Industri Automotif Terus Diperkuat
A
A
A
JAKARTA - Guna memenangi persaingan saat pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir 2015, industri automotif nasional harus diperkuat agar tidak tergerus produk impor.
Pembangunan industri automotif ke depan harus diarahkan pada peningkatan daya saing secara fundamental dan berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara sinergis dan optimal. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun menyiapkan empat strategi dalam kerangka pengembangan industri automotif ke depan.
Pertama adalah mengimbangi kompetisi dan impor kendaraan, khususnya dari ASEAN. Kedua yaitu mendorong investasi. Ketiga, mendorong kemandirian Indonesia di bidang teknologi automotif melalui penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Keempat, pengembangan dan pengamanan pasar dalam negeri sebagai basis untuk mengembangkan industri automotif yang mandiri dan berdaya saing global.
”Indonesia telah mampu menjadi negara produsen automotif kedua terbesar di ASEAN setelah Thailand. Tapi kita harus bisa menyalip (Thailand) karena industri kita mampu serta memiliki pasar ekspor dan domestik yang besar,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin pada focus group discussion (FGD) dan ekshibisi komponen automotif yang diselenggarakan atas kerja sama Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), di Jakarta, kemarin.
Menperin mengatakan, Thailand saat ini sudah mampu memproduksi sekitar 2,5 juta kendaraan per tahun, dan 50% di antaranya diekspor. Sedangkan, Indonesia berada di posisi kedua dengan produksi 1,2 juta unit per tahun dan masih berorientasi pasar domestik. Namun, Indonesia memiliki keunggulan berupa potensi pasar domestik dan ditopang populasi kelas menengah yang besar.
Menurut data AC Nielsen pada tahun 2013, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dengan kategori kelas menengah di ASEAN tahun 2012- 2020 sebesar 110,5%, sedangkan Indonesia mencapai 174%, tertinggi di antara seluruh negara ASEAN. ”Hal ini mengindikasikan permintaan kendaraan bermotor dalam negeri akan semakin meningkat. Sekaligus, memantapkan optimisme kita bisa mengubah paradigma menjadi pengekspor dan jadi salah satu basis produk automotif di ASEAN dan dunia,” ujarnya.
Pengembangan industri automotif menurutnya juga penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi jutaan tenaga kerja. Berdasarkan data Kemenperin, tenaga kerja yang terserap di sektor ini telah mencapai sekitar 1,3 juta orang, yang terserap pada industri perakitan hingga industri komponen dan aktivitas ekonomi ikutan lainnya seperti perbengkelan dan jaringan purnajual.
Hal ini juga yang mendasari industri automotif dijadikan sebagai salah satu industri prioritas dalam kebijakan industri nasional. Industri automotif juga termasuk dalam kelompok industri unggulan masa depan. Dalam rangka pengembangan industri automotif tersebut, Menperin mendorong industri komponen asing masuk dan membangun pabrik di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nasional sekaligus menekan impor.
”Banyak komponen automotif yang masih impor, padahal beberapa bahan baku sudah mampu diproduksi di dalam negeri. Banyak industri komponen di Thailand dan Jepang, tentu kami minta agar mereka masuk ke Indonesia,” ujarnya. Bahkan, pihaknya secara khusus meminta investor dari Jepang untuk menjadikan Indonesia sebagai basis industri, di mana produksinya juga bisa diekspor ke negara lain, sehingga tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar.
Namun, Menperin mengimbau, agar industri komponen yang ingin masuk ke Tanah Air agar menjalin kerja sama dengan industri komponen dalam negeri agar dunia automotif semakin menggeliat. ”Kami akan berkoordinasi agar ketika industri komponen luar masuk ke sini, jangan sampai mematikan industri lokal yang sedang tumbuh. Jadi, nanti kami akan berkoordinasi,” kata Menperin.
Sebelumnya Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawady mengatakan, pemerintah memang membutuhkan revolusi teknologi dalam memproduksi kendaraan. ”Ini perlu regulasi yang mengatur agar bisa berkembang.
Kita bisa membantu dari sisi regulasi, perbankan, policy apa yang dibutuhkan,” ujarnya. Ketua Gaikindo Sudirman Maman Rusdi beberapa waktu lalu mengatakan, industri komponen memang masih perlu pendalaman sehingga semua spesifikasi yang dibutuhkan bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan industri automotif. ”Jadi, saat ini komponen itu steel -nya masih 90-95% masih diimpor. Kalau semua bisa dibikin, dengan yakin pasti semua beli di dalam negeri,” tegasnya.
