Airbus Tak Berencana Keluar dari Inggris
A
A
A
LONDON - Chief Executive Officer (CEO) Airbus Fabrice Bregier tidak berencana memindahkan manufakturnya dari Inggris jika negara itu memilih tidak menjadi anggota Uni Eropa (UE).
Saat berada di Paris Airshow, Bregier menjelaskan, manufaktur pesawat itu berkomitmen pada 16.000 pegawai di Inggris dan tidak berencana merelokasi pabrik-pabriknya di Inggris. Komentarnya itu bertolak belakang dengan pernyataan CEO Airbus Inggris Paul Kahn. Bulan lalu Kahn menjelaskan, jika Inggris memilih keluar dari UE dalam referendum nanti, Airbus akan mempertimbangkan kembali investasi masa depan di Inggris.
Kemarin Bregier akan memutuskan tentang apa konsekuensi bagi daya saing bisnisnya setelah referendum. Komentar itu muncul saat para menteri membahas amendemen draf undang-undang referendum UE pada Senin malam (15/6) waktu setempat, mengganti penyelenggaraan referendum pada 5 Mei 2016, hari yang sama saat Skotlandia, Welsh, dan Irlandia Utara menggelar pemilu nasional dan pemilu lokal. Itu artinya, referendum diperkirakan digelar pada musim gugur selanjutnya atau tidak dilakukan hingga 2017, tergantung kemampuan perdana menteri (PM) menegosiasikan konsesi dari negara-negara Uni Eropa.
Dunia bisnis berulang kali menyatakan kekhawatiran tentang level ketidakpastian karena waktu referendum itu dan potensi gangguan ekonomi akibat sejumlah keputusan investasi ditunda. Bulan lalu Kahn menyatakan, Inggris harus berkompetisi untuk investasi internasional. ”Cara terbaik menjamin ini ialah tetap menjadi bagian UE. Saya yakin itu penting bagi perusahaan seperti Airbus untuk muncul dan berdiri mendukung Inggris tetap di Uni Eropa,” katanya.
Airbus merupakan manufaktur pesawat terbesar kedua di dunia setelah Boeing. Perusahaan Eropa itu memiliki 6.000 pegawai di Broughton, Wales utara, tempat merakit sayap untuk seluruh pesawat Airbus. Ribuan pegawai lainnya berada di Filton, dekat Bristol, yang mendesain pesawat dan menguji alat pendaratan. Kahn menekankan, jika Inggris meninggalkan UE, perusahaan tidak akan tutup secara tiba-tiba.
”Setelah keluar dari UE, kondisi ekonomi di Inggris kurang menguntungkan bagi bisnis dibandingkan di negara lain di Eropa, atau selain itu, akankah Airbus mempertimbangkan kembali masa depan investasi di Inggris. Ya, tentu saja.” Airbus merupakan salah satu perusahaan industri terbesar di Eropa, mencakup sektor penerbangan sipil, pertahanan dan antariksa, dengan operasional di Jerman, Prancis, dan Spanyol.
Syarifudin
Saat berada di Paris Airshow, Bregier menjelaskan, manufaktur pesawat itu berkomitmen pada 16.000 pegawai di Inggris dan tidak berencana merelokasi pabrik-pabriknya di Inggris. Komentarnya itu bertolak belakang dengan pernyataan CEO Airbus Inggris Paul Kahn. Bulan lalu Kahn menjelaskan, jika Inggris memilih keluar dari UE dalam referendum nanti, Airbus akan mempertimbangkan kembali investasi masa depan di Inggris.
Kemarin Bregier akan memutuskan tentang apa konsekuensi bagi daya saing bisnisnya setelah referendum. Komentar itu muncul saat para menteri membahas amendemen draf undang-undang referendum UE pada Senin malam (15/6) waktu setempat, mengganti penyelenggaraan referendum pada 5 Mei 2016, hari yang sama saat Skotlandia, Welsh, dan Irlandia Utara menggelar pemilu nasional dan pemilu lokal. Itu artinya, referendum diperkirakan digelar pada musim gugur selanjutnya atau tidak dilakukan hingga 2017, tergantung kemampuan perdana menteri (PM) menegosiasikan konsesi dari negara-negara Uni Eropa.
Dunia bisnis berulang kali menyatakan kekhawatiran tentang level ketidakpastian karena waktu referendum itu dan potensi gangguan ekonomi akibat sejumlah keputusan investasi ditunda. Bulan lalu Kahn menyatakan, Inggris harus berkompetisi untuk investasi internasional. ”Cara terbaik menjamin ini ialah tetap menjadi bagian UE. Saya yakin itu penting bagi perusahaan seperti Airbus untuk muncul dan berdiri mendukung Inggris tetap di Uni Eropa,” katanya.
Airbus merupakan manufaktur pesawat terbesar kedua di dunia setelah Boeing. Perusahaan Eropa itu memiliki 6.000 pegawai di Broughton, Wales utara, tempat merakit sayap untuk seluruh pesawat Airbus. Ribuan pegawai lainnya berada di Filton, dekat Bristol, yang mendesain pesawat dan menguji alat pendaratan. Kahn menekankan, jika Inggris meninggalkan UE, perusahaan tidak akan tutup secara tiba-tiba.
”Setelah keluar dari UE, kondisi ekonomi di Inggris kurang menguntungkan bagi bisnis dibandingkan di negara lain di Eropa, atau selain itu, akankah Airbus mempertimbangkan kembali masa depan investasi di Inggris. Ya, tentu saja.” Airbus merupakan salah satu perusahaan industri terbesar di Eropa, mencakup sektor penerbangan sipil, pertahanan dan antariksa, dengan operasional di Jerman, Prancis, dan Spanyol.
Syarifudin
(ars)