Harga Bahan Pangan Dorong Inflasi Juni 0,54%
A
A
A
JAKARTA - Meningkatnya harga bahan pangan menjelang dan hingga dimulainya puasa menjadi penyumbang utama inflasi bulan Juni 2015 yang mencapai 0,54% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 120,14.
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan inflasi Juni dalam empat tahun ke belakang, inflasi Juni 2015 sebesar 0,54% terbilang rendah. Inflasi Juni untuk tahun 2010–2014 secara berturut-turut sebesar 0,97%; 0,55%; 0,62%; 1,03%; 0,43%. Sementara, tingkat inflasi tahun kalender (Januari- Juni) 2015 sebesar 0,96% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2015 terhadap Juni 2014) sebesar 7,26%.
”Jadi, inflasi Juni 2015 cukup rendah, karena Juni 2010–2014 itu masih jauh dari bulan puasa. Ini menandakan pengendalian harga cukup berhasil,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam pemaparannya di Gedung BPS, Jakarta, kemarin.
Dari 82 kota IHK yang dipantau oleh BP, tercatat 76 kota mengalami inflasi dan enam kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong 1,90% dengan IHK 119,69 dan terendah terjadi di Palu 0,03% dengan IHK 120,46. Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Tual 0,80% dengan IHK 133,57 dan terendah terjadi di Pangkal Pinang 0,14% dengan IHK 117,90.
”Deflasi di Tual disebabkan oleh produk ikan yang cukup tinggi sehingga suplai di pasar dalam negeri menjadi tinggi dan harga turun,” ungkapnya. Berdasar catatan BPS, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran. Antara lain, kelompok bahan makanan (1,60%); kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,55%); kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,23%); kelompok sandang (0,28%); kelompok kesehatan (0,32%).
”Kelompok bahan makanan dan makanan jadi menjadi pendorong utama inflasi karena ada kebutuhan masyarakat yang meningkat, mengingat Juni ini masuk bulan puasa,” ujarnya.
Kenaikan harga pangan akibat meningkatnya permintaan antara lain terjadi pada daging ayam ras sebesar 4,72% dengan andil terhadap inflasi 0,06%; cabai merah naik ratarata 10,59% dengan andil 0,06%; telur ayam ras naik ratarata 6,74% dengan andil 0,05%; beras dengan kenaikan 0,62% dan andil 0,02%; ikan segar dengan kenaikan 0,77% dan andil 0,2%; Buah apel naik 5,86% dengan andil 0,02%; gula pasir naik 3,54% dengan andil 0,02%.
Di lain pihak, BPS mencatat harga tomat sayur turun 4,69% dengan andil terhadap inflasi minus 0,01%. Penurunan harga terjadi di 45 kota IHK, dengan penurunan tertinggi di Sumenep sampai 56% dan di Bima sampai46%.”Penurunankarena panen cukup besar,” sebutnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, kondisi inflasi Juni 2015 yang cukup terkendali kemungkinan akan berlanjut pada Juli. Pasalnya, kendati Juli 2015 terdapat momen Lebaran, jatuhnya pada pertengahan bulan.
Dengan demikian, kenaikan yang tajam pada hargaharga barang mulai awal hingga pertengahan Juli akan terkompensasi atau menjadi seimbang seiring dengan penurunan yang tajam pada harga-harga di pertengahan hingga akhir bulan Juli. ”Jadi, kemungkinan inflasi di Juli tidak terlalu besar juga, bisa kurang dari 1%,” jelasnya.
Menurut Sasmito, beberapa yang bisa mendorong inflasi di bulan Juli antara lain biaya pendidikan, juga transportasi terutama pada dua pekan pertama Juli. Adapun, komoditas pangan akan menurun di minggu ketiga dan keempat Juli. Lebih lanjut Sasmito memproyeksi, inflasi sepanjang tahun 2015 bisa tercapai sesuai target pemerintah yaitu di angka 5% atau bahkan lebih rendah. Salah satunya disebabkan efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014 akan hilang pada akhir tahun ini.
”Inflasi pada akhir tahun akan terjadi bisa di bawah target pemerintah. Ini kalau melihat kecenderungan saat ini. Kuncinya dua bulan ini, Juni dan Juli, sama nanti di bulan Desember,” pungkasnya.
