keyakinan mereka bahwa bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI) tidak akan memangkas suku bunga hingga musim hujan berakhir pada September mendatang. ”Risiko kenaikan inflasi harga makanan tetap ada karena prediksi musim hujan yang di bawah normal,” papar Arun Singh, ekonom senior di firma riset Dun & Bradstreet, dikutip kantor berita AFP . RBI memiliki target membawa inflasi tetap konsisten di bawah 6% pada Januari 2016, dan 4% pada tahun fiskal 2016/2017.

Bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin tahun ini dan baru-baru ini mengambil langkah luar biasa dengan mendesak pemerintah memastikan stok pangan cukup untuk kebutuhan negara dan mempertahankan harga tetap rendah setelah musim hujan pada musim panas kali ini. Hujan sangat penting bagi tanaman di India dan musim kemarau biasanya mengurangi output pertanian, membuat harga pangan naik sehingga menjadi beban bagi puluhan juta warga miskin di negara itu.

Ekonomi India tumbuh melebihi China pada tiga bulan pertama tahun ini, diuntungkan dari penurunan harga minyak. ”Negara ekonomi terbesar ketiga di Asia itu mengimpor hampir 80% kebutuhan minyaknya tapi biaya minyak mentah naik lagi sehingga menjadi risiko bagi inflasi,” papar Singh.

Sebelumnya dilaporkan, output industri India tumbuh melebihi proyeksi pada April, mencapai tertinggi dalam dua bulan. Inflasi ritel juga naik pada Mei, mengurangi kekhawatiran bahwa ekonomi menghadapi tekanan akibat musim kemarau terburuk sejak 2009. Output di pabrik-pabrik, pertambangan, dan industri tumbuh pada level tahunan 4,1% pada April, tercepat sejak Februari.

Data itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2,5% pada Maret dan proyeksi ekonomi dalam survei Reuters dengan pertumbuhan 1,6%. Inflasi konsumen pada Mei naik menjadi 5,01% dari 4,87% pada bulan sebelumnya dengan biaya energi yang lebih tinggi. ”Para ekonom memperkirakan, harga ritel naik 5% year on year (yoy),” ungkap hasil survei Reuters.

Data output itu dirilis beberapa hari setelah data produk domestik bruto (PDB), menunjukkan pertumbuhan India melebihi China dengan pertumbuhan 7,5% pada kuartal Maret. Ini didukung pendapat pemerintah bahwa negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia itu sedang mengumpulkan momentum. ”Kami pertimbangkan ekonomi sedang pulih. Kami berada di peta jalan untuk pertumbuhan lebih tinggi lagi,” kata Menteri Keuangan India Arun Jaitley, beberapa jam sebelum data ini dirilis.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6798 seconds (0.1#10.140)