Go Green Menginspirasi Para Arsitek
A
A
A
Istilah ‘go green’ memang tengah menjadi populer dan komersial. Khususnya di kalangan produsen material bangunan. Lantas, dari sekian banyak material yang mengusung isu tersebut, manakah yang benar-benar hijau dan ramah lingkungan?
Dalam kurun waktu 10 tahun terahir, isu lingkungan mulai dari pemanasan global hingga menipisnya sumber daya alam telah menjadi sebuah rahasia umum. Dalam perkembangannya, isu ini pun perlahan berubah menjadi dasar terbentuknya sebuah tren baru, yang mengusung pergerakan gaya hidup ‘hijau’ atau sering dikenal dengan istilah ‘go green’ di kalangan masyarakat.
Lantas, tren ini pun menjadi kiblat baru bagi para arsitek, desainer, dan produsen khususnya produsen material bangunan untuk menciptakan rancangan dan inovasi yang mendukung pergerakan tersebut. Pasalnya, hingga detik ini pembuatan bangunan seringkali menjadi ‘kambing hitam’ dan dianggap sebagai momok berbahaya yang mengancam lingkungan, terutama dari penggunaan dan proses pembuatan material bangunan itu sendiri.
Namun dari sejumlah besar material yang mengusung konsep ‘go green’ ke dalam produknya, ada baiknya Anda memilih secara teliti mana yang benar-benar ramah lingkungan dan mana yang asal comot belaka. Salah satu bahan material yang di katakan mengusung konsep hijau adalah keramik. Bahan material ini memang sudah menjadi material utama yang mengisi setiap hunian, mengingat harganya yang terjangkau dan motifnya yang beragam.
Namun, biasanya, keramik hanya digunakan sebagai fungsi tertentu, seperti sebagai penutup lantai, dinding kamar mandi, ataupun back panel dapur. Namun, di tahun 2015, keramik mulai sering diaplikasikan sebagai pelapis dinding dekoratif di berbagai ruang. “Dalam segi perawatan, dinding keramik pun cendrung mudah dibersihkan, cukup dilap dengan kain bersih, tanpa harus menggunakan zat kimia tertentu.
Berbeda dengan wallpaper yang cendrung boros kertas atau pun cat dinding pada umumnya yang harus diganti atau dilapis ulang bila warnanya telah pudar,” ungkap arsitek Satrio Herlambang. Tidak hanya keramik untuk dinding, saat ini penggunaan atap pun sudah mulai beralih pada penggunaan baja ringan.
Dalam pembangunan hunian modern, rangka atap yang digunakan bukan lagi rangka atap menggunakan kayu. “Sebisa mungkin, pemakaian kayu dikurangi, demi menghentikan penebangan liar yang semakin merajalela. Salah satu material alternatif yang menjadi solusi bagi permasalahan ini adalah penggunaan rangka atap baja ringan,” lanjut Satrio.
Selain menyelamatkan kayu, rangka atap ini pun memiliki daya tahan yang lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, ringan dan juga tidak membebani konstruksi di bawahnya. Selain itu, rangka atap baja ringan ini juga mudah dipasang, serta lebih hemat, mengingat rangka ini dibeli secara sistem, yang telah diperhitungkan oleh para ahlinya.
Bahan material lainnya yang berkonsep ramah lingkungan adalah papan pengganti kayu, yang dimaksud dengan papan pengganti kayu adalah papan yang dibuat dari material selain kayu, namun berfungsi menggantikan kayu. Bahan material ini ada yang terbuat dari campuran semen, ada pula yang menggunakan sisa limbah kayu dalam kandungannya.
“Meskipun telah masuk ke Indonesia sejak beberapa tahun silam, material papan pengganti kayu ini masih belum terlalu familiar di telinga para pemilik hunian. Padahal papan pengganti kayu ini memiliki tampilan yang sangat mirip dengan kayu baik secara visual ataupun tekstur,” kata Satrio.
Di luar tampilan fisiknya, papan pengganti kayu ini memiliki beragam kelebihan yang tidak dimiliki oleh kayu biasa, seperti ketahanannya terhadap air dan api, antirayap, tidak mudah melengkung, tidak menyerap kelembapan, serta tidak mengandung asbestos.
Kekuatannya pun tidak usah Anda ragukan lagi. oleh karena itu, tidak hanya sebagai pengisi interior, banyak yang menggunakan papan pengganti kayu ini untuk melapisi fasad atau membuat lantai teras rumah. Jadi, sudahkah Anda menentukan material hijau mana yang akan Anda aplikasikan di dalam hunian Anda?
