Inflasi China Menguat pada Juni
A
A
A
BEIJING - Inflasi konsumen China menguat pada Juni saat harga bahan makanan stabil. Adapun harga produsen terus turun dalam tahun keempat, memperkuat proyeksi bahwa pemerintah perlu meningkatkan stimulus untuk mendorong permintaan.
Tekanan penguatan harga mungkin tidak terlalu banyak mengurangi kekhawatiran tentang kondisi ekonomi China yang baru-baru ini mengalami penurunan 30% di bursa saham. ”Inflasi konsumen diperkirakan naik tapi hanya 1,3% pada Juni dari tahun lalu, dibandingkandengan1,2% pada Mei,” ungkap hasil proyeksi rata-rata 40 analis yang disurvei Reuters.
Indeks harga produsen yang telah tertekan oleh harga komoditas yang lebih rendah dan dampak kapasitas berlebihan di pabrik-pabrik, mengalami penurunan 4,5%, dibandingkan penurunan 4,6% pada Mei. Itu menandai penurunan berturut- turut pada bulan ke-39. ”Penurunan harga pangan berturut-turut terus terjadi pada Juni secara musiman, pada level sedang, saat harga sayuran turun dan harga daging kembali naik,” kata Wang Tao, ekonom di UBS.
”Secara kontras, harga bahan mentah domestik terguncang lagi, dibebani melemahnya produksi domestik dan turunnya harga komoditas global,” papar Wang. Dengan inflasi konsumen yang masih di bawah target Pemerintah China sebesar 3% untuk tahun ini, bank sentral memiliki ruang untuk kebijakan moneter dana murah jika diperlukan.
Akibat melemahnya pasar properti dan penurunan pertumbuhan investasi, manufaktur dan penjualan ritel, ekonomiChina tumbuh di level paling lemah dalam enam tahun pada kuartal I/2015, tumbuh hanya 7%. Banyak ekonom yakin ekonomi China terus kehilangan momentum pada musim semi ini.
Data pertumbuhan kuartal II/2015 akan dirilis pada 15 Juli. Untuk mendukung ekonomi, bank sentral telah menurunkan tingkat suku bunga empat kali dalam enam bulan dan mengurangi jumlah dana tunai yang harus disimpan perbankan sebagai cadangan. Beberapa analis yakin China dapat menurunkan suku bunganya lagi, seiring pengurangan lebih lanjut pada reserve requirement ratio (RRR) untuk menjamin ekonomi tumbuh sekitar 7% pada tahun ini, sesuai target pemerintah.
Sebelumnya dilaporkan, harga rumah baru di China naik pada Juni untuk dua bulan berturut- turut. Data ini menunjukkan kebijakan stimulus pemerintah membantu memperkuat pasar properti. ”Harga rata-rata rumah baru di 100 kota besar China tumbuh 0,56% bulan per bulan menjadi USD1.714 per meter persegi,” ungkap laporan China Index Academy (CIA), dikutip kantor berita AFP.
Hasil ini setelah pertumbuhan 0,5% pada Mei, peningkatan pertama dalam empat bulan. Harga turun untuk bulan kedelapan berturut-turut pada Desember tahun lalu. Otoritas mengambil sejumlah langkah untuk mendorong pasar properti yang stagnan dalam bentuk pemangkasan suku bunga dan kebijakan lainnya.
Menurut CIA, langkah-langkah itu membantu mendorong permintaan dan mempercepat pemulihan di pasar. Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) pekan lalu mengumumkan pemangkasan suku bunga terbaru, atau pemotongan keempat sejak November. PBoC juga mengambil langkah lain seperti kebijakan kredit perumahan yang lebih mudah.
Pada Maret pemerintah menurunkan level uang muka minimum untuk rumah kedua di penjuru dunia, mencabut kebijakan yang telah berlaku empat tahun untuk mengendalikan kenaikan harga. PBoC juga memperpendek periode kepemilikan di mana para penjual dikenakan pajak penambahan modal 20% untuk properti selain rumah utama mereka.
Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 7,4% tahun lalu, level terlemah dalam hampir seperempat abad, dan semakin banyak indikator yang menunjukkan penurunan ekonomi terus terjadi pada kuartal II/2015. Investasi real estat tepat menjadi penggerak utama bagi China.
Adapun, penjualan lahan menjadi sumber utama pendapatan pemerintah lokal yang kekurangan dana tunai. Pada basis year on year (yoy) harga rumah turun 2,7% pada Juni, dibandingkan penurunan 3,73% pada Mei. Rata-rata harga di 10 kota utama China sebesar 19.357 yuan per meter persegi, turun 0,82% dari tahun sebelumnya, turun tajam dari penurunan 2,33% pada Mei.
Adapun aktivitas manufaktur China menunjukkan tandatanda stabil pada Juni. Dua survei privat menunjukkan ekonomi mungkin mengumpulkan sejumlah momentum meskipun banyak analis memperkirakan dukungan kebijakan lebih lanjut untuk memastikan pemulihan menguat.
