Susi Terima SMS Nelayan Filipina Curi Ikan di Sangihe
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku banyak menerima pesan singkat (SMS) dari nelayan lokal di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara bahwa banyak nelayan asal Filipina mencuri ikan tuna di Sangihe dan memboyong ke negeri asalnya.
Dia menjelaskan, saat ini terdapat modus baru pencurian ikan (illegal fishing) dengan menggunakan kapal plam boat berbobot di bawah 30 gross tonnage (GT). Para nelayan Filipina tersebut menggunakan kapal palm boat untuk mencuri ikan di Sangihe.
"Yth, Bu Menteri Kelautan dan Perikanan, kami sebagai nelayan kabupaten kepulauan Sangihe provinsi Sulut datang membawa keluhan kami, karena ada nelayan asing Filipina yang sekarang ini mendatangi laut kami. Akibatnya kami sangat menderita dalam hal mata pencaharian dan penangkapan ikan," kata Susi menuturkan bunyi SMS dari nelayan lokal tersebut di kantornya, Senin (22/6/2015).
Menurut dia, nelayan tersebut mengeluhkan pemerintah daerah (Pemda) yang seakan tidak peduli hal tersebut. Sebab itu, mereka memberanikan diri menyampaikan keluhannya ke Susi agar ada jalan keluar.
"Info lainnya sekarang ini sudah banyak sekali warga Filipina di Tahuna. Umumnya tidak memiliki kartu penduduk atau paspor, mereka datang memakai perahu palm boat dan sekarang jumlahnya ratusan," imbuhnya.
Susi menambahkan, SMS tersebut juga menyebutkan bahwa saat dirinya berkunjung ke Kepulauan Sangihe, palm boat tersebut diminta bersembunyi di Teluk Tawoali, sehingga tidak nampak di Tahuna.
"Keadaan ini bupati tahu tapi tidak ada tindakan atas datangnya warga asing ini. Mereka ini dikontrak oleh oknum. Kasihan kami nelayan pribumi. Tolonglah kami ini," pungkasnya.
Dari informasi yang didapatnya, seluruh palm boat tersebut menggunakan bendera Indonesia, namun anak buah kapal (ABK) berasal dari Filipina. Jumlah palm boat yang beroperasi di sana sekitar 82 buah, dan jumlah ABK nya sekitar 450 orang. Para ABK tersebut tidak memiliki kartu identitas baik dari Indonesia maupun Filipina.
Dia menjelaskan, saat ini terdapat modus baru pencurian ikan (illegal fishing) dengan menggunakan kapal plam boat berbobot di bawah 30 gross tonnage (GT). Para nelayan Filipina tersebut menggunakan kapal palm boat untuk mencuri ikan di Sangihe.
"Yth, Bu Menteri Kelautan dan Perikanan, kami sebagai nelayan kabupaten kepulauan Sangihe provinsi Sulut datang membawa keluhan kami, karena ada nelayan asing Filipina yang sekarang ini mendatangi laut kami. Akibatnya kami sangat menderita dalam hal mata pencaharian dan penangkapan ikan," kata Susi menuturkan bunyi SMS dari nelayan lokal tersebut di kantornya, Senin (22/6/2015).
Menurut dia, nelayan tersebut mengeluhkan pemerintah daerah (Pemda) yang seakan tidak peduli hal tersebut. Sebab itu, mereka memberanikan diri menyampaikan keluhannya ke Susi agar ada jalan keluar.
"Info lainnya sekarang ini sudah banyak sekali warga Filipina di Tahuna. Umumnya tidak memiliki kartu penduduk atau paspor, mereka datang memakai perahu palm boat dan sekarang jumlahnya ratusan," imbuhnya.
Susi menambahkan, SMS tersebut juga menyebutkan bahwa saat dirinya berkunjung ke Kepulauan Sangihe, palm boat tersebut diminta bersembunyi di Teluk Tawoali, sehingga tidak nampak di Tahuna.
"Keadaan ini bupati tahu tapi tidak ada tindakan atas datangnya warga asing ini. Mereka ini dikontrak oleh oknum. Kasihan kami nelayan pribumi. Tolonglah kami ini," pungkasnya.
Dari informasi yang didapatnya, seluruh palm boat tersebut menggunakan bendera Indonesia, namun anak buah kapal (ABK) berasal dari Filipina. Jumlah palm boat yang beroperasi di sana sekitar 82 buah, dan jumlah ABK nya sekitar 450 orang. Para ABK tersebut tidak memiliki kartu identitas baik dari Indonesia maupun Filipina.
(izz)