Kementerian BUMN Rombak Direksi RNI
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merombak susunan direksi PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero karena dinilai gagal membawa kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik.
Bernardus Didik Prasetyo ditetapkan sebagai direktur utama menggantikan pejabat sebelumnya Ismed Hasan Putro. Pelantikan dilakukan oleh Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Muhamad Zamkhani di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, kemarin.
”Pertimbangan perombakan pejabat RNI untuk mengisi kekosongan jabatan dirut dan dalam rangka perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan,” ujar Zamkhani. Pencopotan Ismed Hasan Putro dari jabatan dirut sudah dilakukan pada 5 Mei 2015, meski yang bersangkutan masih memiliki masa tugas hingga 2017.
Selain Dirut, pemegang saham juga melantik tiga direksi baru, yaitu Eka Wahyudi, Agung Primanto Murdanoto, dan Mochammad Yana Aditya. Ketiga nama tersebut menggantikan direksi sebelumnya yaitu Dandossi Matram, Oki Jamhur Warnaen, dan Bambang Adi Sukarelawan. Adapun satu direksi tetap dipertahankan yaitu Djoko Retnadi yang saat ini menjabat Direktur Strategi Bisnis dan Inovasi.
Sebelumnya Menteri BUMN Rini M Soemarno menegaskan, perlu perombakan direksi RNI karena dinilai tidak mampu mengangkat kinerja usaha perseroan. ”Kinerjanya sangat jelek. Selama 2014 perusahaan menderita kerugian. Situasinya tidak kondusif, makanya diusulkan pergantian,” tegas Rini.
Pada 2014 RNI mencatat rugi sebesar Rp200 miliar (un-audit ), merosot dibanding laba tahun 2013 sebesar Rp33 miliar. Menurut catatan, penurunan kinerja keuangan dipicu anjloknya harga komoditas perkebunan, terutama sawit dan gula. Sebagai nakhoda baru RNI, Didik diharapkan bisa membawa perusahaan yang bergerak di bidang usaha agro industri, farmasi dan alat kesehatan serta bidang perdagangan dan distribusi ini ke arah yang lebih baik.
Didik Prasetyo yang lahir pada 4 Desember 1968 ini merupakan lulusan S-1 Fakultas Hukum Ekonomi IPB dan selanjutnya menyelesaikan S-2 dari Universitas Indonesia pada tahun 2006. Didik sesungguhnya pernah menjabat Komisaris RNI periode 2008-2012. Didik juga bukan orang baru di Kementerian BUMN karena sudah berkiprah di lembaga yang menangani perusahaan pelat merah ini sejak 1996 sebagai Pelaksana pada Sub-Dit Pengembangan Usaha, Ditjen BUMN.
Sejumlah jabatan lain yang dipercayakan kepadanya antara lain staf komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV pada 2001-2009. Kemudian, Pj Kasie Pendanaan dan Sumberdaya Kehutanan pada 2001-2009, Kasubid Evaluasi Usaha Sarana Produksi Pertanian, Kementerian Negara BUMN 2002-2006.
Selanjutnya Kabid Perkebunan II A Kementerian Negara BUMN periode 2008-2010. Komisaris PT Angkasa Pura I (Persero) pada 2012 sampai dengan ditetapkannya menjadi Dirut RNI saat ini. Salah satu bidang yang sangat dikuasai Didik adalah menyangkut ”climate change forest management, risk management agriculture sustainable development ”.
Heru febrianto/ant
Bernardus Didik Prasetyo ditetapkan sebagai direktur utama menggantikan pejabat sebelumnya Ismed Hasan Putro. Pelantikan dilakukan oleh Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Muhamad Zamkhani di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, kemarin.
”Pertimbangan perombakan pejabat RNI untuk mengisi kekosongan jabatan dirut dan dalam rangka perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan,” ujar Zamkhani. Pencopotan Ismed Hasan Putro dari jabatan dirut sudah dilakukan pada 5 Mei 2015, meski yang bersangkutan masih memiliki masa tugas hingga 2017.
Selain Dirut, pemegang saham juga melantik tiga direksi baru, yaitu Eka Wahyudi, Agung Primanto Murdanoto, dan Mochammad Yana Aditya. Ketiga nama tersebut menggantikan direksi sebelumnya yaitu Dandossi Matram, Oki Jamhur Warnaen, dan Bambang Adi Sukarelawan. Adapun satu direksi tetap dipertahankan yaitu Djoko Retnadi yang saat ini menjabat Direktur Strategi Bisnis dan Inovasi.
Sebelumnya Menteri BUMN Rini M Soemarno menegaskan, perlu perombakan direksi RNI karena dinilai tidak mampu mengangkat kinerja usaha perseroan. ”Kinerjanya sangat jelek. Selama 2014 perusahaan menderita kerugian. Situasinya tidak kondusif, makanya diusulkan pergantian,” tegas Rini.
Pada 2014 RNI mencatat rugi sebesar Rp200 miliar (un-audit ), merosot dibanding laba tahun 2013 sebesar Rp33 miliar. Menurut catatan, penurunan kinerja keuangan dipicu anjloknya harga komoditas perkebunan, terutama sawit dan gula. Sebagai nakhoda baru RNI, Didik diharapkan bisa membawa perusahaan yang bergerak di bidang usaha agro industri, farmasi dan alat kesehatan serta bidang perdagangan dan distribusi ini ke arah yang lebih baik.
Didik Prasetyo yang lahir pada 4 Desember 1968 ini merupakan lulusan S-1 Fakultas Hukum Ekonomi IPB dan selanjutnya menyelesaikan S-2 dari Universitas Indonesia pada tahun 2006. Didik sesungguhnya pernah menjabat Komisaris RNI periode 2008-2012. Didik juga bukan orang baru di Kementerian BUMN karena sudah berkiprah di lembaga yang menangani perusahaan pelat merah ini sejak 1996 sebagai Pelaksana pada Sub-Dit Pengembangan Usaha, Ditjen BUMN.
Sejumlah jabatan lain yang dipercayakan kepadanya antara lain staf komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV pada 2001-2009. Kemudian, Pj Kasie Pendanaan dan Sumberdaya Kehutanan pada 2001-2009, Kasubid Evaluasi Usaha Sarana Produksi Pertanian, Kementerian Negara BUMN 2002-2006.
Selanjutnya Kabid Perkebunan II A Kementerian Negara BUMN periode 2008-2010. Komisaris PT Angkasa Pura I (Persero) pada 2012 sampai dengan ditetapkannya menjadi Dirut RNI saat ini. Salah satu bidang yang sangat dikuasai Didik adalah menyangkut ”climate change forest management, risk management agriculture sustainable development ”.
Heru febrianto/ant
(ftr)