Perekonomian Masih Lemah

Senin, 06 Juli 2015 - 10:29 WIB
Perekonomian Masih Lemah
Perekonomian Masih Lemah
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhan uang beredar luas (M2) kembali mengalami perlambatan dibanding bulan sebelumnya. Kondisi ini ditengarai akibat masih lemahnya perekonomian.

Berdasarkan data BI, posisi uang beredar luas pada akhir Mei 2015 tercatat Rp4.287,7 triliun atau tumbuh 13,4% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan April 2015 yang mencapai 14,9%, secara yoy. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan, perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi yang masing-masing tumbuh 8,2% (yoy) dan 15,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (9,0% dan 16,7%, yoy.

”Turunnya pertumbuhan uang beredar sempit terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan simpanan giro rupiah,” kata Peter di Jakarta akhir pekan lalu. Sementara, penurunan uang kuasi dipicu turunnya pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito (rupiah dan valas). Selain itu, kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat juga menjadi faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan uang beredar.

Peter mengungkapkan, operasi keuangan pemerintah pusat masih mengalami kontraksi yang tecermin dari turunnya pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dari 32,9% (yoy) menjadi 25,5% (yoy). ”Kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat tersebut sejalan dengan meningkatnya penerimaan negara terutama berupa pajak,” papar dia. Di sisi lain, belanja pemerintah belum mengalami peningkatan yang signifikan. Dia melanjutkan, sejalan dengan pertumbuhan uang beredar luas, simpanan masyarakat di bank (DPK/dana pihak ketiga) pada Mei 2015 juga mengalami perlambatan.

Pertumbuhan DPK tercatat sebesar 13,1% (yoy) melambat dari 14,5% (yoy) pada bulan sebelumnya. Turunnya pertumbuhan DPK tersebut terutama bersumberdari simpanandalam valas yang tumbuh melambat dari 23,0% (yoy) menjadi 17,7%. ”Penurunan terdalam terutama terjadi pada giro valas yang tumbuh 16,1% (yoy), melambat dari 23,5% (yoy) pada bulan sebelumnya,” jelas dia.

Menurutnya, melambatnya pertumbuhan simpanan valas tersebut tidak terpengaruh oleh pergerakan nilai tukar. Pertumbuhan DPK semakin tertekan oleh pertumbuhan simpanan dalam rupiah yang juga melambat dari 12,9% (yoy) menjadi 12,2% (yoy) pada Mei 2015. Ekonom Institute for Development of Economics and Finace (Indef) Eko Listianto mengatakan, melambatnya pertumbuhan uang beredar dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat.

”Pasalnya, perbankan merevisi target kredit untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi yang melambat, sehingga pertumbuhan uang beredar turun,” ujar dia kepada KORAN SINDO . Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit tahun ini direvisi dari sebelumnya 16,4%, menjadi hanya 14-15%. Kendati demikian, perubahan revisi target tersebut belum resmi disampaikan karena masih ada beberapa bank yang belum memasukkan rencana bisnis bank (RBB).

BI juga pernah menyatakan bahwa pertumbuhan kredit perbankan tahun ini diprediksi hanya di kisaran 15-17% seiring dengan melambatnya perekonomian nasional. Menurut BI, hingga akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi perkirakan hanya akan mencapai 5,1% , lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya 5,4%.

Adapun, untuk kuartal II, III, IV, pertumbuhannya masing-masing dipatok di kisaran 4,9%, 5,3%, dan 5,4%. Menurut Eko, pelaku ekonomi termasuk perbankan mengalihkan sebagian dananya ke simpanan dan surat berharga di luar uang beredar, seperti ke saham atau ke suratsurat berharga, untuk tetap menghasilkan tingkat pengembalian/ return .

Kunthi fahmar sandy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0713 seconds (0.1#10.140)