Aprilia s andyna
Dalam kurun waktu 10 tahun terahir, isu lingkungan mulai dari pemanasan global hingga menipisnya sumber daya alam telah menjadi sebuah rahasia umum. Dalam perkembangannya, isu ini pun perlahan berubah menjadi dasar terbentuknya sebuah tren baru, yang mengusung pergerakan gaya hidup ‘hijau’ atau sering dikenal dengan istilah ‘go green’ di kalangan masyarakat.
Lantas, tren ini pun menjadi kiblat baru bagi para arsitek, desainer, dan produsen khususnya produsen material bangunan untuk menciptakan rancangan dan inovasi yang mendukung pergerakan tersebut. Pasalnya, hingga detik ini pembuatan bangunan seringkali menjadi ‘kambing hitam’ dan dianggap sebagai momok berbahaya yang mengancam lingkungan, terutama dari penggunaan dan proses pembuatan material bangunan itu sendiri.
Namun dari sejumlah besar material yang mengusung konsep ‘go green’ ke dalam produknya, ada baiknya Anda memilih secara teliti mana yang benar-benar ramah lingkungan dan mana yang asal comot belaka. Salah satu bahan material yang di katakan mengusung konsep hijau adalah keramik. Bahan material ini memang sudah menjadi material utama yang mengisi setiap hunian, mengingat harganya yang terjangkau dan motifnya yang beragam.
Namun, biasanya, keramik hanya digunakan sebagai fungsi tertentu, seperti sebagai penutup lantai, dinding kamar mandi, ataupun back panel dapur. Namun, di tahun 2015, keramik mulai sering diaplikasikan sebagai pelapis dinding dekoratif di berbagai ruang. “Dalam segi perawatan, dinding keramik pun cendrung mudah dibersihkan, cukup dilap dengan kain bersih, tanpa harus menggunakan zat kimia tertentu.
Berbeda dengan wallpaper yang cendrung boros kertas atau pun cat dinding pada umumnya yang harus diganti atau dilapis ulang bila warnanya telah pudar,” ungkap arsitek Satrio Herlambang. Tidak hanya keramik untuk dinding, saat ini penggunaan atap pun sudah mulai beralih pada penggunaan baja ringan.
Dalam pembangunan hunian modern, rangka atap yang digunakan bukan lagi rangka atap menggunakan kayu. “Sebisa mungkin, pemakaian kayu dikurangi, demi menghentikan penebangan liar yang semakin merajalela. Salah satu material alternatif yang menjadi solusi bagi permasalahan ini adalah penggunaan rangka atap baja ringan,” lanjut Satrio.
Selain menyelamatkan kayu, rangka atap ini pun memiliki daya tahan yang lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, ringan dan juga tidak membebani konstruksi di bawahnya. Selain itu, rangka atap baja ringan ini juga mudah dipasang, serta lebih hemat, mengingat rangka ini dibeli secara sistem, yang telah diperhitungkan oleh para ahlinya.
Bahan material lainnya yang berkonsep ramah lingkungan adalah papan pengganti kayu, yang dimaksud dengan papan pengganti kayu adalah papan yang dibuat dari material selain kayu, namun berfungsi menggantikan kayu. Bahan material ini ada yang terbuat dari campuran semen, ada pula yang menggunakan sisa limbah kayu dalam kandungannya.
“Meskipun telah masuk ke Indonesia sejak beberapa tahun silam, material papan pengganti kayu ini masih belum terlalu familiar di telinga para pemilik hunian. Padahal papan pengganti kayu ini memiliki tampilan yang sangat mirip dengan kayu baik secara visual ataupun tekstur,” kata Satrio.
Di luar tampilan fisiknya, papan pengganti kayu ini memiliki beragam kelebihan yang tidak dimiliki oleh kayu biasa, seperti ketahanannya terhadap air dan api, antirayap, tidak mudah melengkung, tidak menyerap kelembapan, serta tidak mengandung asbestos.
Kekuatannya pun tidak usah Anda ragukan lagi. oleh karena itu, tidak hanya sebagai pengisi interior, banyak yang menggunakan papan pengganti kayu ini untuk melapisi fasad atau membuat lantai teras rumah. Jadi, sudahkah Anda menentukan material hijau mana yang akan Anda aplikasikan di dalam hunian Anda?
Aprilia s andyna
(bbg)