Neraca Perdagangan Juni Surplus USD477 Juta
A
A
A
JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2015 mencatat surplus sebesar USD477 juta (sekitar Rp6,3 triliun) yang ditandai dengan membaiknya kinerja ekspor yang secara nominal mencapai USD13,44 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor secara bulanan (month-to-month /mtm) naik tipis 5,91% atau USD750,5 juta bila dibandingkan Mei 2015. Penyumbang terbesar adalah ekspor migas yang meningkat 6,27% sebesar USD85,8 juta, diikuti ekspor nonmigas yang naik 5,87% atau senilai USD665 juta.
”Kenaikan ekspor nonmigas yang paling besar itu minyak hewan/nabati sebesar 17,01%; lalu mesin dan peralatan listrik 11,05%; kemudian karet dan barang karet 14,27%,” ujar Kepala BPS Suryamin di Gedung BPS, Jakarta, kemarin. Namun, BPS mencatat pula beberapa barang yang biasa diekspor juga mengalami kontraksi atau penurunan.
Di antaranya adalah bahan bakar mineral yang turun 7,51%; perhiasan/permata turun 23,63%; serta bijih, kerak dan abu logam yang turun 27,36%. Sementara itu, nilai impor pada bulan yang sama juga naik, mencapai angka USD12,96 miliar. Secara bulanan kenaikan impor mencapai 11,63% atau senilai USD1,35 miliar.
Penyumbang terbesar adalah meningkatnya impor migas sebesar 23,89% atau senilai USD497 juta serta impor nonmigas sebesar 8,95% atau USD853 juta. Dilihat dari sisi penggunaan barang, kenaikan impor didorong oleh meningkatnya impor bahan baku/penolong sebesar 12,06%; impor barang modal 10,98%; dan barang konsumsi 8,93%.
Sementara itu, dari sisi golongan barang, barang yang paling banyak diimpor adalah mesin dan peralatan mekanik (naik 26,36%), mesin dan peralatan listrik (naik 12,88%), dan plastik dan barang dari plastik (naik 13,08%). Namun demikian, kinerja ekspor Juni 2015 tercatat masih lebih rendah 12,78% jika dibandingkan dengan Juni 2014. Begitu pula dengan nilai impor yang mengalami penurunan tajam hingga 17,42% secara tahunan (year-on-year /yoy).
”Penurunan terjadi secara year on year, karena penurunan dari migas yang cukup tinggi,” katanya. Dia memaparkan, secara yoy, ekspor migas mengalami penurunan 47,73% yang disumbang oleh minyak mentah yang turun 42,83%, hasil minyak turun 50,5%, dan gas turun 50,49%. Sementara itu ekspor nonmigas juga masih minus 5,06% secara yoy.
Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyambut baik laporan BPS yang menunjukkan surplus pada neraca perdagangan. Dia mengapresiasi peningkatan ekspor nonmigas ke beberapa negara yang cukup pesat, antara lain adalah Australia, Filipina dan Belanda. Terlepas dari itu, Mendag mengatakan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan kinerja ekspor dengan mencari pasar ekspor baru.
”Kita akan memperkuat kerja sama dengan negara Iran, Afrika Selatan, dan Timur Tengah,” ucap dia. Pada Januari-Juni 2015, lanjut Rachmat, pertumbuhan ekspor nonmigas ke beberapa negara yang masih mengalami pertumbuhan positif adalah Arab Saudi, India, dan Vietnam. Dia menambahkan, produk yang mengalami peningkatan ekspor terbesar pada Januari-Juni 2015 adalah bijih kerak dan abu logam, serta perhiasan atau permata.
Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat pada Juni 2015 mencapai angka terbesar, yaitu USD1,38 miliar, yang disusul China sebesar USD1,23 miliar dan Jepang USD1,11 miliar. Kontribusi dari tiga negara tersebut mencapai 31,09%. Sementara ekspor ke Uni Eropa atau 27 negara tercatat sebesar USD1,39 miliar.
Rachmat juga mengapresiasi meningkatnya impor pada bahan baku/penolong dan barang modal yang dinilai menunjukkan mulai menggeliatnya industri manufaktur di tengah perlambatan ekonomi. Pemerintah pun berjanji akan memaksimalkan penggunaan komponen dalam negeri dalam pembangunan infrastruktur.
