Kalbe Farma Serap Belanja Modal Rp400 M
A
A
A
JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dalam enam bulan pertama tahun ini telah merealisasikan serapan dana belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp400 miliar.
Direktur Keuangan Kalbe Farma Vidjongtius mengungkapkan, total dana yang sudah digunakan perseroan sekitar 40% dari total alokasi capex hingga akhir tahun ini. Perseroan menyiapkan belanja modal sebesar Rp900 miliar hingga Rp1 triliun sepanjang 2015. ”Belanja modal semester I/ 2015 sekitar Rp300-400 miliar. Mayoritas untuk pembangunan pabrik, penyelesaian pabrik susu di Cikampek dan susu cair di Sukabumi,” ujarnya kepada sejumlah media di Jakarta kemarin.
Dia menjelaskan, dana tersebut juga digunakan untuk pembelian mesin baru pada pabrik yang berlokasi di Cikarang, Bekasi. Perseroan sebelumnya menyiapkan capex sebesar Rp1-1,3 triliun tahun ini. Namun, akibat perlambatan ekonomi dan fluktuasi mata uang dolar AS, KLBF harus memangkas capex.
”Anggaran capex Rp1-1,3 triliun, tapi yang benar-benar langsung dieksekusi diperkirakan hanya Rp900 miliar- Rp1 triliun. Untuk pabrik biosmiler akan di suspend tahun ini sehingga kalau dijalankan, target pertumbuhan penjualan sekitar Rp18,3-18,7 triliun,” ucap Vidjongtius.
Untuk mengatasi tantangan ekonomi nasional yang tengah melemah, kata dia, perseroan akan meluncurkan sejumlah produk obat-obatan maupun minuman bernutrisi terbaru. Di sisi lain, KLBF juga akan memperluas wilayah pemasaran melalui penambahan dua unit cabang.
”Kita akan luncurkan 5-10 produk misalnya obat generik, minuman bernutrisi, ada juga consumer health . Strategi lain, kita perluas distribusi area melalui cabang baru misalnya Banyuwangi, Kendari, Palangkaraya, Loksumawe,” tandasnya.
Sementara itu, analis Mandiri Sekuritas Herman Koeswanto menjelaskan, meski daya beli masyarakat cenderung melemah, kinerja emiten farmasi di kuartal I/2015 masih tetap kokoh. Tidak dipungkiri daya beli yang menurun menyebabkan masyarakat mengurangi pembelian dan memilih produk yang murah.
”Kondisi ini membuat produsen menekan margin laba. Saya perkirakan laba emiten di sektor farmasi turun menjadi 4,6%,” kata Herman dalam risetnya.
Heru febrianto
Direktur Keuangan Kalbe Farma Vidjongtius mengungkapkan, total dana yang sudah digunakan perseroan sekitar 40% dari total alokasi capex hingga akhir tahun ini. Perseroan menyiapkan belanja modal sebesar Rp900 miliar hingga Rp1 triliun sepanjang 2015. ”Belanja modal semester I/ 2015 sekitar Rp300-400 miliar. Mayoritas untuk pembangunan pabrik, penyelesaian pabrik susu di Cikampek dan susu cair di Sukabumi,” ujarnya kepada sejumlah media di Jakarta kemarin.
Dia menjelaskan, dana tersebut juga digunakan untuk pembelian mesin baru pada pabrik yang berlokasi di Cikarang, Bekasi. Perseroan sebelumnya menyiapkan capex sebesar Rp1-1,3 triliun tahun ini. Namun, akibat perlambatan ekonomi dan fluktuasi mata uang dolar AS, KLBF harus memangkas capex.
”Anggaran capex Rp1-1,3 triliun, tapi yang benar-benar langsung dieksekusi diperkirakan hanya Rp900 miliar- Rp1 triliun. Untuk pabrik biosmiler akan di suspend tahun ini sehingga kalau dijalankan, target pertumbuhan penjualan sekitar Rp18,3-18,7 triliun,” ucap Vidjongtius.
Untuk mengatasi tantangan ekonomi nasional yang tengah melemah, kata dia, perseroan akan meluncurkan sejumlah produk obat-obatan maupun minuman bernutrisi terbaru. Di sisi lain, KLBF juga akan memperluas wilayah pemasaran melalui penambahan dua unit cabang.
”Kita akan luncurkan 5-10 produk misalnya obat generik, minuman bernutrisi, ada juga consumer health . Strategi lain, kita perluas distribusi area melalui cabang baru misalnya Banyuwangi, Kendari, Palangkaraya, Loksumawe,” tandasnya.
Sementara itu, analis Mandiri Sekuritas Herman Koeswanto menjelaskan, meski daya beli masyarakat cenderung melemah, kinerja emiten farmasi di kuartal I/2015 masih tetap kokoh. Tidak dipungkiri daya beli yang menurun menyebabkan masyarakat mengurangi pembelian dan memilih produk yang murah.
”Kondisi ini membuat produsen menekan margin laba. Saya perkirakan laba emiten di sektor farmasi turun menjadi 4,6%,” kata Herman dalam risetnya.
Heru febrianto
(ftr)