Inda susanti
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan inflasi Juni dalam empat tahun ke belakang, inflasi Juni 2015 sebesar 0,54% terbilang rendah. Inflasi Juni untuk tahun 2010–2014 secara berturut-turut sebesar 0,97%; 0,55%; 0,62%; 1,03%; 0,43%. Sementara, tingkat inflasi tahun kalender (Januari- Juni) 2015 sebesar 0,96% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2015 terhadap Juni 2014) sebesar 7,26%.
”Jadi, inflasi Juni 2015 cukup rendah, karena Juni 2010–2014 itu masih jauh dari bulan puasa. Ini menandakan pengendalian harga cukup berhasil,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam pemaparannya di Gedung BPS, Jakarta, kemarin.
Dari 82 kota IHK yang dipantau oleh BP, tercatat 76 kota mengalami inflasi dan enam kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong 1,90% dengan IHK 119,69 dan terendah terjadi di Palu 0,03% dengan IHK 120,46. Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Tual 0,80% dengan IHK 133,57 dan terendah terjadi di Pangkal Pinang 0,14% dengan IHK 117,90.
”Deflasi di Tual disebabkan oleh produk ikan yang cukup tinggi sehingga suplai di pasar dalam negeri menjadi tinggi dan harga turun,” ungkapnya. Berdasar catatan BPS, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran. Antara lain, kelompok bahan makanan (1,60%); kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,55%); kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,23%); kelompok sandang (0,28%); kelompok kesehatan (0,32%).
”Kelompok bahan makanan dan makanan jadi menjadi pendorong utama inflasi karena ada kebutuhan masyarakat yang meningkat, mengingat Juni ini masuk bulan puasa,” ujarnya.
Kenaikan harga pangan akibat meningkatnya permintaan antara lain terjadi pada daging ayam ras sebesar 4,72% dengan andil terhadap inflasi 0,06%; cabai merah naik ratarata 10,59% dengan andil 0,06%; telur ayam ras naik ratarata 6,74% dengan andil 0,05%; beras dengan kenaikan 0,62% dan andil 0,02%; ikan segar dengan kenaikan 0,77% dan andil 0,2%; Buah apel naik 5,86% dengan andil 0,02%; gula pasir naik 3,54% dengan andil 0,02%.
Di lain pihak, BPS mencatat harga tomat sayur turun 4,69% dengan andil terhadap inflasi minus 0,01%. Penurunan harga terjadi di 45 kota IHK, dengan penurunan tertinggi di Sumenep sampai 56% dan di Bima sampai46%.”Penurunankarena panen cukup besar,” sebutnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, kondisi inflasi Juni 2015 yang cukup terkendali kemungkinan akan berlanjut pada Juli. Pasalnya, kendati Juli 2015 terdapat momen Lebaran, jatuhnya pada pertengahan bulan.
Dengan demikian, kenaikan yang tajam pada hargaharga barang mulai awal hingga pertengahan Juli akan terkompensasi atau menjadi seimbang seiring dengan penurunan yang tajam pada harga-harga di pertengahan hingga akhir bulan Juli. ”Jadi, kemungkinan inflasi di Juli tidak terlalu besar juga, bisa kurang dari 1%,” jelasnya.
Menurut Sasmito, beberapa yang bisa mendorong inflasi di bulan Juli antara lain biaya pendidikan, juga transportasi terutama pada dua pekan pertama Juli. Adapun, komoditas pangan akan menurun di minggu ketiga dan keempat Juli. Lebih lanjut Sasmito memproyeksi, inflasi sepanjang tahun 2015 bisa tercapai sesuai target pemerintah yaitu di angka 5% atau bahkan lebih rendah. Salah satunya disebabkan efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014 akan hilang pada akhir tahun ini.
”Inflasi pada akhir tahun akan terjadi bisa di bawah target pemerintah. Ini kalau melihat kecenderungan saat ini. Kuncinya dua bulan ini, Juni dan Juli, sama nanti di bulan Desember,” pungkasnya.
Inda susanti
(ftr)