BI Cermati Pengaruh Inflasi Bulan Depan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs mengatakan, pihaknya terus mencermati berbagai risiko yang memengaruhi inflasi bulan depan.
"Terutama perkembangan harga minyak dunia, nilai tukar, penyesuaian administered prices, dan dampak El Nino," kata dia dalam rilisnya, Kamis (2/7/2015).
Inflasi IHK Juni 2015 mencapai 0,54% (mtm) atau 7,26% (yoy), sedikit meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,50% (mtm) atau 7,15% (yoy), terutama didorong oleh kenaikan harga bahan makanan memasuki bulan Ramadhan.
"Namun, realisasi inflasi IHK di Ramadan tahun ini lebih rendah dibanding rata-rata inflasi historis Ramadan tahun-tahun sebelumnya," kata Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs dalam rilisnya, Kamis (2/7/2015).
Selain itu, inflasi Juni lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia. Inflasi volatile food meningkat menjadi 1,74% (mtm) atau 8,83%(yoy), terutama diakibatkan oleh kenaikan harga cabai merah dan daging ayam ras.
Namun, lanjut dia, inflasi volatile food tersebut lebih rendah dari inflasi volatile food Ramadan pada tahun sebelumnya, sejalan dengan upaya stabilisasi harga yang dilakukan pemerintah, baik di pusat maupun daerah, dalam beberapa pekan terakhir.
Dia melanjutkan, inflasi inti meningkat terbatas menjadi 0,26% (mtm) atau 5,04% (yoy), didorong masih lemahnya ekonomi domestik dan tetap terkendalinya ekspektasi inflasi. Sementara, inflasi administered prices cukup terkendali, yakni sebesar 0,26% (mtm) atau 13,14% (yoy), terutama disumbang kenaikan tarif listrik dan harga bensin nonsubsidi.
Berdasarkan perkembangan inflasi sampai dengan Juni, Bank Indonesia memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% masih dapat dicapai dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah.
"Terutama perkembangan harga minyak dunia, nilai tukar, penyesuaian administered prices, dan dampak El Nino," kata dia dalam rilisnya, Kamis (2/7/2015).
Inflasi IHK Juni 2015 mencapai 0,54% (mtm) atau 7,26% (yoy), sedikit meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,50% (mtm) atau 7,15% (yoy), terutama didorong oleh kenaikan harga bahan makanan memasuki bulan Ramadhan.
"Namun, realisasi inflasi IHK di Ramadan tahun ini lebih rendah dibanding rata-rata inflasi historis Ramadan tahun-tahun sebelumnya," kata Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs dalam rilisnya, Kamis (2/7/2015).
Selain itu, inflasi Juni lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia. Inflasi volatile food meningkat menjadi 1,74% (mtm) atau 8,83%(yoy), terutama diakibatkan oleh kenaikan harga cabai merah dan daging ayam ras.
Namun, lanjut dia, inflasi volatile food tersebut lebih rendah dari inflasi volatile food Ramadan pada tahun sebelumnya, sejalan dengan upaya stabilisasi harga yang dilakukan pemerintah, baik di pusat maupun daerah, dalam beberapa pekan terakhir.
Dia melanjutkan, inflasi inti meningkat terbatas menjadi 0,26% (mtm) atau 5,04% (yoy), didorong masih lemahnya ekonomi domestik dan tetap terkendalinya ekspektasi inflasi. Sementara, inflasi administered prices cukup terkendali, yakni sebesar 0,26% (mtm) atau 13,14% (yoy), terutama disumbang kenaikan tarif listrik dan harga bensin nonsubsidi.
Berdasarkan perkembangan inflasi sampai dengan Juni, Bank Indonesia memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% masih dapat dicapai dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah.
(izz)