Oktiani endarwati
Pembangunan industri automotif ke depan harus diarahkan pada peningkatan daya saing secara fundamental dan berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara sinergis dan optimal. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun menyiapkan empat strategi dalam kerangka pengembangan industri automotif ke depan.
Pertama adalah mengimbangi kompetisi dan impor kendaraan, khususnya dari ASEAN. Kedua yaitu mendorong investasi. Ketiga, mendorong kemandirian Indonesia di bidang teknologi automotif melalui penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Keempat, pengembangan dan pengamanan pasar dalam negeri sebagai basis untuk mengembangkan industri automotif yang mandiri dan berdaya saing global.
”Indonesia telah mampu menjadi negara produsen automotif kedua terbesar di ASEAN setelah Thailand. Tapi kita harus bisa menyalip (Thailand) karena industri kita mampu serta memiliki pasar ekspor dan domestik yang besar,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin pada focus group discussion (FGD) dan ekshibisi komponen automotif yang diselenggarakan atas kerja sama Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), di Jakarta, kemarin.
Menperin mengatakan, Thailand saat ini sudah mampu memproduksi sekitar 2,5 juta kendaraan per tahun, dan 50% di antaranya diekspor. Sedangkan, Indonesia berada di posisi kedua dengan produksi 1,2 juta unit per tahun dan masih berorientasi pasar domestik. Namun, Indonesia memiliki keunggulan berupa potensi pasar domestik dan ditopang populasi kelas menengah yang besar.
Menurut data AC Nielsen pada tahun 2013, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dengan kategori kelas menengah di ASEAN tahun 2012- 2020 sebesar 110,5%, sedangkan Indonesia mencapai 174%, tertinggi di antara seluruh negara ASEAN. ”Hal ini mengindikasikan permintaan kendaraan bermotor dalam negeri akan semakin meningkat. Sekaligus, memantapkan optimisme kita bisa mengubah paradigma menjadi pengekspor dan jadi salah satu basis produk automotif di ASEAN dan dunia,” ujarnya.
Pengembangan industri automotif menurutnya juga penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi jutaan tenaga kerja. Berdasarkan data Kemenperin, tenaga kerja yang terserap di sektor ini telah mencapai sekitar 1,3 juta orang, yang terserap pada industri perakitan hingga industri komponen dan aktivitas ekonomi ikutan lainnya seperti perbengkelan dan jaringan purnajual.
Hal ini juga yang mendasari industri automotif dijadikan sebagai salah satu industri prioritas dalam kebijakan industri nasional. Industri automotif juga termasuk dalam kelompok industri unggulan masa depan. Dalam rangka pengembangan industri automotif tersebut, Menperin mendorong industri komponen asing masuk dan membangun pabrik di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nasional sekaligus menekan impor.
”Banyak komponen automotif yang masih impor, padahal beberapa bahan baku sudah mampu diproduksi di dalam negeri. Banyak industri komponen di Thailand dan Jepang, tentu kami minta agar mereka masuk ke Indonesia,” ujarnya. Bahkan, pihaknya secara khusus meminta investor dari Jepang untuk menjadikan Indonesia sebagai basis industri, di mana produksinya juga bisa diekspor ke negara lain, sehingga tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar.
Namun, Menperin mengimbau, agar industri komponen yang ingin masuk ke Tanah Air agar menjalin kerja sama dengan industri komponen dalam negeri agar dunia automotif semakin menggeliat. ”Kami akan berkoordinasi agar ketika industri komponen luar masuk ke sini, jangan sampai mematikan industri lokal yang sedang tumbuh. Jadi, nanti kami akan berkoordinasi,” kata Menperin.
Sebelumnya Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawady mengatakan, pemerintah memang membutuhkan revolusi teknologi dalam memproduksi kendaraan. ”Ini perlu regulasi yang mengatur agar bisa berkembang.
Kita bisa membantu dari sisi regulasi, perbankan, policy apa yang dibutuhkan,” ujarnya. Ketua Gaikindo Sudirman Maman Rusdi beberapa waktu lalu mengatakan, industri komponen memang masih perlu pendalaman sehingga semua spesifikasi yang dibutuhkan bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan industri automotif. ”Jadi, saat ini komponen itu steel -nya masih 90-95% masih diimpor. Kalau semua bisa dibikin, dengan yakin pasti semua beli di dalam negeri,” tegasnya.
Oktiani endarwati
(bbg)