Pemerintah Diminta Ubah Sasaran Subsidi Listrik
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Daryatmo meminta pemerintah mengubah sasaran subsidi listrik berdasarkan profil pengguna.
Pasalnya, menurut dia, pemerintah selama ini memberikan subsidi berdasarkan penggunaan daya volt ampere (VA), yaitu 450 VA dan 900 VA.
Daryatmo mengatakan, jika dirunut subsidi berdasarkan penggunaan daya, jumlah penerima subsidi listrik ke orang itu menjadi terlalu besar.
"Kekeliruan selama ini dari pemerintah adalah memberikan subsidi berdasarkan daya yang terpasang. Bukan dari profil pelanggan. Itu harus dikorek dulu profil pelanggan penerima subsidi. Kalau subsidi, harusnya profil pelanggan, jadi pelanggan yang 900 atau 450 VA yang punya mobil tidak layak dapat subsidi," kata Daryatmo kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (27/6/2015).
Dia berpendapat, harus ada kementerian terkait yang membantu mendata profil pelanggan penerima subsidi listrik 450 dan 900 VA, sehingga pemerintah lebih tepat sasaran dalam memberikan subsidi.
"Sebenarnya menggunakan data Kemensos bisa, yang menerima subsidi listrik itu terima BLSM, tidak? Kalau iya, ya dikasih. Jadi, nanti kalau pemerintah memberi subsidi, penerima subsidinya harus di-cross check dulu, dia menerima BLSM seperti raskin, kartu sehat, kartu pintar, subsidi elpiji atau lain-lainnya atau tidak? Itu yang dinilai bisa dapat subsidi," tuturnya.
Saat ini, dia menambahkan, penerima subsidi listrik berdasarkan daya terpasang sangat besar, yakni mencapai 80% masyarakat. Sedangkan yang layak menerima subsidi, menurut dia, seharusnya tidak sampai 80%.
"Jadi, kalau bicara pengguna listrik 450 sama 900 VA itu sudah 80% pengguna. Itu besar. Nah, kalau pemerintah konsisten memberikan subsidi ke orangnya berdasarkan profil, yang layak diberikan itu paling sekitar 20-25 juta sudah paling besar," pungkasnya.
(Baca: Lho! Sofyan Anggap Tarif Listrik 450 VA Terlalu Murah)
Pasalnya, menurut dia, pemerintah selama ini memberikan subsidi berdasarkan penggunaan daya volt ampere (VA), yaitu 450 VA dan 900 VA.
Daryatmo mengatakan, jika dirunut subsidi berdasarkan penggunaan daya, jumlah penerima subsidi listrik ke orang itu menjadi terlalu besar.
"Kekeliruan selama ini dari pemerintah adalah memberikan subsidi berdasarkan daya yang terpasang. Bukan dari profil pelanggan. Itu harus dikorek dulu profil pelanggan penerima subsidi. Kalau subsidi, harusnya profil pelanggan, jadi pelanggan yang 900 atau 450 VA yang punya mobil tidak layak dapat subsidi," kata Daryatmo kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (27/6/2015).
Dia berpendapat, harus ada kementerian terkait yang membantu mendata profil pelanggan penerima subsidi listrik 450 dan 900 VA, sehingga pemerintah lebih tepat sasaran dalam memberikan subsidi.
"Sebenarnya menggunakan data Kemensos bisa, yang menerima subsidi listrik itu terima BLSM, tidak? Kalau iya, ya dikasih. Jadi, nanti kalau pemerintah memberi subsidi, penerima subsidinya harus di-cross check dulu, dia menerima BLSM seperti raskin, kartu sehat, kartu pintar, subsidi elpiji atau lain-lainnya atau tidak? Itu yang dinilai bisa dapat subsidi," tuturnya.
Saat ini, dia menambahkan, penerima subsidi listrik berdasarkan daya terpasang sangat besar, yakni mencapai 80% masyarakat. Sedangkan yang layak menerima subsidi, menurut dia, seharusnya tidak sampai 80%.
"Jadi, kalau bicara pengguna listrik 450 sama 900 VA itu sudah 80% pengguna. Itu besar. Nah, kalau pemerintah konsisten memberikan subsidi ke orangnya berdasarkan profil, yang layak diberikan itu paling sekitar 20-25 juta sudah paling besar," pungkasnya.
(Baca: Lho! Sofyan Anggap Tarif Listrik 450 VA Terlalu Murah)
(rna)