Empat Cara Emiten Antisipasi Gejolak Rupiah
A
A
A
KEPALA Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengungkapkan, ada empat cara yang biasa dilakukan perusahaan terbuka atau emiten untuk mengantisipasi gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Pertama, jika emiten tersebut memiliki utang luar negeri (ULN) dalam USD, biasanya akan melakukan lindung nilai (hedging) meskipun harus membayar premi yang tidak kecil.
"Karena sekarang sulit prediksi rupiah ke mana arahnya, ada antisipasi terhadap lonjakan biaya pokok," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Sementara bagi emiten yang punya ULN, juga bisa memilih melakukan natural hedging dengan memiliki pendapatan dalam mata uang USD.
Selanjutnya, emiten yang tidak melakukan hedging dengan keyakinan bahwa nilai tukar rupiah tidak akan jatuh lebih lama, akan menerbitkan obligasi.
"Mereka berpikir lima tahun yang akan datang, rupiah akan kuat lagi karena mereka percaya pandangan ke nilai tukar obligasi yang akan jatuh tempo," jelas Edwin.
Terakhir, emiten dapat melakukan lindung nilai terhadap bahan baku yang diperoleh dari impor hingga beberapa bulan ke depan.
"Mereka lakukan hedging terhadap bahan baku, seperti farmasi, bahan baku dalam USD, hedging enam bulan ke depan," pungkasnya.
Pertama, jika emiten tersebut memiliki utang luar negeri (ULN) dalam USD, biasanya akan melakukan lindung nilai (hedging) meskipun harus membayar premi yang tidak kecil.
"Karena sekarang sulit prediksi rupiah ke mana arahnya, ada antisipasi terhadap lonjakan biaya pokok," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Sementara bagi emiten yang punya ULN, juga bisa memilih melakukan natural hedging dengan memiliki pendapatan dalam mata uang USD.
Selanjutnya, emiten yang tidak melakukan hedging dengan keyakinan bahwa nilai tukar rupiah tidak akan jatuh lebih lama, akan menerbitkan obligasi.
"Mereka berpikir lima tahun yang akan datang, rupiah akan kuat lagi karena mereka percaya pandangan ke nilai tukar obligasi yang akan jatuh tempo," jelas Edwin.
Terakhir, emiten dapat melakukan lindung nilai terhadap bahan baku yang diperoleh dari impor hingga beberapa bulan ke depan.
"Mereka lakukan hedging terhadap bahan baku, seperti farmasi, bahan baku dalam USD, hedging enam bulan ke depan," pungkasnya.
(rna)