Indonesia Harus Siap Hadapi Krisis Pangan dan Energi
A
A
A
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan, Indonesia harus siap menghadapi krisis pangan dan energi. Hal itu disampaikan dalam pertemuan dengan seluruh jajaran TNI AD dan birokrasi pemerintah daerah (Pemda) DKI Jakarta, Depok, Bekasi dan Tangerang.
"Jujur saya berbicara di sini karena tulisan saya di sini (Lemhanas) soal ketahanan pangan. Sebagai warga negara Indonesia saya khawatir dengan ketahanan pangan," ujarnya, saat menggelar bincang-bincang KSAD dengan Pemprov DKI Jakarta, Kodam Jaya, Polda Metro Jaya, Pemda Bekasi, Depok dan Tangerang, di Gedung Lemhanas Jakarta, Rabu (17/6).
Menurut KSAD, pertumbuhan penduduk di dunia berjalan dengan cepat. Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk di dunia pada 1800 hanya berjumlah 1 miliar. Kemudian 130 tahun kemudian bertambah 1 miliar (2 miliar).
"Tapi tiba-tiba cuma 30 tahun jumlah penduduk jadi 3 miliar. Dan, hanya butuh 15 tahun untuk buat 4 miliar. Selanjutnya, 12 tahun atau sekitar 2011 jumlahnya naik menjadi 7 miliar. Dari hasil penghitungan, diprediksi pada 2043 mendatang jumlah penduduk mencapai 12,3 miliar dimana 9,8 miliar berada di non ekuator," katanya.
Sayang, pertambahan penduduk ini tidak dibarengi dengan ketersediaan energi. Berdasarkan data OPEC sisa cadangan energi tinggal 45 tahun lagi sementara konsumsi energi terus meningkat.
"Saat ini, sekitar 70% konflik di dunia berlatar belakang energi. Hanya wilayah-wilayah ekuator seperti, Indonesia, ASEAN, Afrika dan Amerika Latin, yang cocok tanam sebagai sumber energi terbarukan. Hanya inilah (tiga negara) yang memiliki sumber air dan pangan ke depan," terang Gatot.
"Jujur saya berbicara di sini karena tulisan saya di sini (Lemhanas) soal ketahanan pangan. Sebagai warga negara Indonesia saya khawatir dengan ketahanan pangan," ujarnya, saat menggelar bincang-bincang KSAD dengan Pemprov DKI Jakarta, Kodam Jaya, Polda Metro Jaya, Pemda Bekasi, Depok dan Tangerang, di Gedung Lemhanas Jakarta, Rabu (17/6).
Menurut KSAD, pertumbuhan penduduk di dunia berjalan dengan cepat. Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk di dunia pada 1800 hanya berjumlah 1 miliar. Kemudian 130 tahun kemudian bertambah 1 miliar (2 miliar).
"Tapi tiba-tiba cuma 30 tahun jumlah penduduk jadi 3 miliar. Dan, hanya butuh 15 tahun untuk buat 4 miliar. Selanjutnya, 12 tahun atau sekitar 2011 jumlahnya naik menjadi 7 miliar. Dari hasil penghitungan, diprediksi pada 2043 mendatang jumlah penduduk mencapai 12,3 miliar dimana 9,8 miliar berada di non ekuator," katanya.
Sayang, pertambahan penduduk ini tidak dibarengi dengan ketersediaan energi. Berdasarkan data OPEC sisa cadangan energi tinggal 45 tahun lagi sementara konsumsi energi terus meningkat.
"Saat ini, sekitar 70% konflik di dunia berlatar belakang energi. Hanya wilayah-wilayah ekuator seperti, Indonesia, ASEAN, Afrika dan Amerika Latin, yang cocok tanam sebagai sumber energi terbarukan. Hanya inilah (tiga negara) yang memiliki sumber air dan pangan ke depan," terang Gatot.
(dmd)