Syarifudin
Tekanan penguatan harga mungkin tidak terlalu banyak mengurangi kekhawatiran tentang kondisi ekonomi China yang baru-baru ini mengalami penurunan 30% di bursa saham. ”Inflasi konsumen diperkirakan naik tapi hanya 1,3% pada Juni dari tahun lalu, dibandingkandengan1,2% pada Mei,” ungkap hasil proyeksi rata-rata 40 analis yang disurvei Reuters.
Indeks harga produsen yang telah tertekan oleh harga komoditas yang lebih rendah dan dampak kapasitas berlebihan di pabrik-pabrik, mengalami penurunan 4,5%, dibandingkan penurunan 4,6% pada Mei. Itu menandai penurunan berturut- turut pada bulan ke-39. ”Penurunan harga pangan berturut-turut terus terjadi pada Juni secara musiman, pada level sedang, saat harga sayuran turun dan harga daging kembali naik,” kata Wang Tao, ekonom di UBS.
”Secara kontras, harga bahan mentah domestik terguncang lagi, dibebani melemahnya produksi domestik dan turunnya harga komoditas global,” papar Wang. Dengan inflasi konsumen yang masih di bawah target Pemerintah China sebesar 3% untuk tahun ini, bank sentral memiliki ruang untuk kebijakan moneter dana murah jika diperlukan.
Akibat melemahnya pasar properti dan penurunan pertumbuhan investasi, manufaktur dan penjualan ritel, ekonomiChina tumbuh di level paling lemah dalam enam tahun pada kuartal I/2015, tumbuh hanya 7%. Banyak ekonom yakin ekonomi China terus kehilangan momentum pada musim semi ini.
Data pertumbuhan kuartal II/2015 akan dirilis pada 15 Juli. Untuk mendukung ekonomi, bank sentral telah menurunkan tingkat suku bunga empat kali dalam enam bulan dan mengurangi jumlah dana tunai yang harus disimpan perbankan sebagai cadangan. Beberapa analis yakin China dapat menurunkan suku bunganya lagi, seiring pengurangan lebih lanjut pada reserve requirement ratio (RRR) untuk menjamin ekonomi tumbuh sekitar 7% pada tahun ini, sesuai target pemerintah.
Sebelumnya dilaporkan, harga rumah baru di China naik pada Juni untuk dua bulan berturut- turut. Data ini menunjukkan kebijakan stimulus pemerintah membantu memperkuat pasar properti. ”Harga rata-rata rumah baru di 100 kota besar China tumbuh 0,56% bulan per bulan menjadi USD1.714 per meter persegi,” ungkap laporan China Index Academy (CIA), dikutip kantor berita AFP.
Hasil ini setelah pertumbuhan 0,5% pada Mei, peningkatan pertama dalam empat bulan. Harga turun untuk bulan kedelapan berturut-turut pada Desember tahun lalu. Otoritas mengambil sejumlah langkah untuk mendorong pasar properti yang stagnan dalam bentuk pemangkasan suku bunga dan kebijakan lainnya.
Menurut CIA, langkah-langkah itu membantu mendorong permintaan dan mempercepat pemulihan di pasar. Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) pekan lalu mengumumkan pemangkasan suku bunga terbaru, atau pemotongan keempat sejak November. PBoC juga mengambil langkah lain seperti kebijakan kredit perumahan yang lebih mudah.
Pada Maret pemerintah menurunkan level uang muka minimum untuk rumah kedua di penjuru dunia, mencabut kebijakan yang telah berlaku empat tahun untuk mengendalikan kenaikan harga. PBoC juga memperpendek periode kepemilikan di mana para penjual dikenakan pajak penambahan modal 20% untuk properti selain rumah utama mereka.
Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 7,4% tahun lalu, level terlemah dalam hampir seperempat abad, dan semakin banyak indikator yang menunjukkan penurunan ekonomi terus terjadi pada kuartal II/2015. Investasi real estat tepat menjadi penggerak utama bagi China.
Adapun, penjualan lahan menjadi sumber utama pendapatan pemerintah lokal yang kekurangan dana tunai. Pada basis year on year (yoy) harga rumah turun 2,7% pada Juni, dibandingkan penurunan 3,73% pada Mei. Rata-rata harga di 10 kota utama China sebesar 19.357 yuan per meter persegi, turun 0,82% dari tahun sebelumnya, turun tajam dari penurunan 2,33% pada Mei.
Adapun aktivitas manufaktur China menunjukkan tandatanda stabil pada Juni. Dua survei privat menunjukkan ekonomi mungkin mengumpulkan sejumlah momentum meskipun banyak analis memperkirakan dukungan kebijakan lebih lanjut untuk memastikan pemulihan menguat.
Syarifudin
(bbg)