Rahmat fiansyah
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor secara bulanan (month-to-month /mtm) naik tipis 5,91% atau USD750,5 juta bila dibandingkan Mei 2015. Penyumbang terbesar adalah ekspor migas yang meningkat 6,27% sebesar USD85,8 juta, diikuti ekspor nonmigas yang naik 5,87% atau senilai USD665 juta.
”Kenaikan ekspor nonmigas yang paling besar itu minyak hewan/nabati sebesar 17,01%; lalu mesin dan peralatan listrik 11,05%; kemudian karet dan barang karet 14,27%,” ujar Kepala BPS Suryamin di Gedung BPS, Jakarta, kemarin. Namun, BPS mencatat pula beberapa barang yang biasa diekspor juga mengalami kontraksi atau penurunan.
Di antaranya adalah bahan bakar mineral yang turun 7,51%; perhiasan/permata turun 23,63%; serta bijih, kerak dan abu logam yang turun 27,36%. Sementara itu, nilai impor pada bulan yang sama juga naik, mencapai angka USD12,96 miliar. Secara bulanan kenaikan impor mencapai 11,63% atau senilai USD1,35 miliar.
Penyumbang terbesar adalah meningkatnya impor migas sebesar 23,89% atau senilai USD497 juta serta impor nonmigas sebesar 8,95% atau USD853 juta. Dilihat dari sisi penggunaan barang, kenaikan impor didorong oleh meningkatnya impor bahan baku/penolong sebesar 12,06%; impor barang modal 10,98%; dan barang konsumsi 8,93%.
Sementara itu, dari sisi golongan barang, barang yang paling banyak diimpor adalah mesin dan peralatan mekanik (naik 26,36%), mesin dan peralatan listrik (naik 12,88%), dan plastik dan barang dari plastik (naik 13,08%). Namun demikian, kinerja ekspor Juni 2015 tercatat masih lebih rendah 12,78% jika dibandingkan dengan Juni 2014. Begitu pula dengan nilai impor yang mengalami penurunan tajam hingga 17,42% secara tahunan (year-on-year /yoy).
”Penurunan terjadi secara year on year, karena penurunan dari migas yang cukup tinggi,” katanya. Dia memaparkan, secara yoy, ekspor migas mengalami penurunan 47,73% yang disumbang oleh minyak mentah yang turun 42,83%, hasil minyak turun 50,5%, dan gas turun 50,49%. Sementara itu ekspor nonmigas juga masih minus 5,06% secara yoy.
Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyambut baik laporan BPS yang menunjukkan surplus pada neraca perdagangan. Dia mengapresiasi peningkatan ekspor nonmigas ke beberapa negara yang cukup pesat, antara lain adalah Australia, Filipina dan Belanda. Terlepas dari itu, Mendag mengatakan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan kinerja ekspor dengan mencari pasar ekspor baru.
”Kita akan memperkuat kerja sama dengan negara Iran, Afrika Selatan, dan Timur Tengah,” ucap dia. Pada Januari-Juni 2015, lanjut Rachmat, pertumbuhan ekspor nonmigas ke beberapa negara yang masih mengalami pertumbuhan positif adalah Arab Saudi, India, dan Vietnam. Dia menambahkan, produk yang mengalami peningkatan ekspor terbesar pada Januari-Juni 2015 adalah bijih kerak dan abu logam, serta perhiasan atau permata.
Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat pada Juni 2015 mencapai angka terbesar, yaitu USD1,38 miliar, yang disusul China sebesar USD1,23 miliar dan Jepang USD1,11 miliar. Kontribusi dari tiga negara tersebut mencapai 31,09%. Sementara ekspor ke Uni Eropa atau 27 negara tercatat sebesar USD1,39 miliar.
Rachmat juga mengapresiasi meningkatnya impor pada bahan baku/penolong dan barang modal yang dinilai menunjukkan mulai menggeliatnya industri manufaktur di tengah perlambatan ekonomi. Pemerintah pun berjanji akan memaksimalkan penggunaan komponen dalam negeri dalam pembangunan infrastruktur.
Rahmat fiansyah
(bbg)