Industri Padat Karya Jadi Prioritas Investasi
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus berupaya memacu realisasi investasi asing pada tahun ini, baik investasi baru maupun perluasan pabrik.
Salah satu investasi yang menjadi prioritas adalah penanaman modal di industri padat karya dan berorientasi ekspor. Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, pihaknya telah memantau dua proyek di Jawa Tengah yakni Semarang dan Jepara. Di Semarang investor asal China yang bekerja sama dengan investor lokal di bawah bendera PT Sumber Samudera Indonesia (SSI) tengah merampungkan proses konstruksi di bidang pengolahan ikan.
”PT SSI sekarang tahap konstruksinya sudah mencapai 90% dan direncanakan akan mulai berproduksi pada akhir tahun 2015,” ujar dia di Gedung BKPM, Jakarta, kemarin. Franky menyebut realisasi investasi ini akan menyerap tenaga kerja sebanyak 550-650 orang secara langsung dan 2.200 hingga 2.600 orang secara tidak langsung.
Selain itu, PT SSI juga berencana melakukan ekspor sekitar 27.000 ton per tahun dengan nilai USD230 juta per tahun. ”Ini 100% akan ekspor ke negara-negara Eropa,” katanya. Dia menambahkan, bahan baku perusahaan ini juga diperoleh melalui kerja sama dengan nelayan dan petani tambak di sekitar lokasi pabrik.
Franky menyebut, PT SSI membutuhkan bahan baku, terutama ikan dan udang sekitar 100-150 ton per hari. ”Ini tentu akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat,” imbuh dia.
Sementara di Semarang, Franky juga memantau perluasan pabrik yang bergerak di bidang komponen kendaraan bermotor yakni PT Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia (PT SAMI). Per Mei 2015 perusahaan asal Jepang tersebut sudah menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 2.574 orang dan 12.000 orang secara tak langsung.
Dia juga menuturkan, PT SAMI saat ini melakukan penjualan ekspor 76% atau USD123 juta per tahun dan penjualan domestik 24% atau USD32 juta per tahun. Proses produksi perusahaan ini menggunakan 90% komponen lokal. ”Kami pun mendorong sektor industri lain untuk menggunakan produk lokal sebagai bahan bakunya,” tambahnya.
Franky menjelaskan, PT SAMI saat ini memiliki tiga pabrik masing-masing di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Jepara. Adapun total nilai investasi ketiga pabrik itu sebesar USD70,5 juta dengan kapasitas produksi mencapai 7 juta pak wiring harnessper tahun.
Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis menambahkan, peran pemerintah daerah juga penting agar investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di wilayahnya. Dia pun meminta kepada para pemerintah daerah untuk proaktif dan ramah terhadap investor asing. ”Bupati Jepara menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah mempromosikan potensi daerahnya,” ujarnya.
Menurut dia, Bupati Jepara Ahmad Marzuki secara langsung mempromosikan potensi daerahnya sebagai kawasan industri berprospek. Bupati Jepara juga dinilai akomodatif sehingga hanya dalam kurun waktu setahun setengah setelah perizinan selesai, investor yang membangun pabrik di daerah itu sudah bisa berproduksi.
Langkah dan kebijakan kepala daerah yang seperti itu diyakini memberikan kepastian dan ketenangan pada para investor dalam berinvestasi. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu menawarkan ketersediaan tenaga kerja yang mudah dilatih, tekun dan teliti, serta dengan upah yang kompetitif.
Sebagai catatan, pada 2014 BKPM mencatat realisasi investasi yang masuk mencapai Rp463,1 triliun, melampaui target yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp456,6 triliun. Realisasi investasi sepanjang 2014 juga tumbuh 16,2% dari tahun sebelumnya.
Tercatat, dari jumlah itu, PMDN mencapai Rp156,1 triliun, naik 21,8% dibandingkan 2013, dan PMA yang masuk senilai Rp307 triliun, naik 13,5% dari tahun sebelumnya. Tahun ini BKPM menargetkan investasi sebesar Rp519,5 triliun atau tumbuh sekitar 14% dari pencapaian tahun lalu. Target investasi tersebut terdiri atas PMDN sebesar Rp175,8 triliun dan PMA Rp343,7 triliun.
BKPM menyebutkan akan fokus menarik investasi dari AS, ASEAN, Jepang, China, dan Korea Selatan. Hal itu dikaitkan dengan proyeksi ekonomi global bahwa AS dan Asia akan menjadi penggerak ekonomi dunia tahun ini.
