Industri Automotif Masih Jadi Andalan
A
A
A
JAKARTA - Industri automotif masih tetap menjadi andalan dalam mendukung perekonomian nasional. Pelaku industri automotif tetap optimistis bisa memproduksi kendaraan 2,5 juta unit tahun ini.
”Meski saat ini perekonomian nasional sedang mengalami perlambatan, kami tetap optimistis bisa memproduksi 2,5 juta unit,” ujar Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi dalam Dialog Automotif ”Menuju Produksi 2,5 juta Mobil” di Jakarta kemarin. Menurut Sudirman, in-dustri automotif tahun ini memang mengalami kesulitan karena penjualan mengalami penurunan.
”Untuk wholesale turun sebesar 16,3% dan ritel turun sebesar 14,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” katanya. Meski target penjualan automotif 2015 diturunkan dan ekspor yang ditargetkan masih stagnan, dia tetap optimistis bisa mencapai produksi 2,5 juta unit. ”Saat ini kapasitas produksi sudah mencapai dua juta unit. Memang sulit dengan pelemahan ekonomi sekarang karena kemungkinan target mundur bukan tahun 2020. Tetapi, siapa tahu pertumbuhan ekonomi membaik, bisa saja terjadi,” ungkapnya.
Sudirman menambahkan, anggota Gaikindo sudah membuktikan kualitas dalam negeri yang bisa mengglobal. Ke depan tentu harus melihat permintaan produk-produk yang mungkin akan berbeda. ”Permintaan akan berubah. Produsen dalam negeri harus bisa memenuhinya,” katanya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, industri automotif Indonesia mempunyai kemampuan meski sedang tertekan seperti saat ini. ”Kita tetap optimistis. Biasanya dalam kondisi tertekan ini ada ide-ide kreatif,” cetusnya.
Putu melanjutkan, perlu koordinasi yang baik antara produsen kendaraan bermotor dan pemerintah sehingga industri automotif bisa melakukan terobosan dari sisi teknologi. ”Harus kita lihat juga terobosannya. Bagaimana dengan kendaraan pedesaan yang bisa dikembangkan masyarakat. Kalau mau bersaing, bagaimana meningkatkan daya saing jika bahan baku. Kalau perlu, diberikan insentif khusus,” katanya.
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan & Industri, Kemenko Perekonomian Edy Putra Irawady mengatakan, industri automotif merupakan salah satu industri yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. ”Kalau dilihat, penurunan automotif karena daya beli uang turun. Tapi, bisa saja automotif yang mendrive pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Edy melanjutkan, pemerintah membutuhkan revolusi teknologi dalam memproduksi kendaraan. Saat ini Indonesia memproduksi jenis kendaraan yang berbeda yaitu euro 4 untuk ekspor dan euro 2 untuk dalam negeri. ”Nah , ini perlu regulasi yang mengatur agar bisa berkembang. Harus ada sesuatu yang luar biasa. Kita bisa membantu dari sisi regulasi, perbankan, policy apa yang dibutuhkan,” ucapnya.
Mobil Kecil Bisa Jadi Tren
Ditempat berbeda sebelumnya, Sudirman M Rusdi yang juga presiden direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengatakan, prospek untuk mobil yang berukuran kecil akan tumbuh. ”Saya pikir akan tumbuh pasar seperti itu. Kalau GDP (gross domestic product) naik, daya beli naik, penjualan mobil akan naik,” tuturnya.
Oktiani endarwati
”Meski saat ini perekonomian nasional sedang mengalami perlambatan, kami tetap optimistis bisa memproduksi 2,5 juta unit,” ujar Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi dalam Dialog Automotif ”Menuju Produksi 2,5 juta Mobil” di Jakarta kemarin. Menurut Sudirman, in-dustri automotif tahun ini memang mengalami kesulitan karena penjualan mengalami penurunan.
”Untuk wholesale turun sebesar 16,3% dan ritel turun sebesar 14,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” katanya. Meski target penjualan automotif 2015 diturunkan dan ekspor yang ditargetkan masih stagnan, dia tetap optimistis bisa mencapai produksi 2,5 juta unit. ”Saat ini kapasitas produksi sudah mencapai dua juta unit. Memang sulit dengan pelemahan ekonomi sekarang karena kemungkinan target mundur bukan tahun 2020. Tetapi, siapa tahu pertumbuhan ekonomi membaik, bisa saja terjadi,” ungkapnya.
Sudirman menambahkan, anggota Gaikindo sudah membuktikan kualitas dalam negeri yang bisa mengglobal. Ke depan tentu harus melihat permintaan produk-produk yang mungkin akan berbeda. ”Permintaan akan berubah. Produsen dalam negeri harus bisa memenuhinya,” katanya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, industri automotif Indonesia mempunyai kemampuan meski sedang tertekan seperti saat ini. ”Kita tetap optimistis. Biasanya dalam kondisi tertekan ini ada ide-ide kreatif,” cetusnya.
Putu melanjutkan, perlu koordinasi yang baik antara produsen kendaraan bermotor dan pemerintah sehingga industri automotif bisa melakukan terobosan dari sisi teknologi. ”Harus kita lihat juga terobosannya. Bagaimana dengan kendaraan pedesaan yang bisa dikembangkan masyarakat. Kalau mau bersaing, bagaimana meningkatkan daya saing jika bahan baku. Kalau perlu, diberikan insentif khusus,” katanya.
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan & Industri, Kemenko Perekonomian Edy Putra Irawady mengatakan, industri automotif merupakan salah satu industri yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. ”Kalau dilihat, penurunan automotif karena daya beli uang turun. Tapi, bisa saja automotif yang mendrive pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Edy melanjutkan, pemerintah membutuhkan revolusi teknologi dalam memproduksi kendaraan. Saat ini Indonesia memproduksi jenis kendaraan yang berbeda yaitu euro 4 untuk ekspor dan euro 2 untuk dalam negeri. ”Nah , ini perlu regulasi yang mengatur agar bisa berkembang. Harus ada sesuatu yang luar biasa. Kita bisa membantu dari sisi regulasi, perbankan, policy apa yang dibutuhkan,” ucapnya.
Mobil Kecil Bisa Jadi Tren
Ditempat berbeda sebelumnya, Sudirman M Rusdi yang juga presiden direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengatakan, prospek untuk mobil yang berukuran kecil akan tumbuh. ”Saya pikir akan tumbuh pasar seperti itu. Kalau GDP (gross domestic product) naik, daya beli naik, penjualan mobil akan naik,” tuturnya.
Oktiani endarwati
(ftr)