Rahmat fiansyah
Salah satu investasi yang menjadi prioritas adalah penanaman modal di industri padat karya dan berorientasi ekspor. Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, pihaknya telah memantau dua proyek di Jawa Tengah yakni Semarang dan Jepara. Di Semarang investor asal China yang bekerja sama dengan investor lokal di bawah bendera PT Sumber Samudera Indonesia (SSI) tengah merampungkan proses konstruksi di bidang pengolahan ikan.
”PT SSI sekarang tahap konstruksinya sudah mencapai 90% dan direncanakan akan mulai berproduksi pada akhir tahun 2015,” ujar dia di Gedung BKPM, Jakarta, kemarin. Franky menyebut realisasi investasi ini akan menyerap tenaga kerja sebanyak 550-650 orang secara langsung dan 2.200 hingga 2.600 orang secara tidak langsung.
Selain itu, PT SSI juga berencana melakukan ekspor sekitar 27.000 ton per tahun dengan nilai USD230 juta per tahun. ”Ini 100% akan ekspor ke negara-negara Eropa,” katanya. Dia menambahkan, bahan baku perusahaan ini juga diperoleh melalui kerja sama dengan nelayan dan petani tambak di sekitar lokasi pabrik.
Franky menyebut, PT SSI membutuhkan bahan baku, terutama ikan dan udang sekitar 100-150 ton per hari. ”Ini tentu akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat,” imbuh dia.
Sementara di Semarang, Franky juga memantau perluasan pabrik yang bergerak di bidang komponen kendaraan bermotor yakni PT Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia (PT SAMI). Per Mei 2015 perusahaan asal Jepang tersebut sudah menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 2.574 orang dan 12.000 orang secara tak langsung.
Dia juga menuturkan, PT SAMI saat ini melakukan penjualan ekspor 76% atau USD123 juta per tahun dan penjualan domestik 24% atau USD32 juta per tahun. Proses produksi perusahaan ini menggunakan 90% komponen lokal. ”Kami pun mendorong sektor industri lain untuk menggunakan produk lokal sebagai bahan bakunya,” tambahnya.
Franky menjelaskan, PT SAMI saat ini memiliki tiga pabrik masing-masing di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Jepara. Adapun total nilai investasi ketiga pabrik itu sebesar USD70,5 juta dengan kapasitas produksi mencapai 7 juta pak wiring harnessper tahun.
Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis menambahkan, peran pemerintah daerah juga penting agar investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di wilayahnya. Dia pun meminta kepada para pemerintah daerah untuk proaktif dan ramah terhadap investor asing. ”Bupati Jepara menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah mempromosikan potensi daerahnya,” ujarnya.
Menurut dia, Bupati Jepara Ahmad Marzuki secara langsung mempromosikan potensi daerahnya sebagai kawasan industri berprospek. Bupati Jepara juga dinilai akomodatif sehingga hanya dalam kurun waktu setahun setengah setelah perizinan selesai, investor yang membangun pabrik di daerah itu sudah bisa berproduksi.
Langkah dan kebijakan kepala daerah yang seperti itu diyakini memberikan kepastian dan ketenangan pada para investor dalam berinvestasi. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu menawarkan ketersediaan tenaga kerja yang mudah dilatih, tekun dan teliti, serta dengan upah yang kompetitif.
Sebagai catatan, pada 2014 BKPM mencatat realisasi investasi yang masuk mencapai Rp463,1 triliun, melampaui target yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp456,6 triliun. Realisasi investasi sepanjang 2014 juga tumbuh 16,2% dari tahun sebelumnya.
Tercatat, dari jumlah itu, PMDN mencapai Rp156,1 triliun, naik 21,8% dibandingkan 2013, dan PMA yang masuk senilai Rp307 triliun, naik 13,5% dari tahun sebelumnya. Tahun ini BKPM menargetkan investasi sebesar Rp519,5 triliun atau tumbuh sekitar 14% dari pencapaian tahun lalu. Target investasi tersebut terdiri atas PMDN sebesar Rp175,8 triliun dan PMA Rp343,7 triliun.
BKPM menyebutkan akan fokus menarik investasi dari AS, ASEAN, Jepang, China, dan Korea Selatan. Hal itu dikaitkan dengan proyeksi ekonomi global bahwa AS dan Asia akan menjadi penggerak ekonomi dunia tahun ini.
Rahmat fiansyah
(ftr)